Artis Tyas Mirasih bersama suaminya Raiden Soedjono menunjukkan cincin pernikahannya usai melaksanakan prosesi akad nikah di Plataran Cilandak, Jakarta, 8 Juli 2017. Tyas Mirasih dan Raiden Soedjono resmi menikah usai berpacaran sejak 2015. TEMPO/Nurdiansah
Musababnya, teman biasanya menerima kita apa adanya, mengetahui diri kita baik buruknya, sudah lebih dulu terbukti ketulusannya, dan lain-lain. Sederhananya, menikah dengan teman hanya melegalkan sebuah hubungan yang sudah baik. Benarkah demikian?
Psikolog Anna Surti Ariani tidak sepenuhnya membenarkan anggapan tersebut. Dia menjelaskan, hubungan antara teman dan hubungan pasangan jelas tidak sama. Hubungan antara teman tidak melibatkan komitmen, sementara dalam berpasangan, komitmen menjadi yang utama, terlebih jika sudah terikat dalam pernikahan.
"Hubungan sebagai teman lebih santai. Kalau sedang tidak ingin bertemu, ya tidak usah bertemu. Kalau sedang ingin bertemu, ya bisa bertemu," kata Anna Surti Ariani. Namun jika hubungan sudah naik level menjadi suami istri, maka mau tidak mau harus tetap bertemu dan ingin atau tidak ingin diupayakan menjadi ingin. Artikel terkait: Ingat Ayah, Tyas Mirasih Berurai Air Mata Menjelang Pernikahan
Dalam hubungan pernikahan, Anna menjelaskan, pasangan belajar menyelesaikan masalah yang mereka hadapi yang menyebabkan munculnya rasa tidak ingin bertemu tadi. "Kalau biasanya hubungan hanya sebagai teman tanpa ada niatan untuk berpasangan, lalu tiba-tiba berpasangan, ekspektasinya bisa jadi berbeda," katanya. "Ini yang bisa bikin masalah ketika pernikahan dijalani."