TEMPO.CO, Jakarta -Kebutuhan kalori setiap orang berbeda. Hal ini tergantung dari jenis kelamin, usia, aktivitas dan berat badan. Bagaimana menghitungnya?
Sederhananya, gunakan patokan BMR (basal metabolic rate), yaitu jumlah kalori dasar yang dibutuhkan manusia untuk hidup tanpa melakukan aktifitas apapun. Kebutuhan basal ini menurut ahli gizi Rita Ramayulis berbeda antara pria dan wanita.
"Ini karena adanya perbedaan postur tubuh antara pria dan wanita. Kebutuhan kalori basal pada wanita, 25 kkal dikalikan dengan berat badan normal. Sedangkan pada pria, sebanyak 30 kkal yang dikalikan dengan berat badan normal," ujarnya.. Hal ini berlaku untuk perempuan yang mempunyai tinggi di atas 150 centimeter dan laki-laki di atas 155 centimeter.
Selanjutnya, jumlah kebutuhan kalori juga harus memperhitungkan usia. Ada faktor koreksi untuk usia 40-69 tahun dikurangi 5 persen, 60-69 tahun koreksi umur 10 persen dan di atas 70 tahun koreksi umur 20 persen. Begitu juga dengan aktivitas fisik. Yaitu aktivitas harian ringan ditambahkan 10-20 persen, aktivitas sedang 20-30 persen dan aktivitas berat ditambahkan 40-50 persen. Nah, jika masing-masing sudah diketahui angkanya, masukkan ke dalam rumus ini :
Kebutuhan kalori total = BMR + aktivitas fisik - faktor koreksi umur
Sebagai ilustrasi perempuan berusia 42 tahun, tinggi badan 154 centimeter, berat badan 58 kilogram, pekerjaan pegawai dan ibu rumah tangga. Cara menghitung kebutuhan kalorinya karena sudah berusia di atas 40 tahun maka menghitung berat badan normal yaitu tinggi badan - 100.
Berat badan normal = 154 - 100 = 54 kilogram. BMR = 25 kkal X 54 kilogram = 1.350 kkal Penambahan untuk aktivitas 20 persen = 270 kkal Jadi kebutuhan asupan kalori per hari 1.620 kkal
Nah, ayo hitung berapa kebutuhan kalori harian Anda. Jika konsumsi berlebih maka bakar kalori dengan aktivitas fisik seperti olahraga. Rita menyarankan kebutuhan kalori harian ini sebaiknya dibagi dalam 5 kali makan. 3 makan berat (sarapan, makan siang dan makan malam) serta 2 kali makan selingan.
Bayi penting untuk melakukan imunisasi secara rutin agar terhindar dari bahaya kesehatan mendatang. Lantas, apa saja bahaya bagi bayi yang tidak melakukan imunisasi?
Sejak 2021, Jokowi 6 Kali Sampaikan Keresahan WNI Pilih Berobat ke Luar Negeri
9 hari lalu
Sejak 2021, Jokowi 6 Kali Sampaikan Keresahan WNI Pilih Berobat ke Luar Negeri
Presiden Joko Widodo atau Jokowi acap menyampaikan keresahannya soal warga negara Indonesia yang berbondong-bondong berobat ke negara lain, alih-alih dalam negeri.