Pakai Bahan Wol di Daerah Beriklim Tropis, Kenapa Tidak?

Reporter

Editor

Rini Kustiani

Selasa, 26 Juli 2016 14:15 WIB

Ilustrasi baju berbahan wol. dok.major minor

TEMPO.CO, Jakarta - Wol adalah serat tekstil yang terbuat dari bulu domba, yang lazim digunakan di negara empat musim. Biasanya, wol digunakan sebagai bahan busana musim gugur atau dingin.

Namun, di tangan perancang Indonesia, serat wol dimodifikasi hingga layak digunakan sebagai material dasar busana musim semi atau panas. Dua label yang berani berinovasi ini adalah Toton, yang diarsiteki Toton Januar dan Hariyo Balitar; serta Major Minor Maha, yang dikomandoi Sari Nasution dan Inneke Margarethe.

Major Minor mengolah serat wol merino menjadi busana wanita lengkap—atasan dan bawahan—yang terilhami dari motif tenun Lombok. Untuk atasan, Major Minor membuat sebuah busana berpotongan lebar berwarna bone white dengan motif keker tiga dimensi. “Kami menggunakan teknik ikat, lalu disulam dengan tangan untuk menimbulkan efek tiga dimensi,” kata Sari.

Padu-padan busana musim semi tampaknya kurang afdol jika belum menggunakan midi skirt. Karena itu, Major Minor memadukan atasan keker dengan midi skirt kuning bermotif flower of love, yang diambil dari tenun Lombok. Motif ini samar-samar terlihat tegas di balik warna kuning pekat.

Dalam pengerjaannya, kedua label lulusan Indonesia Fashion Forward ini mengawinkan teknik tenun tradisional dengan teknologi modern. “Dengan teknologi modern dari pabrik di Solo, kemungkinan tercpita cool wool lebih cepat dan wol kami sangat light. Cocok untuk spring/summer,” kata Sari. Lalu, mereka menggandeng penenun tradisional dari Garut untuk menenun benang dari serat wol menjadi kain.

Garut, menurut Sari, dipilih lantaran penenun di sana sangat konsisten menjaga kualitas dan kuantitas yang diinginkan pasar internasional. Sedangkan Toton berpendapat, penenun di Garut lebih bisa beradaptasi dan terbuka dengan dinamika fashion modern. “Mereka, misalnya, bisa memodifikasi dengan teknik Bali tanpa membuang ciri khas serta kualitasnya,” ujarnya.

Kejahilan dua label mengutak-atik serat wol ini bukan tanpa sebab. Keduanya mewakili Indonesia dalam International Woolmark Prize (IWP) kategori busana wanita ronde Asia. Syarat utama dalam perhelatan ini adalah proporsi penggunaan serat wol pada busana minimal 80 persen.

Meski baru pertama kali mengikuti IWP dan asing dengan serat wol, Indonesia keluar sebagai juara ronde Asia. Pada 12 Juli 2016, Toton memenangi kategori busana wanita. Jurinya desainer Christopher Raeburn, Juun J., Fiona Kotur, konsultan mode berpengaruh di Hong Kong, Priscilla I’Anson, dan pemimpin redaksi GQ Style Cina, Cui Dan.

Yang dinilai bukan hanya busana akhir, tapi juga asal serat, pengolahan, sampai strategi bisnis. “Bukan sekadar lomba desain, tapi whole packages yang mereka cari. Jadi, selain desain yang bagus, dari segi bisnis harus matang,” tutur Toton.

Busana yang mengantarkan Toton menjadi juara IWP terilhami dari Goa Leang-leang di perbukitan kapur Maros-Pangkep, Makassar. “Wol dan tenun sama-sama memiliki sejarah panjang. Dua sejarah itu dikawinkan dengan kebudayaan Indonesia. Lukisan tangan di Gua Leang-leang menjadi awal sejarah Indonesia,” tutur Toton. Dia mengaplikasikan warna lukisan tangan manusia purba tersebut ke dalam busana.

Toton juga terinspirasi isu feminisme yang kian menguat belakangan ini. Karena itu, dia merancang busana wanita dari busana khusus untuk para raja, yang notabene digunakan pria. “Perempuan butuh empowering, tak ada salahnya mens wear direngkuh oleh wanita modern,” ujarnya. Busana ini 80 persen menggunakan serat wol merino, serat wol terbaik saat ini.

