Tanpopo, Menjajal Menu Bakaran di Angkringan Jepang

Reporter

Editor

Rini Kustiani

Jumat, 6 Januari 2017 12:00 WIB

TEMPO.CO, Jakarta - “Irasshaimasu!” Sambutan dalam bahasa Jepang dilontarkan dengan lantang oleh para pelayan Tanpopo di kawasan Gandaria, Jakarta Selatan, setiap menyambut yang datang. Seorang pelayan sigap menghampiri dan menunjukkan beberapa pilihan menu yang bisa dipesan langsung di tiga kios kayu sederet kasir.

Menu-menunya memang harus dipilih sendiri di masing-masing kios yang menyajikan ramen, udon, yakiniku, dan gyudon ini. Adapun untuk minuman, ada minuman ringan dan ocha (teh Jepang) yang bisa diisi ulang. Layaknya pelayanan warung tenda pada umumnya, di Tanpopo tak ada pelayan yang menghampiri meja, lalu menawarkan menu.

Ya, Tanpopo merupakan warung tenda yang menjual beberapa jenis makanan tradisional Jepang. Tempat makan yang satu ini berkonsep yatai atau warung tenda (food stall) yang buka pada malam hari. Gerobak kayu dan lampion khas Jepang kentara terlihat dari pinggir jalan. Kain-kain dengan tulisan huruf hiragana terpasang berkibar di tenda. Memasuki Tanpopo seperti mampir di Jepang sesaat.


Suasana 'angkringan' Tanpopo di kawasan Gandaria, Jakarta. (TEMPO/Nita Dian)

Adapun di Jepang, yatai sudah lumrah. Sama halnya dengan Indonesia yang banyak memiliki pedagang kaki lima atau angkringan di tepi jalan. Yatai bisa ditemukan di hampir seluruh kawasan di Jepang, terutama di Fukuoka. Sebagai sebuah warung tenda, yatai biasa dikunjungi pegawai sepulang bekerja.

“Kalau awal-awal buka, pukul enam sore gitu biasanya ramai sama yang pulang kantor,” tutur salah seorang pelayan Tanpopo sambil lalu. Namun, kalau lebih malam, biasanya pengunjung bisa lebih beragam, seperti pasangan kekasih, suami-istri, atau keluarga.

Di Tanpopo, meja dan kursi-kursi kayu disediakan cukup panjang. Semuanya ditata berderet cukup nyaman diduduki 5–6 orang. Namun, untuk kenyamanan, beberapa meja biasanya cukup diisi sekelompok orang yang berpakaian santai rata-rata 4–5 orang. Area di Tanpopo punya daya tampung hingga 45–50 orang.

Untuk memesan yakiniku atau menu daging bakar, pengunjung akan diarahkan untuk memilih jenis daging mentah yang ingin dibakar. Deretan contoh daging pilihan bisa dilihat melalui lemari pendingin.

Menu yakiniku yang bisa dipilih di Tanpopo, di antaranya ada short rib US, chicken teriyaki, dan chicken tandoori yang dibanderol seharga Rp 30 ribu untuk masing-masing porsi. Ada juga beef hamburg seharga Rp 40 ribu dan rib eye Rp 80 ribu. “Salah satu menu andalan kami adalah yakiniku,” ujar Aurelia, humas Tanpopo, kepada Tempo.


Menu oden di Tanpopo. (TEMPO/Nita Dian)

Begitu menu yakiniku dipesan, kurang dari 10 menit pelayan akan mengantarkan panggangan kecil berisi bara lengkap dengan plat besi (teppan) untuk memanggang. Tak lama, daging-daging mentah yang masih segar dan berbumbu pun turut diantar. Selain itu, kipas ikut disajikan, kegiatan bakar-bakar pun bisa mulai dilakukan di atas meja.

Sekitar pukul 22.00, suasana cukup ramai dengan beberapa pengunjung yang datang dan pergi. Jalanan cukup lengang. Suara daging dibakar serta suara siraman saus di atas daging yang menetes ke bara bercampur gelak tawa sesekali beradu. Kepulan asap dari yakiniku bakar pun memenuhi masing-masing meja. Ya, yakiniku menjadi salah satu menu menarik di yatai Tanpopo ini.

Untuk suasana, Tanpopo menyenangkan menjadi pilihan tempat berkumpul santai. Hampir semua meja memesan menu yakiniku karena di sinilah serunya makan di Tanpopo. Membakar irisan dan potongan daging sembari berfoto dan menikmati beberapa menu lain. Satu porsi yakiniku yang tak cukup besar sepertinya tak cukup mengenyangkan. Sehingga biasanya pengunjung akan memesan beberapa menu tambahan. “Suasananya asyik, berasa kayak di foodstreet Jepang yang ditonton di film,” ujar Nita, salah satu pengunjung Tanpopo.


