Lapar? Coba Menu Liwet Beralas Daun Pisang

Reporter

Rabu, 3 Mei 2017 21:05 WIB

Nasi liwet Warung Teteh. TEMPO/ Nita Dian

TEMPO.CO, Jakarta - Nasi dan lauk-pauk disajikan beralas daun pisang segar, lalu dilahap beramai-ramai. Menurut Fadly Rahman, pakar sejarah kuliner Nusantara, tradisi makan itu tersebar dari Sabang hingga Merauke. "Yang dicari bukan hidangannya tapi keguyubannya, sebagai bentuk syukur. Ada pula yang menandakan perdamaian antarsuku seperti di Papua," kata dia.

Fadly menuturkan tradisi ini berawal dari masyarakat agraris ribuan tahun silam. Di masa paceklik, masyarakat memasak bersama untuk memenuhi kebutuhan pangan. Mereka berkumpul untuk makan seadanya, dari apa yang diberikan alam. Konon, dari kebiasaan memasak bersama dengan memanfaatkan bahan pangan yang ada, muncul peribahasa makan enggak makan yang penting kumpul.

Dari berbagai ekspedisi, kata dia, muncul catatan mengenai kultur masyarakat Nusantara yang bersantap bersama di lantai dengan menggunakan daun pisang sebagai alas. Di Jawa Tengah dan Jawa Timur, tradisi ini masih subur. Orang setempat menyebutnya liwetan, dalam bahasa Indonesia berarti menanak nasi. Di Mojokerto, misalnya, saban gerhana bulan tradisi liwetan digelar oleh ibu hamil. Tujuannya supaya jabang bayi dan ibu terhindar dari petaka yang dibawa buto ijo.

Oleh para pelaku usaha kuliner di Ibu Kota, tradisi itu tetap diterjemahkan sebagai makan beramai-ramai beralaskan daun pisang, di rumah makan. Ada beberapa tempat yang menawarkan menu liwetan. Salah satu yang paling populer adalah Warung Teteh Sukabumi di Jalan Petogogan, Jakarta Selatan.

Tempat ini nyaris tak pernah sepi. Jangan coba-coba datang tanpa memesan tempat terlebih dahulu jika tak kuat menahan rasa kecewa akibat "ditolak". "Harus pesan dulu maksimal sehari sebelumnya biar kebagian tempat dan masaknya pas," kata Sugih, 19 tahun, pengelola warung.

Jam makan siang adalah saat yang paling ramai. Terbukti saat kami datang mengunjungi tempat itu pada Kamis lalu, hampir tak ada meja kosong.

Di sini, tak perlu sungkan menyambar ikan, pete, dan jengkol dengan menggunakan tangan telanjang, tanpa sendok atau garpu. Di sela lauk-pauk, kita akan menemukan sayur-mayur yang sebagian besar disajikan mentah.

Salah satu pelanggan setia Warung Teteh adalah Hidayat Putrohari, 37 tahun, yang kerap memanjakan keluarganya makan besar di warung ini. "Sebulan sekali pasti ke sini sama anak, istri, atau teman sekantor," kata dia. Menu favoritnya adalah ikan dendeng asam manis. Untuk empat orang, Hidayat biasa mengeluarkan kocek minimal Rp 150 ribu.

Tradisi menyantap bersama beralas daun pisang juga ditemui di Bali dengan nama megibung. Di Jakarta ada restoran Ajengan Bali yang menawarkan sensasi megibung. Alas daun pisang dipakai untuk mengalasi piring, lalu ada sendok dan garpu yang disodorkan untuk membantu kita melahap sajian.

Ada pula sebuah piring bambu besar berisi aneka macam lauk-pauk yang siap disantap oleh empat hingga tujuh orang. Cita rasa Bali yang kaya bumbu rempah dan pedas menyambut penikmatnya. Dalam satu piring itu tersaji sate lilit, telur bebek pedas, sate tusuk, betutu, pelalah, jukut kalas, dan sambal matah.


