TEMPO.CO, Jakarta - Ibu hamil pada trimester kedua sering mengalami banyak keluhan. Dokter kandungan RA. S. Danis Wati Utari dari Rumah Sakit Umum Bunda Cikini, Jakarta, menyarankan ibu hamil berjaga-jaga dengan menjalani setidaknya empat tes laboratorium. Kesadaran para ibu menjalani empat tes berikut cukup tinggi. Tujuannya, mencapai rasa aman dan nyaman selama kehamilan.
"Seperti diketahui, kualitas pelayanan kesehatan, termasuk fasilitas, menjadi alasan para ibu saat memilih rumah sakit. Di Rumah Sakit Umum Bunda Jakarta, misalnya, Anda dapat menjalankan tes-tes berikut ini. Ini bagian dari layanan unggulan kami untuk memenuhi harapan Anda," ujar Danis.
1. Tes hemoglobin "Siapa tahu, hemoglobinnya rendah dan rawan anemia sehingga oksigen yang diasup janin terlalu sedikit. Pemeriksaan dilakukan untuk mengecek tingkat hemoglobin. Idealnya, hemoglobin di atas 10. Kalau di bawah 10, berpotensi mengganggu perkembangan janin dan memperbesar risiko perdarahan pada saat persalinan," ujar Danis.
2. Kadar gula darah puasa (GDS) dan gula darah dua jam PP (Post Prandial) Tujuannya memeriksa terjangkit diabetes mellitus gestasional (DMG) atau kencing manis pada kehamilan. Biasanya dilakukan pada trimester pertama atau pada usia kehamilan 24 hingga 28 minggu bila tidak ada risiko DMG.
3. Cek tiroid Fungsi utama kelenjar tiroid adalah mengumpulkan yodium, lalu mengubahnya menjadi hormon tiroid, yakni tiroksin dan triyodotironin. Keduanya diedarkan lewat aliran darah untuk mengontrol metabolisme, serta mengubah oksigen dan kalori menjadi energi.
Jika kadar hormon tiroid di tubuh terlalu rendah, kelenjar pituitary akan memproduksi thyroid-stimulating hormone (TSH) yang merangsang kelenjar tiroid memproduksi hormon tiroid lebih banyak. Dan jika kadar hormon dalam darah sudah memadai, pituitary mengurangi produksi hormon TSH.
4. Cekanticardiolipin antibody (ACA) Anticardiolipin antibody (ACA) adalah gangguan pengentalan darah yang dimulai dengan gejala lelah, rasa sakit pada sendi, kurang konsentrasi, dan sering pusing.