TEMPO.CO, Jakarta - Kelelahan setelah beraktivitas tak hanya membuat tubuh letih, tapi juga membuat otak sulit untuk berpikir jernih, sehingga akhirnya timbul pikiran yang negatif dan mood pun menjadi tidak baik.
Untuk menghindari hal tersebut, coba lakukan meditasi. Meditasi bisa membantu otak menjadi lebih sehat dan pikiran menjadi tenang. Dengan meditasi pula tubuh menjadi lebih bugar dan awet muda.
Sebuah studi dari Harvard mengungkapkan bahwa meditasi secara rutin meningkatkan fungsi otak yang krusial terhadap emosi, memori, dan daya tangkap.
Dengan menggunakan imaji resonansi magnetis, tim riset Harvard membandingkan kerja otak pada dua kelompok. Satu kelompok telah mempraktekkan meditasi selama 27 menit per hari selama periode 8 minggu, sedangkan kelompok lainnya tidak.
Selanjutnya, kedua grup mengisi kuesioner sebelum dan sesudah sesi praktek meditasi mereka serta diukur level stres dan kecemasannya. Rekaman MRI kedua kelompok diambil sebelum dan sesudah, kemudian dari situ dibandingkan.
Lalu, bagaimana hasilnya? Tim riset menemukan bahwa bagian hipokampus pada otak, yang menipis seiring dengan bertambahnya usia, lebih tebal pada kelompok yang mempraktekkan meditasi. Hipokampus merupakan bagian otak yang mengontrol memori, kemampuan belajar, keawasan diri, dan perasaan belas kasih.
Sementara bagian amygdala, yang mengontrol emosi seperti stres dan kecemasan, terlihat berkurang kepadatannya pada kelompok yang bermeditasi.
TABLOID BINTANG
Berita lainnya:
Tren 2017, Make-up Natural Semakin Kuat
Istirahat Makan Siang Itu Wajib, Cek 8 Alasannya
Anak Perempuan Lebih Rentan Terkena Stres Pasca-Trauma
Berita terkait
Definisi Kesehatan Mental Menurut Psikolog, Perlu Dimiliki Setiap Orang
16 hari lalu
Kesehatan mental lebih dari sekadar gangguan atau kecacatan mental yang diderita seseorang. Psikolog beri penjelasan.
Baca SelengkapnyaCOP10 WHO FCTC Raih Sejumlah Kesepakatan, dari Perlindungan hingga Deklarasi Panama
59 hari lalu
Sesi kesepuluh Konferensi Para Pihak (COP10) Konvensi Kerangka Kerja Pengendalian Tembakau WHO FCTC menghasilkan sejumlah kesepakatan jangka panjang.
Baca SelengkapnyaHeru Budi Tutup Puskesmas Kelurahan Jati II: Dialihfungsikan Jadi Upaya Kesehatan Masyarakat
30 September 2023
Pj Gubernur DKI Jakarta Heru Budi memutuskan menutup Puskesmas Kelurahan Jati II di Pulogadung. Apa Alasannya?
Baca SelengkapnyaPolusi Udara, Mayoritas Warga Jakarta Ternyata Masih Abai Proteksi Diri
26 Agustus 2023
Indikasi polusi udara dan himbauan itu ternyata belum membuat warga Jakarta mengubah kebiasaan untuk mengutamakan proteksi diri.
Baca SelengkapnyaDampak El Nino pada Kesehatan Masyarakat Harus Diantisipasi
7 Agustus 2023
Kewaspadaan terhadap potensi munculnya penyakit yang dipicu dampak El Nino harus diantisipasi dengan tepat dan segera.
Baca SelengkapnyaEnergi Bersih Cegah 180 Ribu Kematian di Indonesia, Begini Penjelasannya
25 Juli 2023
Apa yang dimaksud energi bersih, benarkah bisa menyelamatkan ratusan ribu nyawa manusia?
Baca SelengkapnyaFakultas Kesehatan Masyarakat dan Ilmu Keperawatan UI Raih Akreditasi Internasional AHPGS
11 April 2023
tiga program studi FKM dan satu program FIK Universitas Indonesia (UI) meraih akreditasi internasional dari AHPGS.
Baca SelengkapnyaCISDI Soal RKUHP yang Baru Disahkan: Relawan Kesehatan Seksual Rentan Alami Kriminalisasi
7 Desember 2022
CISDI menyebut RKUHP yang baru disahkan kemarin luput mempertimbangkan perspektif kesehatan masyarakat dalam proses pembahasannya.
Baca SelengkapnyaDr. Pandu Riono: Rumah Sehat Mengubah Cara Berpikir Masyarakat
9 Agustus 2022
Penjenamaan rumah sehat akan memfungsikan ilmu kedokteran tentang pencegahan penyakit. Layanan digital terintegrasi SATU SEHAT menjadi langkah mengoptimalkan pelayanan kesehatan.
Baca SelengkapnyaRancangan Peraturan Pelabelan BPA untuk Lindungi Masyarakat
28 Juli 2022
Rancangan peraturan pelabelan BPA sama sekali tidak melarang penggunaan kemasan galon polikarbonat
Baca Selengkapnya