TEMPO.CO, Jakarta - Penggerebekan sebuah pabrik makanan bayi di Tangerang Selatan pada pertengahan September lalu menjadi alarm bagi sebagian besar orang tua.
Pakar gizi dari Universitas Indonesia, Luh Ade Ari Wiradnyani, mengatakan makanan pendamping ASI buatan pabrik memang jamak diberikan para orang tua. "Produk pabrikan tersedia di mana-mana, harga terjangkau, mudah menyajikannya, dan banyak varian rasa," kata Ade kepada Tempo.
Peneliti di Seameo Recfon Universitas Indonesia—lembaga riset makanan dan nutrisi dari kementerian negara-negara Asia Tenggara—itu mengatakan makanan bayi instan semakin laku di Indonesia karena banyak orang tua yang berkarier, sehingga waktunya terbatas untuk membuat makanan pendamping. "Padahal mereka punya pilihan menyiapkan makanan pendamping yang sehat," ujarnya.
Ade mengatakan ayah-ibu bisa menyajikan makanan bayi dari bahan-bahan yang mudah didapat di pasar. Bila tidak punya gambaran, dia menyarankan agar merujuk pada anjuran World Health Organization. Pada panduan itu, ada tujuh kelompok makanan yang bisa diberikan sebagai makanan pendamping ASI. Ada kelompok serealia, daging, telur, kacang-kacangan, susu, sayur, dan buah. "Bila empat dari tujuh varian itu bisa diberikan setiap hari, itu sudah sangat baik," tutur Ade.
Dokter Alia Kekalih dari Kedokteran Komunitas Universitas Indonesia menyatakan membuat makanan pendamping ASI bisa bermula dari dapur sendiri. "Yang penting orang tua ada niat mengenalkan varian makanan pada balita sejak dini," ucapnya. Hal yang paling mudah misalnya membuat bubur yang teksturnya lembut, lalu dicampur sayuran, seperti wortel, yang direbus hingga lunak.
Pemenuhan protein hewani bisa diperoleh dari daging sapi atau hati ayam yang direbus, lagi-lagi sampai lembek. Alia menyarankan untuk memotong daging atau hati menjadi dadu kecil, menyesuaikan kemampuan bayi. Jika orang tua hanya punya sedikit waktu untuk membuat sajian, misalnya pagi hari sebelum ngantor, buah yang lunak bisa menjadi solusi praktis. Tinggal petik sebatang pisang, lalu serut daging buahnya dengan sendok. Jadilah bubur pisang yang hampir pasti disukai bayi.
Alia, 36 tahun, pun mengingatkan pentingnya memberikan makanan pendamping swamasak sejak usia dini. Jika terlalu sering mengkonsumsi baby food instan, anak berisiko tak doyan sayur dan buah saat beranjak dewasa. "Kreativitas orang tua adalah kunci," katanya.
KORAN TEMPO
Berita lainnya:
Begini Cara Cerdas Memberikan Makanan Pendamping ASI
Tanda Bayi Siap Menyantap Makanan Pendamping ASI
Balita Harus Cukup Kebutuhan ASI dan MPASI