Sindrom Mayat Hidup, Ada Zombie di Kehidupan Nyata

Reporter

Editor

Rini Kustiani

Kamis, 29 Juni 2017 12:31 WIB

Ilustrasi wanita tertidur. shutterstock.com

TEMPO.CO, Jakarta - Pernahkah kamu menonton serial The Walking Dead yang bercerita tentang pertarungan manusia melawan para zombie. Kisah mayat hidup itu hanya fiksi dan tak ada di kehidupan nyata, begitulah yang dipikirkan kebanyakan orang.

Sebenarnya ada "mayat hidup" dalam kehidupan nyata dan disebut Sindrom Cotard, atau lebih populer dengan istilah Sindrom The Walking Dead, dengan penyebab kelainan mental.

Seorang penulis, Esme Weijun Wang, menderita fenomena ini setelah beberapa bulan hidup dalam kebingungan dan depresi. Ia harus menata kembali hidupnya dan mencoba menjalani kenyataan di sekitarnya dan tak ada yang membuatnya puas.

Wang baru saja bangun kembali setelah beberapa minggu sebelumnya dinyatakan meninggal. Kita mungkin lebih mengenalnya dengan istilah mati suri. Dan ketika kembali dari kematian Wang menjalani hidup yang sama seperti sebelum ia meninggal, dan hal itulah yang tidak membuatnya senang.

Orang-orang di sekitar berusaha menjelaskan dan meyakinkan kalau ia hidup, tapi Wang lebih berpikir bahwa sesungguhnya ia sudah mati. Untunglah pada suatu hari ia menyadari tingkah lakunya dan kemudian mengubahnya. Wang pun merasa hidup kembali.

Lalu, apa penjelasan ilmiah atas kasus Wang? Seperti dilansir askdrmanny.com, para ilmuwan tak tahu banyak soal penyebab penyakit ini. Mereka hanya menganggap ada beberapa masalah di otak. Yang pertama adalah orang tersebut merasa melihat wajah-wajah yang pernah ia kenal, namun ia berpikir orang-orang itu tidak nyata atau bukan mereka yang memang ia kenal.

Masalah kedua adalah bagian otak yang berhubungan dengan emosi. Orang dengan sindrom mayat berjalan itu menunjukkan kurangnya minat pada orang-orang sekitar, makanan, dan aktivitas favoritnya.

Meski sindrom ini bisa muncul dalam beberapa cara yang berbeda, beberapa penderita percaya mereka sudah mati. Mereka tidak punya minat lagi terhadap kehidupan nyata yang mereka sukai. Beberapa orang lain merasa kehilangan organ-organ tubuh atau tubuhnya sudah membusuk. Tak jarang para penderitanya melakukan kekerasan, seperti berusaha bunuh diri atau melukai orang lain.

Dalam kasus sindrom mayat hidup lain, seorang penderita bernama Graham mengalami depresi berat. Ia merasa tak punya kepala dan otak, tak mau makan, sering ke pemakaman, dan beberapa kali mencoba bunuh diri.

Ketika para dokter memindai otaknya, mereka terkejut melihat rendahnya aktivitas di area yang mengontrol fungsi motorik dan daya ingat. Menurut neurolog Steven Laurey, otak Graham menunjukkan pola yang sama dengan seseorang yang sedang tertidur atau dalam pengaruh obat bius.

Saat ini, para dokter merawat pasien dengan sindrom tersebut dengan beberapa pengobatan, termasuk antidepresan dan antipsikotik. Sebagian lagi menilai penyembuhan elektrokonvulsif lebih baik dari obat-obatan, tapi para ilmuwan kurang meneliti metode ini. Banyak penderita yang tidak lagi berdelusi setelah beberapa bulan, tapi ada pula yang menderita sampai bertahun-tahun.

