Mengapa Perempuan Harus Menulis? Ini Jawaban Helene Cixous

Reporter

Editor

Susandijani

Senin, 17 April 2017 16:00 WIB

Ilustrasi perempuan menulis. shutterstock.com

TEMPO.CO, Jakarta -Di era yang semakin maju ini, kaum perempuan yang kerap berada dalam posisi inferior makin rajin menyuarakan dan memperjuangkan hak-haknya sebagai manusia serta warga negara. Januari lalu, aksi Women’s March yang dilaksanakan Amerika Serikat digelar dan diikuti oleh 4,6 juta perempuan di AS sendiri dan total 4,8 juta perempuan di berbagai belahan dunia.

Di Jakarta sendiri, belum lama ini juga dilakukan aksi Women’s March Jakarta dengan 700 peserta yang menyuarakan protesnya terhadap permasalahan sosial berbasis pada gender di Indonesia. Meski masih banyak bias gender yang terjadi, sebenarnya diskursus feminism sudah ada sejak era 1950an hingga 1970an melalui para pemikir hebat.

Salah satu pemikir yang memberi dampak besar pada gagasan feminisme adalah filsuf asal Prancis, yakni Hélène Cixous. Melalui pemikirannya, ia mendorong perempuan untuk keluar dari kungkungan laki-laki dengan cara menulis.

Lahir di kota Oran, Aljazair pada 1937, Cixous merupakan salah satu tokoh besar yang memodernisasikan gagasan feminism. Melalui bukunya yang berjudul “The Laugh of Medusa”, ia mematahkan anggapan tokoh feminis besar sebelumnya, yakni Simone de Beauvoir, yang menyebutkan bahwa perempuan adalah kaum tertindas tanpa ada ajakan kepada mereka untuk aktif mendobrak budaya patriarki tersebut. Sebaliknya, pemikiran Cixous tidak terpusat kepada inferioritas perempuan. Ia mengajak dan mendorong perempuan untuk keluar dari dirinya yang telah direpresi selama bertahun-tahun.

Budaya modern memang dikonstruksikan secara intelektual yang didominasi oleh pikiran laki-laki, terutama dalam bahasa. Pada bahasa Indonesia sendiri, banyak bias gender dalam istilah-istilah keseharian. Contohnya, kata ‘tuan tanah’ ada, tetapi tidak dengan kata ‘nyonya tanah’. Begitu pula sapaan ‘tuan’ yang bisa ditujukan baik untuk pria lajang mau pun menikah. Sedangkan, perempuan yang belum dan sudah menikah dibedakan dengan sapaan ‘nona’ dan ‘nyonya’, yang menunjukkan ketergantungan perempuan terhadap lelaki.

Menurut Cixous, di balik kepasifan perempuan terdapat hasrat mendalam untuk berkreasi dan memberikan suara, yang merupakan hak dasar tiap manusia. Meski masih hidup dalam budaya patriarki yang kental, Cixous menyebutkan bahwa perempuan harus mendobraknya melalui tulisan.

Cixous membagi tulisan menjadi dua jenis, yakni tulisan maskulin dan feminine. Tulisan maskulin menggunakan bahasa lugas, rasional, dan blak-blakan. Sedangkan, tulisan feminine lebih mengutamakan ekspresi dan imajinasi. Untuk memahami tulisan feminine, pembaca dipaksa mengikuti hingga akhir cerita karena penggunaan bahasa puitis yang penuh perasaan.

Menurut Cixous, perempuan memiliki daya imajinasi yang kuat. Maka itu, ia mengajak perempuan untuk mencurahkan semua hasrat seksual dan rahasia mereka dengan cara menulis. Dengan menulis berarti perempuan menguasai kembali tubuh dan pikirannya yang dulunya dikuasai oleh laki-laki.

“Perempuan harus menuliskan dirinya sendiri. Perempuan harus meletakkan dirinya dalam tulisan serta menunjukkannya pada dunia dan sejarah,” ucap Cixous dalam bukunya.

