Hipertensi Juga Bisa Menyerang Paru, Apa Penyebabnya?
Editor
Yayuk Widiyarti
Jumat, 5 Mei 2017 19:02 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Hipertensi dikaitkan dengan tingkat tekanan darah di pembuluh darah. Namun, masih banyak yang belum mengetahui tentang hipertensi pulmonal (pulmonary hypertension) atau di Indonesia sering disebut hipertensi paru.
Saat ini, hipertensi paru merupakan masalah kesehatan global yang cukup besar. Lebih dari 25 juta kasus hipertensi paru di dunia, 50 persennya tak berobat hingga meninggal kurang dari dua tahun jika tidak diterapi. Lebih mengejutkan lagi, tingkat kematian karena hipertensi paru lebih tinggi dibandingkan dengan kanker payudara dan kanker kolorektal.
Hipertensi paru sering diderita pada usia muda dan pertengahan, lebih sering diderita pada perempuan dengan perbandingan 2:1, angka kejadian pertahun sekitar 2-3 kasus per 1 juta penduduk, dengan mean survival sampai timbulnya gejala penyakit sekitar 2-3 tahun.
Selain itu, sekitar 80 persen dari pasien yang terkena hipertensi paru tinggal di negara-negara berkembang, di mana hipertensi paru sering dikaitkan dengan penyakit jantung bawaan dan berbagai gangguan infeksi, termasuk schistosomiasis, HIV, dan penyakit jantung rematik. Penggunaan istilah hipertensi paru lebih banyak digunakan di Indonesia untuk memudahkan masyarakat umum untuk mengenal dan mengingatnya.
Pakar Hipertensi Paru dan Dokter Spesialis Jantung & Pembuluh Darah, Prof. Dr. dr. Bambang Budi Siswanto, Sp.JP(K), FAsCC, FAPSC, FACC, mengatakan hipertensi paru merupakan suatu keadaan di mana terjadi kenaikan tekanan di pembuluh darah paru, baik di arteri maupun vena.
"Tekanan darah tinggi ini berbeda dengan tekanan darah tinggi biasa yang diukur menggunakan tensimeter dan banyak diderita oleh masyarakat umum," ujarnya.
Tekanan darah tinggi pada hipertensi paru terjadi karena arteri pulmonal yang membawa darah dari jantung ke paru-paru menyempit atau menebal sehingga jantung kanan harus bekerja lebih keras untuk memompa darah tersebut menuju paru-paru.
Penyakit hipertensi paru dianggap langka karena cara mendiagnosisnya sulit dan keluhannya tidak khas, mirip dengan keluhan penyakit paru atau penyakit jantung. Diperlukan pemeriksaan yang lebih lengkap agar dapat ditangani dengan cepat dan tepat.
Hipertensi paru, jika diketahui sejak awal dapat diobati dengan obat-obat yang tersedia seperti golongan Ambrisentan, Bosentan, Tadalafil, Beraprost, Riociguat dan juga Sildenafil / Inhibitor Phosphodiesterase Type 5 (PDE5) yang telah disetujui Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) beberapa waktu lalu sebagai obat hipertensi paru.
"Namun, dalam stadium lanjut pasien mungkin tetap akan mengalami sesak napas terus dan hipertensinya menetap tidak mau turun bahkan progresif sehingga akhirnya terjadi gagal jantung kanan,” jelas Bambang.
Lebih lanjut Bambang menjelaskan, gejala umum orang yang menderita hipertensi paru seperti mengalami susah bernapas, cepat lelah, pusing, perasaan ingin pingsan, jantung berdebar, rasa begah pada perut kanan, tekanan atau rasa sakit di area dada, dan kaki bengkak.
BISNIS
Artikel lain:
Produk Kesehatan Mengandung Perak, Apa Manfaatnya
Antenatal, Metode Periksa Bibit, Bebet, Bobot Kehamilan
Semakin Aktif, Anak Lebih Mudah Belajar Membaca