Kenali Disleksia pada Anak

Reporter

Selasa, 14 Juni 2016 16:49 WIB

www.i-dyslexia.org

TEMPO.CO, Jakarta - Disleksia adalah kondisi ketika seseorang mengalami kesulitan dalam mengenali kata dan simbol. Penyandang disleksia tidak hanya mengalami kesulitan dalam membaca, tapi juga dalam hal mengeja, menulis, dan beberapa aspek bahasa yang lain.

Menurut Ketua Umum Asosiasi Disleksia Indonesia, Kristiantini Dewi, penyebab disleksia adalah gangguan pada otak kiri, yang biasanya digunakan untuk membaca.

Disleksia dibedakan menjadi dua, yaitu developmental dan acquired. Pada disleksia developmental, 70 persennya disebabkan oleh keturunan. "Juga disebabkan oleh kondisi saraf (neurologis) dan disandang seumur hidup," kata Kristiantini dalam seminar di Jakarta.

Acquired dyslexia yang didapat karena gangguan perubahan cara otak kiri membaca. Penderita biasanya mengalami kecelakaan yang mengakibatkan kerusakan otak kiri.

Penyandang disleksia umumnya mengalami masalah dalam membaca, mengeja, dan menulis. Masalah lain yang menguntit pengidap disleksia adalah susah konsentrasi, daya ingat yang pendek, kesulitan mengurutkan huruf A-Z dan mengorganisasi, serta cenderung tak teratur.

Tanda-tanda disleksia bisa dideteksi sejak dini. Pada usia prasekolah, pengidap disleksia biasanya kidal atau tak mahir jika cuma memakai satu tangan, bingung atau sering tertukar kanan dan kiri. Selain itu, mereka suka tergesa-gesa, miskin kosakata, atau kesulitan memilih terminologi atau nama yang tepat. Misalnya, "Saya tak mau berenang karena kolamnya tebal," (baca: dalam) atau "Kemarin saya diberi kue sama si itu."

Pada usia 5-8 tahun, hal itu ditandai dengan kesulitan mempelajari huruf dan bunyinya, menggabungkan huruf menjadi kata, membaca, dan memegang alat tulis. "Pada umur 7 tahun seharusnya bisa menguasai huruf. Jika pada umur 8-9 tahun masih tak bisa, dimungkinkan disleksia," kata dia.

Tanda lain adalah kebingungan soal konsep ruang dan waktu serta kesulitan mencerna perintah yang disampaikan secara verbal, cepat, dan berurutan.

Namun, yang patut dipahami adalah disleksia bukan karena si penyandang bodoh. Beberapa penyandang disleksia justru orang yang brilian. Menurut Dewan Pembina Asosiasi Disleksia Indonesia Purboyo Solek, yang patut ketahui adalah intelligence quotient (IQ) si pengidap.

Normal, di bawah rata-rata, atau justru superior. Albert Einstein dan Presiden Amerika Serikat ke-43 George Walker Bush contoh penyandang disleksia. Disleksia juga tak disebabkan oleh latar belakang sosial-ekonomi yang buruk, gangguan penglihatan atau pendengaran, atau tak ada motivasi belajar.

"Jangan labeli mereka sebagai anak bodoh," kata dia. Pasalnya, jika diberi label sebagai anak bodoh, mereka tak bisa tampil sesuai dengan IQ-nya dan sia-sia. Jika diketahui IQ-nya, akan diketahui apakah seseorang memang mengidap disleksia atau mengalami kesulitan belajar.

Selain itu, perlu diperhatikan kelainan yang biasanya menyertai disleksia, yakni attention-deficit hyperactivity disorder, autisme, demam bengong (epilepsi tipe lena), keterbelakangan mental, dan kecerdasan di atas rata-rata. "Jika ada kelainan lain, perlu diberi terapi multidisiplin," kata Purboyo.

Penyandang disleksia juga punya sisi positif. Biasanya mereka memiliki kemampuan di bidang lain yang baik, bahkan melebihi rata-rata. "Otak pengidap disleksia membaca dengan cara yang tak sama dengan mereka yang tak mengidap disleksia," kata Kristiantini. Biasanya mereka memiliki keunggulan di bidang visual-spasial, kesadaran sosial, penyelesaian masalah, geometri, atau komputer.