Menu ramen di Tanpopo. (TEMPO/Nita Dian)

Soal rasa, mungkin beberapa pengunjung menyadari ada rasa yang hilang karena Tanpopo memang tak membubuhkan penyedap rasa (monosodium glutamat/MSG) dalam masakannya. Jadi, rasa “gurih” khas MSG akan absen dari mangkuk-mangkuk ramen, gyudon, dan semua menu. Tanpopo pun tak menggunakan daging atau minyak babi dalam masakannya.


Menu gyudon di Restoran Tanpopo. (TEMPO/Nita Dian)

Kalau dilihat dari harga, Tanpopo berani mematok makanan per porsi dengan harga terjangkau. Menurut Aurel, ini memang menjadi salah satu tujuan Tanpopo agar bisa menjangkau masyarakat lebih luas untuk mencoba makanan khas Jepang dengan konsep yatai dan dengan harga terjangkau, sama halnya seperti di negeri aslinya.

Kehadiran Tanpopo di Jakarta cukup memberi alternatif bagi warga Jakarta yang begitu menyukai sajian kuliner dan punya penggemar makanan Jepang yang cukup banyak. Namun, hingga saat ini memang belum banyak makanan kaki lima khas Jepang yang berkonsep authentic Japanese dengan chef Jepang asli. Hal itulah yang menambah nilai jual bagi Tanpopo, yang berarti bunga dandelion ini.

AISHA SHAIDRA

Berita lainnya:
Trik Mengekang Nafsu Belanja saat Ada Diskon Besar
Ini Warna Lipstik yang Cocok untuk Semua Warna Kulit
Inul Daratista Pasang Foto Yoga, Lihat Betapa Lentur Tubuhnya

Berita terkait

Inilah 50 Restoran Terbaik Asia 2024

32 hari lalu

Inilah 50 Restoran Terbaik Asia 2024

Acara penghargaan restoran terbaik Asia ini diadakan pada Selasa malam, 26 Maret 2024 di Seoul di Grand InterContinental Seoul Parnas.

Baca Selengkapnya

PPKM Seluruh Indonesia Diperpanjang, Ini Daftar Lengkap Poin Aturannya

10 Mei 2022

PPKM Seluruh Indonesia Diperpanjang, Ini Daftar Lengkap Poin Aturannya

Terdapat beberapa poin penting dalam aturan terbaru mengenai perpanjangan PPKM se-Indonesia.

Baca Selengkapnya

Dinas Pariwisata Sebut Artis Top Dilarang Live Music di Restoran & Kafe, Sebab..

27 Agustus 2020

Dinas Pariwisata Sebut Artis Top Dilarang Live Music di Restoran & Kafe, Sebab..

Plt Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif DKI Jakarta' Gumilar Ekalaya menjelaskan larangan mendatangkan artis top ke restoran & kafe.

Baca Selengkapnya

Asosiasi Restoran Amerika Rilis Pedoman Operasional Baru

30 Mei 2020

Asosiasi Restoran Amerika Rilis Pedoman Operasional Baru

Pedoman baru operasional restoran selama wabah corona ini berlaku untuk pemilik, pegawai, dan pengunjung.

Baca Selengkapnya

Uniknya Physical Distancing di Restoran, Pakai Topi Bersungut

18 Mei 2020

Uniknya Physical Distancing di Restoran, Pakai Topi Bersungut

Pengelola restoran berkreasi dengan tetap menerapkan physical distancing atau jarak antar-individu.

Baca Selengkapnya

Menikmati Nuansa Vintage di Legend Coffee Malioboro

18 Maret 2019

Menikmati Nuansa Vintage di Legend Coffee Malioboro

Legend Coffee, sebuah tempat kongkow asik di tengah Kota Yogyakarta, berdekatan dengan kawasan Malioboro.

Baca Selengkapnya

Hari Raya Imlek, Coba Menu Kantonis di Restoran Hakkasan

5 Februari 2019

Hari Raya Imlek, Coba Menu Kantonis di Restoran Hakkasan

Restoran Hakkasan bertempat di lantai 25 dan 26 Hotel Alila SCBD dan baru dibuka pada Jumat, 8 Februari 2019.

Baca Selengkapnya

Ketahui Rasa Gelato yang Rentan Mengandung Rum dan Alkohol

1 Oktober 2018

Ketahui Rasa Gelato yang Rentan Mengandung Rum dan Alkohol

Restoran Iceberg Caffe Pizza and Gelato ini sengaja menyesuaikan pakem rasa gelato dengan penduduk Indonesia yang sebagian besar muslim.

Baca Selengkapnya

Ngopi atau Ngeteh di Kafe Pinggir Danau

29 April 2018

Ngopi atau Ngeteh di Kafe Pinggir Danau

Belum dua bulan dibuka, keberadaan kafe di kawasan Sentul ini sudah diketahui banyak orang.

Baca Selengkapnya

Menikmati Kopi Racikan Barista Kopilot

21 April 2018

Menikmati Kopi Racikan Barista Kopilot

Kafe di Jakarta Timur mungkin belum semeriah di wilayah Jakarta lainnya. Namun berbahagialah warga setempat punya Kopilot di Cipayung.

Baca Selengkapnya