TEMPO.CO, Jakarta - Jangan melewati hari tanpa sarapan dengan keyakinan bahwa Anda akan menambah kebutuhan kalori saat makan siang. Kebiasaan ini menurut perwakilan Ikatan Dokter Indonesia, Dr Ulul Albab, rentan memicu obesitas.
"Metabolisme insulin meningkat pada mereka yang tidak sarapan sehingga kadar gula meningkat dan mudah memicu rasa lapar," ujarnya menjelaskan.
Kebiasaan tersebut akan menggeser pola makan sehingga fase lapar meningkat di malam hari, di mana aktivitas berkurang dan akibatnya memicu penumpukan kalori yang berujung pada obesitas.
Selain itu, melewatkan sarapan akan menyebabkan tubuh lemas dan daya ingat menurun serta otak sulit berkonsentrasi. Untuk memperoleh manfaat dari sarapan, Ulul mengingatkan untuk mengkonsumsi sarapan dengan perkiraan kalori 300-500 kkal dan menghindari menu kaya karbohidrat.
"Kebanyakan orang hanya mengkonsumsi karbohidrat saat sarapan. Padahal kebanyakan karbohidrat justru akan membuat tubuh mudah mengantuk," katanya.
Sama seperti komposisi makan pada umumnya, menu sarapan juga disarankan terdiri atas protein, lemak, vitamin, dan mineral. Pasalnya, sarapan memenuhi 15-30 persen kebutuhan kalori harian sedangkan 50-60 persen lagi diperoleh dari makan siang dan 10-20 persen dari makan malam.
Bayi penting untuk melakukan imunisasi secara rutin agar terhindar dari bahaya kesehatan mendatang. Lantas, apa saja bahaya bagi bayi yang tidak melakukan imunisasi?
Sejak 2021, Jokowi 6 Kali Sampaikan Keresahan WNI Pilih Berobat ke Luar Negeri
9 hari lalu
Sejak 2021, Jokowi 6 Kali Sampaikan Keresahan WNI Pilih Berobat ke Luar Negeri
Presiden Joko Widodo atau Jokowi acap menyampaikan keresahannya soal warga negara Indonesia yang berbondong-bondong berobat ke negara lain, alih-alih dalam negeri.