Sosialita Bosan Arisan Glamor di Mall dan Hotel, ke Mana Alternatifnya?

Reporter

Editor

Rini Kustiani

Rabu, 21 Desember 2016 10:00 WIB

Ketua arisan sosialita Peace & Love, Novita Ikasari atau Lady Nabilla (kanan) memberikan bantuan melalui Kementerian Sosial yang diterima oleh Menteri Khofifah Indar Parawansa. TEMPO/Dini Teja

TEMPO.CO, Jakarta - Arisan adalah salah satu agenda berkumpul yang sudah tak asing lagi bagi masyarakat Indonesia. Bagi masyarakat Indonesia, agenda ini sering dijadikan sebagai ajang silaturahmi mulai dari kaum biasa hingga sosialita. Namun, bagaimana jadinya jika arisan juga dijadikan sebagai ajang amal?

Dialah Novita Ikasari atau lebih dikenal dengan nama Lady Nabilla. Istri dari pengusaha ternama ini menggagas sebuah program arisan berbasis sosial bernama Peace & Love. Program yang telah ia tekuni sejak 6 tahun lalu pun kini memiliki 2.500 anggota di seluruh Indonesia dan telah diakui oleh Kementerian Hukum dan HAM dan Kementerian Sosial.

Bagaimana awal mula terbentuknya arisan amal ini, siapa saja anggotanya, dan apa saja tantangan yang dihadapi dalam mengelola arisan ini? Simak hasil wawancara Tempo bersama Lady Nabilla di kawasan TB Simatuapang, Jakarta Selatan pada Jumat, 16 Desember 2016:

Apa latar belakang Lady Nabila membuat arisan sosialita berbasis sosial?
Arisan berbasis sosial ini sudah berjalan sejak 6 tahun lalu. Sebelum Peace & Love terbentuk, setiap bulan kami arisan di mall, hotel berbintang, atau tempat lainnya yang jauh dari kata sosial. Lama-kelamaan aku sadar, ternyata kami sudah mengeluarkan uang berjuta-juta.

Pada saat itu, sebagai founder saya mencetuskan untuk mengadakan suatu arisan yaitu kocok di panti asuhan. Kebetulan saya waktu itu adalah bandar di 35 arisan sosialita di seluruh Jakarta. Saya berinisiatif kalau setiap arisan kita menyisihkan sekitar Rp 500 ribu per orang untuk dikumpulkan ke panti asuhan secara tunai. Kocok arisannya pun di panti asuhan.

Awalnya anggota hanya 20 orang saja. Walaupun sebelumnya bertentangan, di awal tahun pertama teman-teman sudah merasakan ada chemistry kami dengan anak-anak yatim. Bahkan ada teman yang sangat rindu sekali kalau sebulan enggak ke panti, mereka tanya 'kapan ke panti lagi?' Karena itu, akhirnya teman-teman berinisiatif untuk mengunjungi lima panti dalam satu bulan.

Kenapa tidak berbentuk charity saja?
Ini sebetulnya charity juga, tapi jadi rutin setiap bulan kami menyantuni mereka. Arisan inilah yang mengikat mereka untuk datang dan membuat mereka ingin datang karena ingin menang. Kalau tidak dibungkus dengan arisan, saya khawatir nantinya pada pertemuan kedua dan seterusnya mereka tidak datang. Berbagai macam cara saya lakukan agar mereka mau ikut. Bagaimana caranya membuat mereka tidak hanya menyumbang, tapi juga datang ke panti asuhan.

Panti asuhan adalah tempat yang wajib kami kunjungi. Kalau ada dana lebih, kami juga akan mengunjungi korban bencana. Beberapa lokasi bencana yang pernah kami kunjungi adalah Sinabung, Gunung Merapi, Garut, dan baru-baru ini ke Aceh.

Bagaimana mekanisme arisan sosial ini?
Arisan ini setorannya masing-masing Rp 2 juta, dan dari jumlah itu yang disumbangkan sebesar Rp 500 ribu atau sekitar 25 persen dari uang arisan. Saya bilang ke teman-teman, apapun yang kita dapatkan ada 2,5 persen hak mereka.

Anggota arisan ini terdiri dari suku, budaya, ras dan agama. Tidak ada kategori apapun untuk menyeleksi anggota. Kebanyakan anggota adalah Muslim dan Nasrani. Dengan begitu, setiap tahun kami memiliki charity akbar selama Ramadan dan Natal.

Apa tantangan yang dihadapi saat mengelola arisan sosialita berbasis sosial?
Banyak yang awalnya menilai ini vulgar dengan mengatakan, “jangan cari muka-lah!” Tapi bagi saya, ini tidak vulgar atau cari muka. Ini dari hati nurani. Tidak mungkin kita bersentuhan dengan anak yatim dan melakukan charity lainnya seperti mengunjungi korban bencana kalau bukan dari hati nurani?