PIPIT

Berita lainnya:

Jokowi Bakal Berbesan dengan Orang Batak
7-Eleven Tutup, Ada 5 Hal yang Bakal Bikin Kangen
Gaya Parenting Asri Welas: Tak Ada Nangis Guling-guling di Mal

Berita terkait

Jokowi: Daerah Kepulauan Indonesia Kekurangan Dokter Spesialis

1 hari lalu

Jokowi: Daerah Kepulauan Indonesia Kekurangan Dokter Spesialis

Jokowi mengatakan kemampuan produksi dokter spesialis Indonesia hanya 2.700 per tahun.

Baca Selengkapnya

Mengapa Bayi Harus Diimunisasi?

3 hari lalu

Mengapa Bayi Harus Diimunisasi?

Bayi harus menjalani imunisasi karena beberapa alasan tertentu yang akan dibahas dalam artikel ini.

Baca Selengkapnya

6 Bahaya Bayi yang Tidak Diimunisasi

3 hari lalu

6 Bahaya Bayi yang Tidak Diimunisasi

Bayi penting untuk melakukan imunisasi secara rutin agar terhindar dari bahaya kesehatan mendatang. Lantas, apa saja bahaya bagi bayi yang tidak melakukan imunisasi?

Baca Selengkapnya

Konimex dan Indordesa Luncurkan Produk Baru Makanan Nutrisi FontLife One, Bidik Pasar Dewasa Muda

11 hari lalu

Konimex dan Indordesa Luncurkan Produk Baru Makanan Nutrisi FontLife One, Bidik Pasar Dewasa Muda

PT Indordesa-- anak perusahaan PT Konimex, meluncurkan produk makanan nutrisi dan perawatan kesehatan, FontLife One, di Kota Solo, Jawa Tengah.

Baca Selengkapnya

Aliansi Kecam Kehadiran Industri Plastik dan Kimia dalam Delegasi Indonesia untuk Negosiasi Perjanjian Plastik

12 hari lalu

Aliansi Kecam Kehadiran Industri Plastik dan Kimia dalam Delegasi Indonesia untuk Negosiasi Perjanjian Plastik

Kehadiran itu membahayakan tujuan perjanjian, yaitu mengatur keseluruhan daur hidup plastik untuk melindungi kesehatan manusia dan lingkungan.

Baca Selengkapnya

Sejak 2021, Jokowi 6 Kali Sampaikan Keresahan WNI Pilih Berobat ke Luar Negeri

12 hari lalu

Sejak 2021, Jokowi 6 Kali Sampaikan Keresahan WNI Pilih Berobat ke Luar Negeri

Presiden Joko Widodo atau Jokowi acap menyampaikan keresahannya soal warga negara Indonesia yang berbondong-bondong berobat ke negara lain, alih-alih dalam negeri.

Baca Selengkapnya

5 Penyebab Sulit Tidur pada Penderita Diabetes

13 hari lalu

5 Penyebab Sulit Tidur pada Penderita Diabetes

Ternyata lima masalah ini menjadi penyebab penderita diabetes sulit tidur.

Baca Selengkapnya

Penelitian Ungkap Pelet Plastik Daur Ulang dari Indonesia Mengandung 30 Bahan Kimia Beracun dengan Konsentrasi Tinggi

13 hari lalu

Penelitian Ungkap Pelet Plastik Daur Ulang dari Indonesia Mengandung 30 Bahan Kimia Beracun dengan Konsentrasi Tinggi

Proyek penelitian di 13 negara ini bertujuan meningkatkan kesadaran global tentang bahan kimia berbahaya dalam plastik daur ulang

Baca Selengkapnya

Jokowi Ungkap PR Besar di Bidang Kesehatan: Pintar kalau Sakit Mau Apa?

13 hari lalu

Jokowi Ungkap PR Besar di Bidang Kesehatan: Pintar kalau Sakit Mau Apa?

Presiden Jokowi mengungkapkan PR besar Indonesia di bidang kesehatan. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Pakta Konsumen Nasional Minta Pemerintah Penuhi Hak Konsumen Tembakau

17 hari lalu

Pakta Konsumen Nasional Minta Pemerintah Penuhi Hak Konsumen Tembakau

Pakta Konsumen Nasional meminta pemerintah untuk memenuhi hak konsumen tembakau di Indonesia.

Baca Selengkapnya