Hingga kini, pengaruh dari konsep penulisan feminine oleh Cixous tersebut dapat dilihat dari banyaknya jumlah penulis perempuan yang berani menuangkan pikiran mereka melalui berbagai bentuk tulisan. Di Indonesia sendiri, mulai banyak penulis perempuan yang bermunculan, seperti Ayu Utami, Djenar Maesa Ayu, Dewi Lestari, Nova Riyanti Yusuf, dan Helvy Tiana Rosa. Dalam karyanya, mereka menyuarakan pendapatnya melalui tulisan yang dianggap berani mengangkat isu-isu kritis dan tabu mengenai perempuan.

DES FEMMES | BLESOK | ZARA AMELIA


Berita terkait

Pentingnya Peran Perempuan Dalam Keluarga dan Dunia Profesional

4 hari lalu

Pentingnya Peran Perempuan Dalam Keluarga dan Dunia Profesional

Refleksi terhadap dinamika peran perempuan dalam berbagai aspek kehidupan dalam memperingati Hari Kartini.

Baca Selengkapnya

Maknai Semangat RA Kartini, Ini Kelebihan Perempuan di Industri Garmen

5 hari lalu

Maknai Semangat RA Kartini, Ini Kelebihan Perempuan di Industri Garmen

Keahlian perempuan memberikan keuntungan sendiri khususnya di unit bisnis garmen J99 Corp.

Baca Selengkapnya

Semangat Hari Kartini dalam Transformasi Kepemimpinan Perempuan di Jasa Marga

8 hari lalu

Semangat Hari Kartini dalam Transformasi Kepemimpinan Perempuan di Jasa Marga

27 persen perempuan sebagai pimpinan puncak perusahaan.

Baca Selengkapnya

PT Pegadaian Dukung Kesetaraan Gender Melalui Edukasi Keuangan

8 hari lalu

PT Pegadaian Dukung Kesetaraan Gender Melalui Edukasi Keuangan

Dalam rangka memperingati Hari Kartini, PT Pegadaian dukung Kegiatan Edukasi Keuangan bertema "Perempuan Cerdas Keuangan, Perempuan Indonesia Hebat" yang diselenggarakan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Baca Selengkapnya

Hari Kartini, OJK Prioritaskan Peningkatan Literasi Keuangan Perempuan

9 hari lalu

Hari Kartini, OJK Prioritaskan Peningkatan Literasi Keuangan Perempuan

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) berkomitmen meningkatkan edukasi literasi keuangan untuk perempuan.

Baca Selengkapnya

Daftar Film Perjuangan Kartini Berikut Sinopsisnya

10 hari lalu

Daftar Film Perjuangan Kartini Berikut Sinopsisnya

Film-film yang menggambarkan perjuangan R.A Kartini

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Pakai Kain Batik pada Hari Terakhir di Washington, Hadiri 3 Pertemuan Bilateral

10 hari lalu

Sri Mulyani Pakai Kain Batik pada Hari Terakhir di Washington, Hadiri 3 Pertemuan Bilateral

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengenakan kain batik pada hari terakhirnya di Washington DC, Amerika Serikat, 21 April kemarin.

Baca Selengkapnya

Jejak Surat RA Kartini: Emansipasi Hingga Agama

10 hari lalu

Jejak Surat RA Kartini: Emansipasi Hingga Agama

Potongan-potongan surat RA Kartini yang menunjukan perjuangan wanita

Baca Selengkapnya

Hari Kartini, Yogyakarta Diramaikan dengan Mbok Mlayu dan Pameran Lukisan Karya Perempuan

10 hari lalu

Hari Kartini, Yogyakarta Diramaikan dengan Mbok Mlayu dan Pameran Lukisan Karya Perempuan

Para perempuan di Yogyakarta memperingati Hari Kartini dengan lomba lari dan jalan kaki, serta membuat pameran lukisan.

Baca Selengkapnya

Gelar Kampus Menggugat di Hari Kartini, Guru Besar UGM: Kita Bagian Kerusakan Demokrasi di Era Jokowi

11 hari lalu

Gelar Kampus Menggugat di Hari Kartini, Guru Besar UGM: Kita Bagian Kerusakan Demokrasi di Era Jokowi

Kegiatan Kampus Menggugat ini menyorot kondisi demokrasi di penghujung kepemimpinan Presiden Joko Widodo atau Jokowi yang merupakan alumnus UGM.

Baca Selengkapnya