Ada juga yang berpikir, terjun langsung ke panti asuhan atau tempat bencana itu jauh dari kesan glamor dan mereka menganggap menyumbang itu merupakan kegiatan yang mudah dan tak perlu datang ke panti atau lokasi bencana. Lagipula -lantaran sebagian besar anggota arisan ini adalah pemilik perusahaan, dana corporate social responsibility (CSR) perusahaan sudah mencukupi untuk berderma.

Kemudian aku sampaikan, ada perbedaan signifikan jika kita berderma secara langsung dan bertemu dengan orang-orang yang membutuhkan. Ada satu barokah yang kita bawa ke rumah mereka, dan itu menjadi nilai plus. Jadi, cucilah hati kita sebulan sekali ke panti asuhan. maka hati menjadi tenang dan berkah.

DINI TEJA

Berita lainnya:
5 Tanda Kamu Masih Ingin Bebas dan Belum Pantas Menikah
Cerita Caren Delano Menata Gaya Syahrini, Agnez Mo, dan KD
Undangan Nikah, Natal, dan Tahun Baru, Makeup-nya Bagaimana?

Berita terkait

Pentingnya Peran Perempuan Dalam Keluarga dan Dunia Profesional

16 hari lalu

Pentingnya Peran Perempuan Dalam Keluarga dan Dunia Profesional

Refleksi terhadap dinamika peran perempuan dalam berbagai aspek kehidupan dalam memperingati Hari Kartini.

Baca Selengkapnya

Gen Z Dikenal Selalu Ingin Memaknai Hidup

21 hari lalu

Gen Z Dikenal Selalu Ingin Memaknai Hidup

Karakter Gen Z berevolusi menjadi pribadi yang lebih sadar untuk memaknai kehidupan tidak mementingkan kebahagiaan sendiri.

Baca Selengkapnya

4 Tips Tingkatkan Performa Setelah Libur Lebaran

23 hari lalu

4 Tips Tingkatkan Performa Setelah Libur Lebaran

Simak tips meningkatkan semangat bekerja setelah libur lebaran agar kamu lebih fresh.

Baca Selengkapnya

5 Tips Cari Kerja di Perusahaan Keren Lewat LinkedIn

27 hari lalu

5 Tips Cari Kerja di Perusahaan Keren Lewat LinkedIn

Kebanyakan perusahaan memerlukan kombinasi hardskill dan softskill yang baik untuk berkarier di dunia kerja. Ini tips cari kerja lewat LinkedIn.

Baca Selengkapnya

15 Perusahaan Terbaik untuk Kembangkan Karier Versi LinkedIn, Banyak di Sektor Keuangan

27 hari lalu

15 Perusahaan Terbaik untuk Kembangkan Karier Versi LinkedIn, Banyak di Sektor Keuangan

Jaringan profesional LinkedIn merilis daftar Top Companies 2024 edisi ketiga untuk Indonesia.

Baca Selengkapnya

Mengenal Kutu Loncat dalam Dunia Kerja dan Dampaknya pada Karier

16 Januari 2024

Mengenal Kutu Loncat dalam Dunia Kerja dan Dampaknya pada Karier

Kutu loncat adalah istilah yang diberikan pada seseorang yang suka berpindah pekerjaan dalam waktu singkat. Ini dampaknya untuk karier.

Baca Selengkapnya

Mengenal Quarter Life Crisis, Ciri-Ciri, dan Cara Menghadapinya

8 Januari 2024

Mengenal Quarter Life Crisis, Ciri-Ciri, dan Cara Menghadapinya

Memasuki usia dewasa, seseorang seringkali mengalami quarter life crisis yang membuatnya jadi tak percaya diri. Apa itu quarter life crisis?

Baca Selengkapnya

Jauh dari Kontroversi, Lee Dong Wook Punya Mantra Khusus untuk Menjaga Kariernya

31 Desember 2023

Jauh dari Kontroversi, Lee Dong Wook Punya Mantra Khusus untuk Menjaga Kariernya

Baru-baru ini wawancara lama Lee Dong Wook viral. Dia mengungkapkan caranya mempertahankan karier 25 tahun di inudstri hiburan

Baca Selengkapnya

Dekat dengan Dunia Digital, Sebaiknya Gen Z Miliki Keahlian Ini

8 Desember 2023

Dekat dengan Dunia Digital, Sebaiknya Gen Z Miliki Keahlian Ini

Pentingnya gen Z memiliki pola pikir yang peka serta kepedulian tinggi dalam kesehariannya.

Baca Selengkapnya

Career Hallway 2.0 Membuka Pintu Rahasia Bagi Masa Depan Karier

11 November 2023

Career Hallway 2.0 Membuka Pintu Rahasia Bagi Masa Depan Karier

Acara difokuskan pada berbagai tips dan trik merencanakan karier

Baca Selengkapnya