Kiat Mengatasi Rasa Bersalah Ibu Bekerja dan Sibuk Belanja  

Reporter

Kamis, 9 Juni 2016 11:45 WIB

Ilustrasi Ibu bekerja. Shutterstock.com

TEMPO.CO, Jakarta - Di akhir bulan Ramadan, kaum ibu sibuk berbelanja. Mereka belanja untuk memenuhi kebutuhan Lebaran. Begitu mendapatkan uang THR, ibu sering kalap belanja.

Terlepas apakah ibu yang berbelanja itu bekerja atau tidak, mereka kerap dihantui perasaan bersalah karena meninggalkan anak sepanjang hari. Membelikan ini-itu dalam jumlah yang hampir tidak rasional, terutama untuk menyenangkan anak karena melulu ditinggal kerja.

Terlebih jika anak masih balita. Padahal anak yang masih sangat kecil tidak terlalu butuh materi sebanyak itu. Rasa bersalah yang dirasakan ibu itu subyektif. Artinya, bisa saja seperti itu adanya, memang bersalah, atau sekadar perasaan sang ibu.

“Motif serta alasannya pun bisa sangat beragam. Begitu pula tingkat kedalamannya. Rasa bersalah juga sulit dideteksi. Seringnya, semakin dalam rasa bersalah, semakin rapat tersembunyi dari orang lain,” kata Anggia Chrisanti, psikolog anak dan keluarga.

Berikut ini kiat menghadapi perasaan bersalah tersebut.

1. Kesadaran (awareness)

Setiap orang pasti punya rasa bersalah, entah kenapa atau kepada siapa. Begitu pun halnya diri kita. Kesadaran merupakan langkah awal yang akan menjadi jalan pembuka untuk menemukan dan menyelesaikan rasa bersalah itu dengan tepat. Sebaliknya, jika menyadarinya pun tidak mau, bahkan menyangkal, semakin sulit bagi kita menyelesaikannya.

2. Penerimaan (acceptance)
Menerima perasaan bersalah terhadap suatu hal dengan skala (buatlah skala pribadi dengan 0 = tidak merasa bersalah sama sekali dan 10 = amat sangat merasa bersalah). Tahap ini tidak mudah. Defence mechanism atau ego akan melakukan banyak pembelaan, baik bantahan logika maupun dalam bentuk perilaku.

Misalnya, seorang ibu yang merasa bersalah karena meninggalkan anak batitanya setiap hari, dari pagi sampai malam, untuk bekerja di luar rumah atau kantor, cenderung akan sangat posesif, protektif, atau justru permisif. Juga bisa jadi sangat royal dengan memenuhi apa pun permintaan anak. Semua itu dia lakukan untuk menutupi dan atau membayar rasa bersalahnya.

3. Memaafkan (forgiveness)
Lagi-lagi, di sini dilema terbesarnya. Memaafkan orang lain jauh lebih mudah daripada memaafkan sedikit saja kesalahan atau rasa bersalah kita. Masalahnya, ketika sedikit atau sebesar apa pun kesalahan kita kepada orang lain atau sebaliknya, baru dianggap sah jika telah saling mengatakan dan mengakui kesalahan. Tidak sekadar menduga atau merasa bahwa telah memaafkan atau meminta maaf.

Adapun perasaan bersalah kepada diri sendiri akan memicu pertempuran batin. Sering kita tidak mengatakan, apalagi mengakui dengan tegas, bahwa kita telah menerima dan memaafkan diri kita atas kesalahan tersebut.

TABLOIDBINTANG

Berita lainnya:
Manfaat Rumah Bersih dan Rapi buat Kesehatan
Logika Puasa, Berat Badan Turun, juga Massa Otot
7 Kebiasaan Buruk Orang Tua yang Berdampak pada Anak

Berita terkait

Pola Asuh Anak yang Diterapkan Nikita Willy di Tengah Kesibukan

7 Februari 2024

Pola Asuh Anak yang Diterapkan Nikita Willy di Tengah Kesibukan

Nikita Willy memahami kunci pola asuh yang baik adalah dengan menerapkan rutinitas sehari-hari yang konsisten meskipun sebagai ibu yang juga bekerja.

Baca Selengkapnya

Pola Asuh Pintar dan Manfaatnya pada Perkembangan Anak

7 Februari 2024

Pola Asuh Pintar dan Manfaatnya pada Perkembangan Anak

Ibu perlu menerapkan pola asuh yang fokus pada aspek perkembangan anak sesuai usianya yang disebut smart parenting. Cek manfaatnya.

Baca Selengkapnya

Mengenal Helicopter Parenting, Dampak, dan Antisipasinya

23 Januari 2024

Mengenal Helicopter Parenting, Dampak, dan Antisipasinya

Helicopter parenting adalah pola asuh ketat orang tua terhadap seorang anak. Kenali ciri, dampak, dan antisipasinya berikut ini.

Baca Selengkapnya

Mengenal Pola Asuh Strawberry Parent dan Ciri-cirinya

9 Januari 2024

Mengenal Pola Asuh Strawberry Parent dan Ciri-cirinya

Strawberry parent adalah model pola asuh di mana orangtua terlalu banyak membantu atau memanjakan anak. Ini penjelasan dan karakter gaya didiknya.

Baca Selengkapnya

Kesalahan yang Biasa Dilakukan Orang Tua pada Anak di Hari Natal

10 Desember 2023

Kesalahan yang Biasa Dilakukan Orang Tua pada Anak di Hari Natal

Pakar parenting menyebut ada beberapa kesalahan yang biasa dilakukan orang tua terhadap anak-anak mereka di momen Hari Natal. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Menjadikan Anak seperti Raja, Efeknya Justru Merusak

28 November 2023

Menjadikan Anak seperti Raja, Efeknya Justru Merusak

Ada anak yang merasa bisa berpikir dan berlaku sesukanya, bisa juga mengacu pada anak manja. Penyebabnya mereka selalu mendapatkan segala keinginan.

Baca Selengkapnya

4 Reality Show Parenting dari Korea, Ada yang Membuat Orang Tua Menangis

23 November 2023

4 Reality Show Parenting dari Korea, Ada yang Membuat Orang Tua Menangis

Reality show parenting dari Korea yang sedang trending saat ini

Baca Selengkapnya

Psikolog Sarankan Authoritative Parenting untuk Anak Remaja, Ini Alasannya

20 November 2023

Psikolog Sarankan Authoritative Parenting untuk Anak Remaja, Ini Alasannya

Pola asuh authoritative parenting bisa memberikan pemahaman kepada anak, terutama remaja, mengenai konsekuensi tindakan yang mereka ambil.

Baca Selengkapnya

5 Bukti Seseorang Jadi Orang Tua yang Baik

27 September 2023

5 Bukti Seseorang Jadi Orang Tua yang Baik

Peran orang tua sangat penting bagi tumbuh kembang anak, terutama untuk mendidik dan menjadi teladan yang baik.

Baca Selengkapnya

Mengenal Pola Parenting Asah Asih Asuh pada Anak dan Manfaatnya

30 Agustus 2023

Mengenal Pola Parenting Asah Asih Asuh pada Anak dan Manfaatnya

Kenali pola parenting asah, asih, asuh yang wajib dipenuhi orang tua pada anak dan manfaatnya kini dan kelak.

Baca Selengkapnya