TEMPO.CO, Jakarta - Penelitian yang dilakukan University of Endinburg dan University of Netherland menggambarkan bagaimana partikel nano pada polusi udara dapat mengendap dalam pembuluh darah. Para peneliti sementara menyimpulkan polusi udara dapat menyebabkan penyakit jantung.
"Kami menduga partikel nano dalam polusi udara dapat lolos dari proses penyaringan di paru-paru, lalu partikel nano yang lolos itu menuju pembuluh darah dan mengendap dalam waktu lama," ujar Kepala Peneliti dari University of Endinburg, Nicholas Mills, seperti dikutip dari situs BBC, Rabu, 26 April 2017.
Baca: Greenpeace: Kualitas Udara Jabodetabek Buruk
Dalam riset ini, peneliti menggunakan partikel nano pada emas murni sebagai pembanding partikel nano dalam polusi udara. Para peneliti menemukan partikel nano di dalam asap hasil penyaringan mesin diesel sama dengan partikel nano pada emas murni.
Bila jenis partikel nano seperti ini sering terhirup dari hidung dan masuk ke paru-paru, lama-kelamaan akan merusak sistem penyaringan dalam paru-paru dan meresap ke pembuluh darah.
Peneliti menyertakan tiga orang responden, yakni pasien penyakit jantung yang akan menjalani operasi tiga hari kemudian. Sebelum operasi, ketiganya menjalani tes paru-paru. Ternyata di dalam paru-paru mereka ditemukan partikel nano yang sama dengan yang ada dalam pembuluh darah.
Menurut Mills, bila paru-paru manusia kerap menghirup partikel nano ini, dalam beberapa waktu ke depan, orang itu dapat mengalami penyakit jantung dan stroke. Sebab, partikel nano mengendap di dalam pembuluh dan menghalangi aliran darah. "Proses ini dapat menyebabkan kematian sekitar 40 ribu orang di Inggris," ujarnya.
Profesor Peter Dobson dari The University of Oxford membantah hasil penelitian yang dilakukan Mills. "Partikel nano dalam kandungan emas murni tidak bisa disamakan dengan partikel nano pada polusi udara," ucapnya.
Menurut Dobson, partikel Nano pada hasil pembakaran mesin diesel di pabrik-pabrik di Inggris memiliki susunan kimia yang sangat berbeda dengan yang ada dalam emas murni. "Lagi pula, pelaku industri pengguna mesin diesel di Inggris sudah membayar mahal untuk proses penyaringan polusi udara untuk pabrik mereka," tuturnya.
CHETA NILAWATY
Berita lain:
3 Tindakan Bila Pasangan Suka Bandingkanmu dengan Mantan
Ahok Bingung Karangan Bunga Mau Diapakan, Florist Menjawab
Berita terkait
Tuntutan dari Mahasiswa UGM, IPK 4,00 di Universitas Jember, serta Penyakit Akibat Polusi Mengisi Top 3 Tekno
15 jam lalu
Topik tentang mahasiswa UGM menggelar aksi menuntut tranparansi biaya pendidikan menjadi berita terpopuler Top 3 Tekno Berita Hari Ini.
Baca SelengkapnyaLima Besar Penyakit Akibat Polusi Udara di Indonesia, Apa Saja?
1 hari lalu
Polusi udara yang erat kaitannya dengan tingginya beban penyakit adalah polusi udara dalam ruang (rumah tangga).
Baca SelengkapnyaRiset BRIN: Penduduk Indonesia Akan Kehilangan 2,5 Tahun Usia Harapan Hidup Akibat Polusi Udara
1 hari lalu
Efek polusi udara rumah tangga baru terlihat dalam jangka waktu relatif lama.
Baca SelengkapnyaPenyakit Minamata Ditemukan di Jepang 68 Tahun Lalu, Ini Cara Merkuri Masuk dalam Tubuh
2 hari lalu
Penyakit Minamata ditemukan di Jepang pertama kali yang mengancam kesehatan tubuh akibat merkuri. Lantas, bagaimana merkuri dapat masuk ke dalam tubuh?
Baca SelengkapnyaJakarta Peringkat 10 Kota dengan Udara Terburuk pada Sabtu Pagi
6 hari lalu
Pada Sabtu pagi pukul 07.02 WIB Indeks Kualitas Udara (AQI) di Jakarta berada di angka 122 atau masuk dalam kategori tidak sehat.
Baca SelengkapnyaPolusi Udara Bisa Bikin Serangga Salah Pilih Pasangan Kawin
12 hari lalu
Temuan lainnya adalah keturunan hibrida dari serangga yang salah pilih pasangan karena polusi udara itu kerap kali steril.
Baca SelengkapnyaStudi Menunjukkan Cahaya Lampu pada Malam Hari Bisa Meningkatkan Risiko Stroke
34 hari lalu
Studi ini mengeksplorasi hubungan antara paparan polusi cahaya pada malam hari dengan potensi risiko kesehatan otak dan stroke.
Baca SelengkapnyaStartup di Telkom University Bikin Alat Pemantau Udara: Ramah Lingkungan, Wireless, Berorientasi Siswa
49 hari lalu
Startup BiruLangit dari unit inkubasi Bandung Technopark Telkom University mengembangkan alat pemantau udara Low-Cost Sensors (LCS)
Baca SelengkapnyaMikroplastik di Dalam Darah Berkorelasi dengan Peningkatan Serangan Jantung
51 hari lalu
Studi atas tumpukan plak di pembuluh darah pasien rumah sakit di Italia mendapati kandungan mikroplastik yang sangat jelas di bawah mikroskop.
Baca SelengkapnyaKurangi Polusi Udara Sekaligus Kemacetan, BISKITA Kemenhub Hadir di Bekasi
53 hari lalu
Kementerian Perhubungan secara bertahap sejak 2020 meluncurkan angkutan massal dengan sistem Buy the Service (BTS). Kurangi polusi udara dan kemacetan
Baca Selengkapnya