TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan makna Hari Ibu bagi dirinya yang jatuh pada hari ini, Kamis, 22 Desember 2016. Sri Mulyani bercerita, sejak tengah malam, beberapa koleganya mengirimkan artikel mengenai Kongres Perempuan pertama yang digelar pada 22 Desember 1928.
"Anda akan betul-betul tersentuh bagaimana 88 tahun yang lalu, para wanita ikut serta dalam proses pembentukan republik ini. Itu sangat menyentuh. Itu menjadi cikal bakal ide untuk menetapkan 22 Desember sebagai Hari Ibu," kata Sri Mulyani saat ditemui di Four Seasons Hotel, Jakarta Selatan.
Sri Mulyani menilai, keputusan Presiden Soekarno yang menetapkan 22 Desember sebagai Hari Ibu menggambarkan sebuah pengakuan bahwa perempuan Indonesia tidak hanya peduli terhadap dirinya sendiri. "Bahkan 88 tahun lalu, dia sudah memiliki ide besar untuk membangun republik ini bersama-sama."
Menurut Sri Mulyani, ambisi tersebut merupakan semangat yang luar biasa besar. Inisiatif, ambisi, ide, serta mimpi yang besar dari perempuan Indonesia sejak 88 tahun lalu itu, kata dia, membuat semua perempuan saat ini harus merenungkan banyak hal. "Artinya, saya harus melakukan apa dari sisi saya sendiri?" tutur Sri Mulyani.
Sri Mulyani berujar, sebagai Menteri Keuangan, dia akan meminjam semangat para perempuan tersebut. "Kalau 88 tahun lalu saja mereka sudah punya ide besar, kenapa kita tidak melakukannya sekarang? Itu bisa kita lakukan sebagai perempuan untuk bekerjasama laki-laki membangun republik ini," katanya.
Sri Mulyani Temui Wapres, Bahas Mitigasi Dampak Geopolitik Timur Tengah
3 hari lalu
Sri Mulyani Temui Wapres, Bahas Mitigasi Dampak Geopolitik Timur Tengah
Menteri Keuangan Sri Mulyani menemui Wakil Presiden Maruf Amin untuk melaporkan hasil pertemuan IMF-World Bank Spring Meeting dan G20 yang saya hadiri di Washington DC. pekan lalu. Dalam pertemuan itu, Sri Mulyani pun membahas mitigasi dampak geopolitik di Timur Tengah.