TEMPO.CO, Jakarta - Kanker serviks merupakan kanker di daerah leher rahim dan dapat menyebar ke organ-organ lain pada tubuh manusia. Kanker ini disebabkan virus HPV (human papilloma virus). Saat ini ada beberapa pilihan cara deteksi dini kanker serviks yang perlu diketahui kaum perempuan.
Secara umum, pemeriksaannya dibagi dua, yaitu pemeriksaan sitologi dan pemeriksaan HPV. Dokter Junita Indarti, spesialis obstetri dan ginekologi dari FKUI-RSCM, menuturkan pemeriksaan sitologi (cyte: sel, dan logy: ilmu) bertujuan mendeteksi perubahan sel serviks akibat radang atau perubahan sel ke arah keganasan. "Pemeriksaan sitologi ini dibagi dua, yaitu papsmear konvensional dan LBS (liquid-base cytology)," katanya.
Pemeriksaan HPV, Junita melanjutkan, bertujuan mendeteksi adanya infeksi HPV, bahkan sebelum terjadi perubahan sel serviks. Bahan pemeriksaan, kata dia, diambil dari spesimen yang sama dengan pemeriksaan sitologi berbasis cairan. Pemeriksaan infeksi HPV mempunyai sensitivitas yang tinggi dalam mendeteksi lesi prakanker.
Dokter Virgi Saputra, Marketing Manager Kalgen DNA—unit usaha laboratorium PT Kalbe Farma Tbk—mengatakan, "Pemeriksaan gabungan LBC dan HPV ini memberikan akurasi maksimal, yaitu sensitivitas 100 persen dan mempunyai nilai prediksi negatif (NPV) 100 persen."
Artinya, Virgi melanjutkan, bila dinyatakan negatif, pasien boleh merasa tenang karena kemungkinan terkena kanker serviks dalam waktu 3-5 tahun ke depan hanya 1:1.000. Dengan demikian, biaya akan lebih murah karena hanya perlu memeriksakan diri tiga tahun kemudian.
Sejak 2021, Jokowi 6 Kali Sampaikan Keresahan WNI Pilih Berobat ke Luar Negeri
3 hari lalu
Sejak 2021, Jokowi 6 Kali Sampaikan Keresahan WNI Pilih Berobat ke Luar Negeri
Presiden Joko Widodo atau Jokowi acap menyampaikan keresahannya soal warga negara Indonesia yang berbondong-bondong berobat ke negara lain, alih-alih dalam negeri.