Beberapa tanda awal disleksia:

- Sulit belajar bicara atau mengucapkan kata-kata panjang.
- Sulit dalam mengenali irama.
- Sulit mengenal alfabet, nama hari dalam seminggu, angka, warna, dan bentuk.
- Sulit mengenali suara dan nama, terutama huruf.
- Sulit menulis atau membaca namanya sendiri.
- Sulit mengikuti beberapa jenis suara.
- Saat membaca atau mengeja, ada huruf yang terlupa.
- Sulit menulis dengan tangan.
- Kurang baiknya kemampuan motorik.
- Sulit membedakan kanan kiri

HEALTHDAY NEWS | KORAN TEMPO | INDIGROW CHILD DEVELOPMENT CENTER | DINA ANDRIANI





Advertising
Advertising

Berita terkait

Ketahui Penyakit Genetik, Pentingnya Tahu Riwayat Kesehatan Keluarga

18 Oktober 2022

Ketahui Penyakit Genetik, Pentingnya Tahu Riwayat Kesehatan Keluarga

Setengah dari gen anak berasal dari orang tua biologis. Kadang adanya mutasi gen mengindikasi kemungkinan risiko memiliki penyakit genetik. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Anak Sulit Makan Sayur dan Buah? Ikuti Tips Mudah Ini

1 Juli 2019

Anak Sulit Makan Sayur dan Buah? Ikuti Tips Mudah Ini

Apakah Anda sulit makan buah dan sayur? Lakukan berbagai tips mudah ini agar kebutuhan gizi anak Anda terpenuhi.

Baca Selengkapnya

Saran Ahli Gizi agar Anak Terhindar dari Stunting

2 November 2018

Saran Ahli Gizi agar Anak Terhindar dari Stunting

Menurut pakar gizi, pemerintah dan seluruh elemen masyarakat, perlu bekerja sama untuk menurunkan angka stunting.

Baca Selengkapnya

Rumah Sedang Direnovasi, Perhatikan Kesehatan Anak-anak

8 Mei 2018

Rumah Sedang Direnovasi, Perhatikan Kesehatan Anak-anak

Rumah yang sedang direnovasi sudah pasti kotor serta penuh debu dan zat kimia berbahaya. Lindungi anak-anak, jangan sampai kesehatan mereka terganggu.

Baca Selengkapnya

Tanda Anak Keracunan Zat Berbahaya di Rumah dan Kiat Mengatasi

4 Maret 2018

Tanda Anak Keracunan Zat Berbahaya di Rumah dan Kiat Mengatasi

Jauhkan bahan-bahan pembersih di rumah yang mengandung zat berbahaya. Kenali tanda anak keracunan zat tersebut.

Baca Selengkapnya

Alasan Anak Tak Boleh Hanya Sarapan Buah dan Sayur

4 Maret 2018

Alasan Anak Tak Boleh Hanya Sarapan Buah dan Sayur

Menurut dokter, anak tidak dianjurkan hanya sarapan buah dan sayur karena tidak mengandung karbohidrat.

Baca Selengkapnya

Anak Juga Butuh Pusat Kebugaran Khusus, Ini Saran Dokter

11 Januari 2018

Anak Juga Butuh Pusat Kebugaran Khusus, Ini Saran Dokter

Semakin banyak saja pusat kebugaran untuk anak dan menurut dokter anak memang butuh banyak beraktivitas.

Baca Selengkapnya

Manfaat Menyusui buat Ibu dan Bayi, Cegah Obesitas sampai Kanker

14 Desember 2017

Manfaat Menyusui buat Ibu dan Bayi, Cegah Obesitas sampai Kanker

Manfaat menyusui bagi kesehatan sangat besar, bukan saja untuk bayi tapi juga ibunya.

Baca Selengkapnya

Anak Lesu dan Pucat, Waspadai Gejala Anemia

23 November 2017

Anak Lesu dan Pucat, Waspadai Gejala Anemia

Perhatikan anak Anda, bila terlihat pucat, lemas, dan lesu, bisa jadi ia mengalami anemia.

Baca Selengkapnya

Kecoak dan Bulu Kucing Biang Kerok Asma? Ini Kata Dokter

26 September 2017

Kecoak dan Bulu Kucing Biang Kerok Asma? Ini Kata Dokter

Kecoa itu alergen, bahan yang menyebabkan serangan asma. Kalau kecoak mati kan berterbangan kulit-kulitnya. Lalu?

Baca Selengkapnya