DINI PRAMITA

Berita lainnya:
Superfood Puding Chia Ubi Ungu dari Chef Eddrian
2 Gaya yang Membuat Tali Sepatu Terlepas
Tempat-tempat yang Berpotensi Tularkan Penyakit ke Bayi



Berita terkait

Inilah 50 Restoran Terbaik Asia 2024

25 hari lalu

Inilah 50 Restoran Terbaik Asia 2024

Acara penghargaan restoran terbaik Asia ini diadakan pada Selasa malam, 26 Maret 2024 di Seoul di Grand InterContinental Seoul Parnas.

Baca Selengkapnya

PPKM Seluruh Indonesia Diperpanjang, Ini Daftar Lengkap Poin Aturannya

10 Mei 2022

PPKM Seluruh Indonesia Diperpanjang, Ini Daftar Lengkap Poin Aturannya

Terdapat beberapa poin penting dalam aturan terbaru mengenai perpanjangan PPKM se-Indonesia.

Baca Selengkapnya

Dinas Pariwisata Sebut Artis Top Dilarang Live Music di Restoran & Kafe, Sebab..

27 Agustus 2020

Dinas Pariwisata Sebut Artis Top Dilarang Live Music di Restoran & Kafe, Sebab..

Plt Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif DKI Jakarta' Gumilar Ekalaya menjelaskan larangan mendatangkan artis top ke restoran & kafe.

Baca Selengkapnya

Asosiasi Restoran Amerika Rilis Pedoman Operasional Baru

30 Mei 2020

Asosiasi Restoran Amerika Rilis Pedoman Operasional Baru

Pedoman baru operasional restoran selama wabah corona ini berlaku untuk pemilik, pegawai, dan pengunjung.

Baca Selengkapnya

Uniknya Physical Distancing di Restoran, Pakai Topi Bersungut

18 Mei 2020

Uniknya Physical Distancing di Restoran, Pakai Topi Bersungut

Pengelola restoran berkreasi dengan tetap menerapkan physical distancing atau jarak antar-individu.

Baca Selengkapnya

Menikmati Nuansa Vintage di Legend Coffee Malioboro

18 Maret 2019

Menikmati Nuansa Vintage di Legend Coffee Malioboro

Legend Coffee, sebuah tempat kongkow asik di tengah Kota Yogyakarta, berdekatan dengan kawasan Malioboro.

Baca Selengkapnya

Hari Raya Imlek, Coba Menu Kantonis di Restoran Hakkasan

5 Februari 2019

Hari Raya Imlek, Coba Menu Kantonis di Restoran Hakkasan

Restoran Hakkasan bertempat di lantai 25 dan 26 Hotel Alila SCBD dan baru dibuka pada Jumat, 8 Februari 2019.

Baca Selengkapnya

Ketahui Rasa Gelato yang Rentan Mengandung Rum dan Alkohol

1 Oktober 2018

Ketahui Rasa Gelato yang Rentan Mengandung Rum dan Alkohol

Restoran Iceberg Caffe Pizza and Gelato ini sengaja menyesuaikan pakem rasa gelato dengan penduduk Indonesia yang sebagian besar muslim.

Baca Selengkapnya

Ngopi atau Ngeteh di Kafe Pinggir Danau

29 April 2018

Ngopi atau Ngeteh di Kafe Pinggir Danau

Belum dua bulan dibuka, keberadaan kafe di kawasan Sentul ini sudah diketahui banyak orang.

Baca Selengkapnya

Menikmati Kopi Racikan Barista Kopilot

21 April 2018

Menikmati Kopi Racikan Barista Kopilot

Kafe di Jakarta Timur mungkin belum semeriah di wilayah Jakarta lainnya. Namun berbahagialah warga setempat punya Kopilot di Cipayung.

Baca Selengkapnya