Pertolongan Pertama untuk Orang yang Terkena Stroke

Reporter

Editor

Rini Kustiani

Senin, 11 Juli 2016 17:48 WIB

TEMPO/Bagus Indahono

TEMPO.CO, Jakarta - Ketika penyakit 'kelas berat' datang, dia bisa mengubah hidup seseorang untuk selamanya. Salah satu penyakit yang masuk kelas berat adalah stroke. Di Amerika Serikat, stroke berada di urutan ketiga dalam daftar musabab kematian pada 2010. Ia membayangi penyakit jantung dan kanker yang berada di puncak daftar mematikan itu.

Di Indonesia, Riset Kesehatan Dasar yang dirilis Departemen Kesehatan pada 2013 menyebut prevalensi stroke mencapai 12,1 per 1.000 orang dan diperkirakan akan terus bertambah. Dalam seminar "Stroke, Bukan Akhir Dari Segalanya” di Rumah Sakit Bunda Jakarta beberapa waktu lalu, seorang narasumber, dr. Ibnu Benhadi, SpBS(K). Ibnu mengatakan ketika stroke tiba-tiba menyerang salah satu anggota keluarga, ada dua hal yang harus Anda lakukan.

Pertama, memastikan bahwa yang terjadi pada penderita benar-benar stroke. Caranya, mengecek dengan metode FAST. FAST kependekan dari face (wajah), arms (tangan), speech (bicara), dan time (waktu). “Terkait face, mintalah anggota keluarga tersenyum. Perhatikan dengan saksama wajahnya saat tersenyum, apakah tampak simetris atau tidak?," kata Ibnu.

Untuk tangan berhubungan dengan kelumpuhan sensor motorik. Mintalah dia mengangkat kedua lengan lurus ke depan kemudian menahannya beberapa detik. Perhatikan baik-baik, bisakah dia mengangkat kedua lengan? "Jika dapat mengangkat kedua lengan, apa salah satu lengan terlihat turun?” Ibnu menjelaskan.

Berikutnya, speech. Mintalah dengan lembut anggota keluarga yang diduga terserang stroke itu untuk mengucap kata dan kalimat khususnya yang mengandung konsonan “R”. Dengarkan baik-baik. Apakah ia berbicara jelas atau cadel? Terakhir, time. Setiap detik sangatlah berharga.

Bila satu dari tiga gejala tadi terdeteksi, segera dibawa ke unit gawat darurat (UGD) rumah sakit terdekat (yang memiliki fasilitas penanganan stroke terpadu). Jika dia masih bisa bicara, tanyakan apa yang dirasakan pada penglihatannya.

“Bukan tidak mungkin, pasien merasa matanya gelap sebelah. Jika demikian, maka terjadi penyumbatan pada pembuluh darah di area mata. Tidak bisa digeneralisasi bahwa stroke itu penyumbatan pembuluh darah yang terjadi di sekitar otak,” kata Ibnu.

Jika gejala stroke terdeteksi dari salah satu unsur wajah, tangan, dan perkataan, usahakan agar Anda tak terlalu panik.

Selanjutnya: Apa yang harus dilakukan sembari menunggu pertolongan datang?
<!--more-->
Dalam perjalanan menuju rumah sakit, atau saat menunggu ambulans datang ke rumah, Anda masih bisa melakukan beberapa hal kecil tapi sangat penting untuk menolong orang yang terkena stroke tadi. dr. Ibnu Benhadi, SpBS(K) merekomendasikan beberapa hal untuk dilakukan:

1. Baringkan pasien dengan posisi kepala 30 derajat dari tempat tidur
Posisi bersandar semacam ini membantu melancarkan sirkulasi peredaran darah di tubuh pasien sekaligus memberi efek nyaman. Sembari berbaring, cermati apakah dia ingin muntah atau tidak. Kalau muntah, maka ada potensi pembuluh darahnya pecah. Cermati pula pernapasannya, lancar atau tidak. Jika penderita stroke muntah, maka posisi kepala agak dimiringkan sehingga muntahan bisa keluar dan tidak mengganggu saluran pernapasan,” ujar Ibnu.

2. Jangan panik
Kepanikan Anda hanya akan menambah beban psikologis pasien. Jangan biarkan semua anggota keluarga mengerubuti penderita. Tujuannya, memberi ruang yang lebih leluasa bagi pasien untuk menghidup udara segar.

3. Minta pasien menelan ludah dan ajak bicara dalam suasana santai

4. Jika pasien haus, berilah minum dengan cara menyuapkan air menggunakan sendok.

5. Ingat, tiap detik sangat berharga
Di Jakarta yang macet, bukan tak mungkin perjalanan menuju ke rumah sakit lebih dari satu jam. Selama perjalanan, cermati gerak-gerik pasien. Misalnya, pada 30 menit pertama pasien masih bisa menggaruk kepala. Memasuki setengah jam kedua, ia tidak bisa lagi menggaruk kepala. Artinya, kondisi memburuk. Laporkan detail itu kepada dokter.

