TEMPO.CO, Jakarta - Kebiasaan menggigit kuku itu buruk. Tapi sering kali mereka yang memiliki kebiasaan tersebut tidak menyadari dan mengetahui penyebabnya. Umumnya, kebiasaan menggigit kuku muncul akibat stres atau cemas.
Meskipun tidak diketahui secara pasti, menggigit kuku, memainkan rambut, memegang hidung, dan menggertakkan gigi dianggap bisa meredakan stres. Selain akibat stres atau cemas, kebiasaan menggigit kuku bisa timbul akibat beberapa hal ini, seperti dilansir lamanDaily Mail.
#Meniru orang lain Menurut para psikolog, kebiasaan menggigit kuku adalah perilaku yang dipelajari anak dengan meniru kelakuan orang dewasa dan akhirnya menjadi kebiasaan.
#Cerminan hubungan yang kurang baik dengan ibu Psikolog Sigmund Freud menyimpulkan bahwa kebiasaan menggigit kuku merupakan pertanda hubungan seseorang yang tidak sehat dengan ibunya. Sama halnya dengan kebiasaan mengunyah permen karet dan makan dengan berlebihan.
Freud percaya kebiasaan ini muncul sejak dini, ketika anak tidak memperoleh perhatian yang cukup dari ibunya. Teori serupa menyimpulkan bahwa menggigit kuku merupakan bentuk hukuman internal diri yang diterapkan. Sayangnya, kedua teori ini tidak memiliki bukti yang cukup kuat.
#Perfeksionisme Penelitian yang dipublikasikan tahun lalu menunjukkan kebiasaan menggigit kuku cenderung muncul sebagai pertanda perfeksionisme dibanding akibat rasa cemas. Menggigit kuku atau perilaku serupa lain dilakukan para perfeksionis ketika mereka sedang jengkel atau bosan.
Selain itu, penelitian tersebut menemukan mereka yang suka menggigit kuku biasanya sangat teratur, mudah frustrasi, dan dengan menggigit kuku, pikiran mereka teralihkan.