Cara Menikmati Batik dan Wisata Museum Lewat Ponsel

Reporter

Editor

Rini Kustiani

Sabtu, 5 November 2016 09:00 WIB

Batik Pagi/Sore dalam versi digital yang dilihat melalui aplikasi Google Arts and Culture. Tempo/Rini K

TEMPO.CO, Jakarta - Beberapa tambalan pada selembar kain batik “Pagi/Sore” yang ukurannya tak sampai seujung kuku tampak jelas. Seutas benang berwarna krem saling-silang menutupi lubang pada koleksi yang berumur sekitar 66 tahun itu.

Strategi Melawan Obesitas

Tambalan pada kain bermotif burung merak ngibing dan parang tersebut dapat diketahui tanpa perlu melihat secara langsung apalagi memegangnya –lantaran sudah rapuh juga. Tinggal meregangkan ibu jari dan telunjuk di layar telepon pintar, maka gambar kain batik milik Museum Tekstil itu membesar hingga 100 kali. Siapapun dapat melihat lebih detail hingga ke serat kain.




Tampilan batik Pagi/Sore yang dilihat melalui aplikasi Google Arts and Culture dengan perbesaran 72 persen. Tampak jelas beberapa tambalan pada kain koleksi Museum Tekstil yang telah berusia 66 tahun itu. (TEMPO/Rini K)



Tambalan pada kain batik "Pagi/Sore" yang dilihat melalui aplikasi Google Arts and Culture dengan perbesaran 100 kali. (Tempo/Rini K)


Advertising
Advertising


Mis Ari, Staf Satuan Pelaksana Informasi dan Edukasi Unit pengelola Museum Seni –yang mengelola Museum Tekstil, Museum Wayang, serta Museum Seni Rupa dan Keramik, mengatakan batik “Pagi/Sore” adalah satu dari 350 koleksi di Museum Tekstil yang sudah “disalin” dalam bentuk digital dan bisa dinikmati di dunia maya. “Digitalisasi ini sangat membantu museum dalam menyebarluaskan koleksi kepada masyarakat,” katanya kepada Tempo saat peluncuran Google Arts and Culture di Museum Nasional, Jakarta, Kamis 27 Oktober 2016.

Head of Public Policy Google Indonesia, Shinto Nugroho mengatakan virtualisasi batik merupakan bagian dari program Google Arts and Culture. Dalam program tersebut, Google menggandeng tujuh museum, yakni Museum Tekstil serta Museum Seni Rupa dan Keramik, Galeri Batik, Monumen Nasional (Monas), Museum Purbakala Sangiran, Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko, dan Agung Tai Museum of Art. Selain itu ada juga Yayasan Biennale Yogyakarta. “Google Arts and Culture adalah platform untuk melestarikan warisan budaya bagi generasi mendatang dan mempromosikannya ke kancah dunia,” ujarnya.

Mengutip survei Asosiasi Penyelenggara Jaringan Internet Indonesia, pada tahun ini tercatat lebih dari separuh atau sebanyak 132,7 juta penduduk Indonesia telah terhubung ke Internet. Dengan begitu, Shinto menjelaskan, jumlah digital native alias generasi yang sudah ‘melek’ Internet sejak belia mendapat kesempatan untuk menggali informasi tentang kekayaan budaya di Tanah Air melalui aplikasi Google Arts and Culture di gadget mereka.

Ada dua cara menggunakan aplikasi tersebut: melalui cardboard (kacamata 3D) atau langsung di layar gawai, sesuai dengan bentuk objek yang hendak dilihat. Untuk menikmati peninggalan sejarah berbentuk tiga dimensi, seperti menangkap suasana di Candi Borobudur, pengguna aplikasi ini disarankan menggunakan cardboard. Duduklah ketika memakai cardboard karena gambar yang tampil diambil dengan kamera 360 yang berfungsi merekam kondisi di sekeliling, dan dapat digunakan sembari berjalan seolah menyusuri relief candi.




Cardboard. (TEMPO/Rini K)


Adapun benda bersejarah semisal batik, lukisan, atau keramik, disajikan melalui gambar dua dimensi. Gambar benda bersejarah ini diambil melalui jepretan art camera yang hasilnya bisa diperbesar hingga 100 kali. “Ini bukan kamera fotografi biasa karena memiliki sensor dan sonar yang mampu menghasilkan gambar yang tak terlihat dengan mata telanjang,” ujar Dennis Dizon, Program Manager Google Cultural Institute.

Ketika generasi muda sudah mengetahui peninggalan sejarah melalui dunia maya, apakah semangat mereka untuk datang ke museum akan surut? Direktur Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Harry Widianto hakul yakin kekhawatiran itu tak akan terjadi. “Sebaliknya, teknologi digital membuat keterlibatan publik semakin luas, dan mereka akan penasaran untuk melihat langsung dengan berkunjung ke museum,” ujarnya.