Hasilnya, sepaket busana ivory-peach lengkap—atasan dan bawahan—bergaya maskulin membuat Toton tampil mewakili Asia-Pasifik dalam IWP ronde final di Paris, tahun depan. Jika menang, Toton akan sejajar dengan Yves Saint Laurent dan Karl Lagerfeld, pendahulunya dalam kontes yang sudah diadakan sejak 1950 ini. Koleksinya juga akan dijual ke negara-negara mode di dunia. “Kami berharap, Toton bisa jadi juara dunia dalam ronde final di Paris,” kata Stephen Barraclough, staf Kedutaan Besar Australia untuk Indonesia.

DINI PRAMITA

Berita lainnya:
4 Tanda Pekerjaan Merusak Percintaan
Pizza Andaliman, Gaya Italia untuk Lidah Batak
Ayah Juga Bisa Terkena Baby Blues, Bagaimana Mengatasinya?

Berita terkait

Startup Asal Bandung Produksi Material Fashion Berbahan Jamur, Tembus Pasar Singapura dan Jepang

1 hari lalu

Startup Asal Bandung Produksi Material Fashion Berbahan Jamur, Tembus Pasar Singapura dan Jepang

Startup MYCL memproduksi biomaterial berbahan jamur ramah lingkungan yang sudah menembus pasar Singapura dan Jepang.

Baca Selengkapnya

Tampil Menarik Itu Menyakitkan, Ternyata Penyebabnya Pakaian

3 hari lalu

Tampil Menarik Itu Menyakitkan, Ternyata Penyebabnya Pakaian

Dalam beberapa kasus ingin tampil menarik dengan pakaian tertentu tapi justru berdampak pada kesehatan. Berikut penyebabnya.

Baca Selengkapnya

Tampil Kasual dengan Baju Flanel

10 hari lalu

Tampil Kasual dengan Baju Flanel

Baju flanel dapat dibeli baik di toko fisik ataupun toko online seperti Shopee

Baca Selengkapnya

Gaya Fesyen Boho Chic Jika Memenuhi 3 Aspek Ini

18 hari lalu

Gaya Fesyen Boho Chic Jika Memenuhi 3 Aspek Ini

Gaya Boho Chic pada dasarnya adalah gaya santai yang menggabungkan unsur-unsur hippie, nomaden, dan vintage. Begini lebih jelasnya.

Baca Selengkapnya

Kolaborasi Victoria Beckham dan Mango, Apa Koleksi Terbarunya?

23 hari lalu

Kolaborasi Victoria Beckham dan Mango, Apa Koleksi Terbarunya?

Koleksi Victoria Beckham dan Mango yang terbaru dari rangkaian kolaborasi para penggemar street fashion

Baca Selengkapnya

Sejarah Peci Ratusan Tahun Lalu, Disebar Pedagang Hingga Populer Jadi Busana Lebaran

27 hari lalu

Sejarah Peci Ratusan Tahun Lalu, Disebar Pedagang Hingga Populer Jadi Busana Lebaran

Peci yang identik dengan busana lebaran telah dikenal masyarakat sejak ratusan tahun lalu.

Baca Selengkapnya

Ramadan, Komunitas di Yogyakarta Edukasi Pecinta Fashion Rintis Karya Pemikat Wisatawan

38 hari lalu

Ramadan, Komunitas di Yogyakarta Edukasi Pecinta Fashion Rintis Karya Pemikat Wisatawan

Komunitas Indonesia Fashion Chamber (IFC) Yogyakarta meyakini, besarnya pasar wisatawan di Yogyakarta menjadi anugerah tersendiri untuk terus menghidupkan ekonomi kreatif di Kota Gudeg.

Baca Selengkapnya

Tiga Tips Gaya Berpakaian untuk Jurnalis ala Didiet Maulana

55 hari lalu

Tiga Tips Gaya Berpakaian untuk Jurnalis ala Didiet Maulana

Didiet Maulana, Direktur Kreatif Ikat Indonesia memberikan tips padupadankan gaya berpakaian ala jurnalis.

Baca Selengkapnya

IDFES2024: Revolusi Fashion Lokal

6 Februari 2024

IDFES2024: Revolusi Fashion Lokal

IDFES 2024 yang pertama di Indonesia ini bertema "Revolusi Fashion Lokal" yang akan menjadi creative hub untuk mendorong inspirasi.

Baca Selengkapnya

Anies Baswedan Konsisten Tampil dengan Busana Formal di Debat Capres, Pengamat Mode Sebut Kode Ini

5 Februari 2024

Anies Baswedan Konsisten Tampil dengan Busana Formal di Debat Capres, Pengamat Mode Sebut Kode Ini

Anies Baswedan kembali tampil konsisten dengan gaya formal hingga debat capres kelima yang diadakan KPU. Pengamat mode kaitkan dengan kode.

Baca Selengkapnya