Kapan Kualitas Sperma Bagus dan Siap Mental Jadi Ayah

Reporter

Editor

Rini Kustiani

Minggu, 16 Juli 2017 13:30 WIB

Ilustrasi pria bermain dengan anak-anak. nspcc.org.uk

TEMPO.CO, Jakarta - Perempuan dan laki-laki memiliki ukuran kematangan fisik untuk membangun ikatan keluarga dan menjadi seorang ibu atau ayah. Keduanya harus menyadari kalau usia jelas mempengaruhi tingkat kesuburan dan kesiapan mental sebelum punya anak.

Profesor bidang Urologi dan Reproduksi di Weil Cornell Medical College, Harry Fisch, M.D., mengatakan wanita yang memiliki pasangan berusia di atas 40 tahun, umumnya membutuhkan waktu yang cukup lama untuk hamil. "Tapi wanita yang usia pasangannya sekitar 25 tahun, akan hamil lebih cepat hamil," katanya.

Sebab, kualitas sperma terus menurun sebesar 1 persen setiap tahun setelah pria berusia 30 tahun. Artinya, pria tersebut memang tetap menghasilkan sperma namun kualitasnya tidak sebagus sebelum 30 tahun.

Di umur 35 tahun, motilitas atau kecepatan pergerakan sperma juga menurun. Kesehatan dan gerak sperma dalam kondisi prima sebelum berumur 25 tahun. Kualitasnya berada ke titik terendah setelah usia 55 tahun. Pada saat itu, pria kehilangan daya reproduksi mereka hampir 50 persen.

Kendati pria memiliki kualitas, motilitas, dan energi seksual yang tinggi pada usia 22 sampai 25 tahun, pada masa itu umumnya kondisi mentalitas lelaki belum sepenuhnya siap untuk berkeluarga. Jadi, antara usia 28-30 tahun bisa dikatakan waktu terbaik bagi seorang pria untuk menjadi ayah.

Bagaimana dengan lelaki yang sudah menikah sebelum berumur 20 tahun? Usia 15-19 tahun merupakan tahap awal produksi sperma. Jadi pada umur tersebut, sperma sudah bisa membuahi sel telur. Namun demikian, perlu diperhatikan kondisi mentalnya karena pada usia tersebut lelaki masih cenderung labil.

Mengutip penelitian dari Sinai School of Medicine, lelaki yang bereproduksi di usia 30-an, anaknya berpotensi 1,5 kali lebih besar terkena autistik. Peluang ini lebih tinggi empat kali lipat jika pria tersebut punya anak di usia 40-an.

Sementara itu, peluang anak terkena schizophrenia menjadi dua kali lipat saat ayahnya berumur 40 tahu dan menjadi tiga kali lipat pada lelaki berusia 50 tahun. Dan sebuah studi yang dilakukan University of California di Los Angeles pada 2005 menunjukkan bayi yang lahir dari ayah berusia 50 tahun dan ibunya berusia sekitar 35 tahun berisiko empat kali lipat terkena down syndrome. Meski berbagai penelitian menyebutkan risiko tadi, perlu diingat kalau kondisi setiap pria berbeda dan banyak faktor lain yang dapat mempengaruhi.

BOLDSKY | MENS HEALTH | DINA ANDRIANI | RINI K

Berita lainnya:
Ingin Berat Badan Ideal, Dokter: Jangan Pantang Nasi
Tyas Mirasih Menikah dengan Teman Dekat, Apa Plus Minusnya
Kate Middleton Sebut Panggilan Kocak George ke Ratu Elizabeth

Berita terkait

Stunting Jadi Masalah Bersama, Edukasi Antar Pihak Harus Dilakukan

57 hari lalu

Stunting Jadi Masalah Bersama, Edukasi Antar Pihak Harus Dilakukan

Stunting masih menjadi masalah bersama. Perlu kolaborasi antar pihak untuk menyelesaikan stunting yang masih jadi perhatian.

Baca Selengkapnya

Alasan Endometriosis Disebut sebagai Penyakit Perkotaan

59 hari lalu

Alasan Endometriosis Disebut sebagai Penyakit Perkotaan

Penelitian di Eropa menunjukkan naiknya kasus endometriosis banyak terjadi di kota karena pengaruh polusi udara yang tinggi.

Baca Selengkapnya

7 Sumber Konflik Pernikahan Menurut Konselor

21 Januari 2024

7 Sumber Konflik Pernikahan Menurut Konselor

Konselor pernikahan memaparkan tujuh sumber konflik dalam rumah tangga. Apa saja dan bagaimana mengatasinya?

Baca Selengkapnya

Alasan Perlunya Sosialisasi Kesehatan Reproduksi pada Orang Tua dan Anak

20 Juni 2023

Alasan Perlunya Sosialisasi Kesehatan Reproduksi pada Orang Tua dan Anak

Pendidikan kesehatan reproduksi tak hanya diberikan di sekolah. Orang tua juga perlu memberikan edukasi tentang hal tersebut kepada anak.

Baca Selengkapnya

Cegah Seks Bebas, Pentingnya Remaja Putri Pahami Kesehatan Reproduksi

1 Mei 2023

Cegah Seks Bebas, Pentingnya Remaja Putri Pahami Kesehatan Reproduksi

Remaja putri perlu menjaga kesehatan reproduksi dan menghindari seks bebas untuk mencegah penularan penyakit menular seksual, kehamilan di luar nikah.

Baca Selengkapnya

Perlunya Peran Orang Tua Edukasi Anak Perempuan Kesehatan Reproduksi

15 April 2023

Perlunya Peran Orang Tua Edukasi Anak Perempuan Kesehatan Reproduksi

Orang tua harus bisa menjadi sumber pengetahuan utama bagi anak perempuan tentang masalah kesehatan reproduksi, terutama jika sudah menstruasi.

Baca Selengkapnya

Perlunya Pendidikan Seks sejak Dini untuk Lindungi Anak dari Kejahatan Seksual

9 Januari 2023

Perlunya Pendidikan Seks sejak Dini untuk Lindungi Anak dari Kejahatan Seksual

Pemerhati anak mengatakan pendidikan seks sejak dini bisa melindungi anak dari kejahatan seksual. Bagaimana caranya?

Baca Selengkapnya

CISDI Kritik Pasal Pidana soal Alat Kontrasepsi di RKUHP: Beri Dampak Buruk

3 Desember 2022

CISDI Kritik Pasal Pidana soal Alat Kontrasepsi di RKUHP: Beri Dampak Buruk

CISDI menyampaikan kritik atas dua pasal kesehatan di Rancangan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (RKUHP).

Baca Selengkapnya

Berapa Lama Terjadi Kehamilan setelah Bercinta?

25 Agustus 2022

Berapa Lama Terjadi Kehamilan setelah Bercinta?

Kesehatan umum dan reproduksi juga berperan dalam menentukan apakah kehamilan bisa terjadi dengan cepat atau tidak.

Baca Selengkapnya

Pentingnya Persiapan Pasangan sebelum Menikah demi Kesehatan Reproduksi

28 Juni 2022

Pentingnya Persiapan Pasangan sebelum Menikah demi Kesehatan Reproduksi

Persiapan untuk berkeluarga perlu dimulai sejak memasuki usia remaja. Salah satu tujuannya menjaga kesehatan reproduksi kelak.

Baca Selengkapnya