RINI KUSTIANI

Berita lainnya:
5 Hal Ini Bikin Anda Tak Bisa Konsentrasi
Hobi yang Mampu Melatih Otak Supaya Tak Cepat Pikun
Cara Hadapi Teman Pria yang Menyukai Anda Secara Tak Wajar

Berita terkait

Bamsoet Dukung Fashion Show Kain Tradisional Indonesia di San Polo Italia

9 hari lalu

Bamsoet Dukung Fashion Show Kain Tradisional Indonesia di San Polo Italia

Ketua MPR RI, Bambang Soesatyo atau Bamsoet, mendukung rencana pagelaran fashion show oleh Dian Natalia Assamady bertajuk "Keindahan Karya Kain. Tenun dan Batik Ku Indonesia".

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Pakai Kain Batik pada Hari Terakhir di Washington, Hadiri 3 Pertemuan Bilateral

11 hari lalu

Sri Mulyani Pakai Kain Batik pada Hari Terakhir di Washington, Hadiri 3 Pertemuan Bilateral

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengenakan kain batik pada hari terakhirnya di Washington DC, Amerika Serikat, 21 April kemarin.

Baca Selengkapnya

Jangan Lupakan 7 Destinasi Wisata Semarang, Kota Lama sampai Mangrove Edu Park

14 hari lalu

Jangan Lupakan 7 Destinasi Wisata Semarang, Kota Lama sampai Mangrove Edu Park

Kota Lama Semarang hingga Taman Lele, Semarang tak pernah kehabisan destinasi wisata.

Baca Selengkapnya

PNM Berikan Pelatihan Batik Ecoprint kepada Nasabah

39 hari lalu

PNM Berikan Pelatihan Batik Ecoprint kepada Nasabah

PT Permodalan Nasional Madani (PNM) mengadakan pelatihan untuk membantu pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) para nasabah.

Baca Selengkapnya

Kampung Karangkajen Yogyakarta Dipromosikan Sebagai Kampung Religius, Ini Daya Tariknya

41 hari lalu

Kampung Karangkajen Yogyakarta Dipromosikan Sebagai Kampung Religius, Ini Daya Tariknya

Kampung Karangkajen Kecamatan Mergangsan Kota Yogyakarta dikenalkan sebagai Kampung Religius jelang Ramadhan atau awal Maret 2024 ini.

Baca Selengkapnya

Begini Saran Didiet Maulana Merawat Batik agar Awet dan Tetap Otentik

58 hari lalu

Begini Saran Didiet Maulana Merawat Batik agar Awet dan Tetap Otentik

Desainer dan Direktur Kreatif IKAT Indonesia Didiet Maulana membeberkan cara menjaga kain batik agar tetap awet.

Baca Selengkapnya

KBRI Canberra Gelar Promosi Batik di Australia, Potensi Transaksi Capai Rp 200 Juta

28 Februari 2024

KBRI Canberra Gelar Promosi Batik di Australia, Potensi Transaksi Capai Rp 200 Juta

Kedutaan Besar RI di Canberra menggelar promosi batik di Balai Kartini, Australia. Agenda tersebut dilaksanakan melalui Atase Perdagangan Canberra bersama Asosiasi Pengusaha Perancang Mode Indonesia (APPMI).

Baca Selengkapnya

Piaggio Indonesia Umumkan Setop Produksi Vespa Batik

17 Februari 2024

Piaggio Indonesia Umumkan Setop Produksi Vespa Batik

Lini terakhir dari Vespa Batik ini akan berhenti diproduksi pada Oktober 2024 setelah mencapai total produksi sebanyak 1.920 unit.

Baca Selengkapnya

NMAA Kembali Tampil di Pameran Osaka Auto Messe, Pajang Lancer Evo Batik

11 Februari 2024

NMAA Kembali Tampil di Pameran Osaka Auto Messe, Pajang Lancer Evo Batik

NMAA kembali tampil dalam pameran modifikasi Osaka Auto Messe (OAM), Jepang, pada 10-12 Februari 2024 dengan memajang Lancer Evo Batik.

Baca Selengkapnya

Cerita Pengusaha Batik Yogyakarta Bertahan dari Pandemi Berkat Penjualan Online

6 Februari 2024

Cerita Pengusaha Batik Yogyakarta Bertahan dari Pandemi Berkat Penjualan Online

Pengusaha batik Yogyakarta selamat dari pandemi berkat penjualan online. Omsetnya juga naik.

Baca Selengkapnya