Guru Besar IPB: 1 dari 5 Remaja Bogor Kena Anemia

Reporter

Jumat, 28 April 2017 16:35 WIB

Ilustrasi ibu menemani anaknya belajar. shutterstock.com

TEMPO.CO, Jakarta - Guru besar Fakultas Ekologi Manusia (FEMA) Institut Pertanian Bogor, Profesor Dodik Briawan, mengatakan anemia pada anak usia kurang dari dua tahun akan mengganggu perkembangan saraf otak atau kemampuan kognitif, bahkan bisa menurunkan IQ hingga 10 persen.

"Di Bogor, satu dari lima remaja mengalami anemia. Anemia dapat menurunkan 20 persen kemampuan bekerja dan kemampuan kognitif, serta bersifat permanen," katanya.

Baca: Anemia Ternyata Bukan Penyakit Akibat Kurang Darah

Ia menjelaskan, anemia merupakan masalah gizi mikro yang dialami hampir semua negara. Jumlah penderitanya diperkirakan mencapai dua miliar orang atau sepertiga dari populasi dunia. Penderita anemia paling banyak berasal dari Asia Selatan, Asia Tenggara, dan Afrika.

Baca juga: 35 Persen Pekerja Wanita Kena Anemia, Produktivitas Anjlok

Secara umum, dia melanjutkan, 50 persen kejadian anemia disebabkan kurangnya asupan zat besi sehingga sering disebut anemia gizi besi atau AGB. Anemia sudah dikenal sejak pertengahan abad ke-16 di Eropa dengan nama chlorosis.

"Saat ini, sudah diketahui cara pengobatannya dengan garam besi. Dalam satu hari, kebutuhan manusia akan zat besi hanya 60 miligram per hari, dan bisa tercukupi dengan mengkonsumsi daging, telur, dan ayam," ujar pakar gizi IPB ini.

Ia menyebutkan akan ada fenomena loss generation (kehilangan generasi) dan bisa mengakibatkan kematian karena menurunnya imunitas akibat anemia. AGB terjadi karena rendahnya kualitas konsumsi pangan. Sebagian besar penduduk Indonesia mengkonsumsi beras 97,7 persen dan sayuran 79,1 persen.

Pola diet yang dilakukan tersebut meningkatkan risiko anemia gizi besi, anemia karena infeksi, dan penyebab lain, seperti infeksi cacing dan malaria serta inflamasi karena TB dan HIV/AIDS.

Hasil penelitian mahasiswa Program Magister IPB 2016 mengungkapkan estimasi kerugian ekonomi bangsa Indonesia terhadap kasus anemia mencapai Rp 62 triliun atau setara dengan 0,711 persen PDB. "Kerugian ekonomi pada anak balita dan sekolah Rp 1,3 juta, remaja Rp 830 juta, wanita dewasa Rp 1,9 juta, dan laki-laki dewasa Rp 2,8 juta per kapita per tahun," katanya.

Dodik menambahkan, pemerintah telah melakukan beberapa program untuk menangani AGB, yakni melalui fortifikasi pangan, suplementasi zat besi, komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) gizi, serta peningkatan kualitas konsumsi pangan. "Pada 2016, Bank Dunia menyatakan investasi US$ 1 untuk perbaikan anemia pada kelompok wanita usia subur akan mengembalikan uang US$ 12. Artinya, investasi di bidang gizi, khususnya anemia, sangat menguntungkan," ujarnya.

ANTARA

Artikel lain:
Penjelasan Ahli tentang Fase Pubertas sampai Menopause

Berita terkait

Anak Obesitas dan Kurang Gizi Berisiko Tinggi Kekurangan Zat Besi

22 hari lalu

Anak Obesitas dan Kurang Gizi Berisiko Tinggi Kekurangan Zat Besi

Kekurangan zat besi dapat menyebabkan anemia, suatu kondisi yang mengakibatkan kurangnya sel darah merah yang sehat.

Baca Selengkapnya

Mengenal Anemia Aplastik, Penyakit Langka yang Diidap Mendiang Babe Cabita

26 hari lalu

Mengenal Anemia Aplastik, Penyakit Langka yang Diidap Mendiang Babe Cabita

Anemia aplastik merupakan penyakit langka yang terjadi ketika sumsum tulang tidak dapat memproduksi sel darah dan trombosit yang cukup.

Baca Selengkapnya

Jadi Makanan Khas Lebaran, Ketahui Kandungan Nutrisi dan Manfaat Hati Ayam dalam Sambal Goreng Kentang Ati

26 hari lalu

Jadi Makanan Khas Lebaran, Ketahui Kandungan Nutrisi dan Manfaat Hati Ayam dalam Sambal Goreng Kentang Ati

Hati ayam dalam sambal goreng kentang ati, makan khas ketika lebaran, ternyata memiliki manfaat kesehatan. Apa saja?

Baca Selengkapnya

9 Cara Mengatasi Mata Berkunang-kunang

49 hari lalu

9 Cara Mengatasi Mata Berkunang-kunang

Mengikuti langkah-langkah ini, Anda dapat mengurangi risiko terjadinya mata berkunang-kunang dan menjaga kesehatan mata Anda secara keseluruhan.

Baca Selengkapnya

7 Penyebab Mata Berkunang-Kunang yang Harus Diketahui

50 hari lalu

7 Penyebab Mata Berkunang-Kunang yang Harus Diketahui

Mata berkunang-kunang terkadang terasa seperti sedang melihat bintang, kilatan cahaya, atau aura.

Baca Selengkapnya

BRIN Teliti Manfaat Daun Kelor untuk Atasi Stunting dan Anemia

57 hari lalu

BRIN Teliti Manfaat Daun Kelor untuk Atasi Stunting dan Anemia

BRIN menggarap proyek penelitian tentang intervensi pemberian makanan tambahan yang diperkaya daun kelor untuk balita berstatus stunting dan anemia.

Baca Selengkapnya

Banjir Istilah Kesehatan Saat Debat Capres: Stunting, Gizi Buruk, Obesitas, hingga Anemia

5 Februari 2024

Banjir Istilah Kesehatan Saat Debat Capres: Stunting, Gizi Buruk, Obesitas, hingga Anemia

Isu kesehatan dalam debat capres muncul mulai dari stunting, gizi buruk, obesitas, dan anemia. Ini artinya.

Baca Selengkapnya

Bahaya Ibu Hamil Makan Kedelai Utuh bagi Janin Laki-laki Menurut Dokter Kandungan

18 Januari 2024

Bahaya Ibu Hamil Makan Kedelai Utuh bagi Janin Laki-laki Menurut Dokter Kandungan

Dokter kandungan mengatakan makan kedelai utuh bisa memicu masalah genital pada janin laki-laki. Apa dampaknya?

Baca Selengkapnya

Pakar: Ibu Hamil Perlu Zat Besi tapi Jangan Kelebihan Vitamin A, Cek Risikonya

16 Januari 2024

Pakar: Ibu Hamil Perlu Zat Besi tapi Jangan Kelebihan Vitamin A, Cek Risikonya

Ibu hamil butuh zat besi untuk mencegah anemia dan perkembangan janin tapi tak dianjurkan mengasup vitamin A terlalu banyak. Pakar sebut risikonya.

Baca Selengkapnya

Peneliti FKUI Ingatkan Bahaya Pajanan Timbal pada Anak

10 Januari 2024

Peneliti FKUI Ingatkan Bahaya Pajanan Timbal pada Anak

Pajanan timbal dapat menyebabkan beragam gangguan kesehatan, khususnya pada anak. Berikut penjelasan peneliti FKUI.

Baca Selengkapnya