Patut diketahui, penderita stroke tidak bisa pulih 100 persen. "Misalnya, jumlah sel otak awalnya 100 miliar. Lalu karena strok, 100 sel otak mati. Berarti sudah tidak genap 100 miliar lagi. Sel otak tidak bisa bertumbuh karena tidak tergantikan. Tuhan sudah bermurah hati, memberi sel-sel otak dalam jumlah bermiliar-miliar. Namun hanya diberikan sekali seumur hidup. Maka peliharalah baik-baik karena tidak bisa mengalami regenerasi,” kata Ibnu.

TABLOIDBINTANG

Berita lainnya:
5 Alasan Orang Membenci Hari Senin
Makanan Berlemak Ternyata Tak Bikin Gemuk
Etika Jatuh Cinta kepada Mantan Pacar Teman

Berita terkait

Hal-hal yang Perlu Diketahui Soal Bahaya Kandungan Senyawa Bromat pada Air Minum dalam Kemasan

21 hari lalu

Hal-hal yang Perlu Diketahui Soal Bahaya Kandungan Senyawa Bromat pada Air Minum dalam Kemasan

Pakar mengingatkan bahaya kandungan senyawa bromat yang banyak terbentuk saat Air Minum Dalam Kemasan (AMDK).

Baca Selengkapnya

Kemnaker Gelar Workshop Atasi Tantangan Kesehatan Kerja

18 Mei 2022

Kemnaker Gelar Workshop Atasi Tantangan Kesehatan Kerja

Banyak perubahan terjadi pada ketenagakerjaan. Perlu penyiapan untuk perlindungan tenaga kerja.

Baca Selengkapnya

Tips Mencegah Iritasi Kulit di Belakang Telinga karena Pakai Masker

8 Maret 2022

Tips Mencegah Iritasi Kulit di Belakang Telinga karena Pakai Masker

Potensi peradangan semakin besar apabila seseorang memiliki kulit sensitif dan menggunakan masker dalam waktu yang lama.

Baca Selengkapnya

Kenali 6 Penyakit Pembuluh Darah yang Paling Umum Terjadi

30 Desember 2021

Kenali 6 Penyakit Pembuluh Darah yang Paling Umum Terjadi

Penyakit pembuluh darah adalah gangguan yang mempengaruhi sistem peredaran darah dari dan ke organ tubuh.

Baca Selengkapnya

Sikap Skeptis Tinggi, Daewoong Gaet 15 Anak Muda Kreatif Galakkan Info Kesehatan

20 Desember 2021

Sikap Skeptis Tinggi, Daewoong Gaet 15 Anak Muda Kreatif Galakkan Info Kesehatan

Banyak masyarakat bersikap skeptis terkait bahaya pandemi Covid-19. Untuk tangani hal itu, Daewoong ajak anak muda galakkan info kesehatan

Baca Selengkapnya

Asam Lambung Naik, Ketahui Posisi Tidur yang Tepat dan Lakukan Diet Asam Lambung

18 November 2021

Asam Lambung Naik, Ketahui Posisi Tidur yang Tepat dan Lakukan Diet Asam Lambung

Beberapa hal yang yang harus diperhatikan penderita gangguan asam lambung adalah posisi tidur dan diet.

Baca Selengkapnya

Mengenal Demam Tifoid, Cegah dengan Vaksinasi 3 Tahun Sekali

13 November 2021

Mengenal Demam Tifoid, Cegah dengan Vaksinasi 3 Tahun Sekali

Indonesia masih endemi demam tifoid atau dikenal dengan sebutan penyakit tipus atau tipes.

Baca Selengkapnya

Manfaat Berjalan Kaki, Membantu Mengurangi Berat Badan Hingga Mood Lebih Baik

11 November 2021

Manfaat Berjalan Kaki, Membantu Mengurangi Berat Badan Hingga Mood Lebih Baik

Rutin berjalan kaki setiap hari membantu mengurangi risiko penyakit jantung, diabetes, dan menurunkan berat badan.

Baca Selengkapnya

Sering Pakai Semprotan Hidung untuk Mencegah Covid-19, Begini Cara Kerjanya

30 Oktober 2021

Sering Pakai Semprotan Hidung untuk Mencegah Covid-19, Begini Cara Kerjanya

Salah satu cara mencegah Covid-19 adalah dengan menyemprotkan cairan khusus ke hidung. Apa kandungan dalam cairan itu dan bagaimana cara kerjanya?

Baca Selengkapnya

5 Cara Terhindar dari Sakit Kepala

24 Oktober 2021

5 Cara Terhindar dari Sakit Kepala

Penyebab sakit kepala yang dominan terjadi selama pandemi Covid-19 adalah kelelahan dan kurang tidur.

Baca Selengkapnya