TEMPO.CO, Jakarta - Perawatan lensa kontak setelah pemakaian merupakan bagian penting untuk menjaga mata dari kontra indikasi pemakaian lensa."Komplikasi umumnya terjadi pada 4 persen pengguna lensa kontak," kata dokter spesialis mata, Yulia Aziza, dalam seminar kesehatan lensa kontak di Menteng, Jakarta Pusat. Penyakit yang muncul akibat salah pemakaian lensa kontak antara lain hipoksia, edema, dry eye, dan ulkus kornea.
Hipoksia terjadi ketika suplai oksigen pada mata berkurang. Kasus ini muncul akibat penggunaan lensa kontak yang terlalu ketat, sehingga mata meradang. "Cirinya, mata memerah dan berair," kata pengurus Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia ini.
Adapun pada kasus edema—istilah medis untuk pembengkakan—Yulia mengatakan kornea mata sudah bengkak dari pembuluh darah di sekitarnya. Adapun kasus dry eye umumnya terjadi akibat penurunan tingkat kelembapan. Cairan dari lensa kontak akan menguap ketika dipasang. Lantas, lensa akan menyerap cairan alami dari kornea mata. Akhirnya, kornea menjadi kering. "Kasus ini sangat subyektif. Ada pasien yang tidak merasa matanya kering," ujarnya.
Terakhir, ulkus kornea, yaitu kondisi luka terbuka pada lapisan kornea karena infeksi, kurang vitamin A, dan mata kering. "Ini sering terjadi pada mereka yang ketiduran masih pakai lensa dan juga yang suka berbagi pakai lensa," kata dia. Praktek ceroboh itu berisiko besar pada kornea. Bisa-bisa, Yulia menambahkan, butuh cangkok kornea bagi yang mengalaminya.
Lalu bagaimana supaya kita terhindar dari masalah tersebut? Ketua Ikatan Refraksionis Optisien Indonesia Dian Leila Sari menyarankan agar pengguna tidak membeli lensa kontak di sembarang tempat. "Carilah optik yang sudah memiliki izin," katanya. Izin tersebut diterbitkan oleh Dinas Kesehatan di masing-masing wilayah.
Lalu, pastikan kita diperiksa oleh refraksionis, tenaga kesehatan pemeriksa matayang mengantongi surat izin kerja dari Kementerian Kesehatan. Satu optik seharusnya memiliki satu refraksionis yang bersertifikat.
