TEMPO.CO, Jakarta - Pernahkah Anda membayangkan beras, yang kemudian dimasak menjadi nasi lantas dikonsumsi, menjadi perhiasan? Ide unik ini menjadi konsep dasar dari Environmental Jewelry, sebuah brand perhiasan yang memiliki bahan dasar beras.
“Hal utama yang terjadi di Indonesia adalah orang-orang makan nasi. Jadi, kami benar-benar memegang topik tersebut. Anda mempunyai nasi setiap hari,” kata Julia Skergeth, pendiri Environmental Jewelry.
Brand yang baru berusia dua tahun ini bermula dari proyek Julia Skergeth membuat sepatu dari beras ketika ia tinggal di London. “Bahan sisa (sepatu dari beras) saya jadikan perhiasan kemudian mendapat tanggapan yang baik. Lalu saya datang ke Indonesia dan mengatakan kepada rekan bisnis saya mengenai ini. Ia mengatakan bahwa ini adalah ide yang bagus. Mari coba buat di Indonesia,” cerita perempuan berkebangsaan Austria ini.
Environmental Jewelry menampilkan berbagai bentuk perhiasan, di antaranya kalung, cincin, dan anting, dengan hiasan beras. Beras yang digunakan adalah beras asli Indonesia yang dicampur dengan beras India. Setiap perhiasan Environmental Jewelry memiliki warna berbeda-beda.
“Setiap musim, kami memperkenalkan warna baru. Saat ini, warnanya adalah pastel. Semuanya tentang kesegaran di tahun ini,” kata Julia Skergeth menerangkan koleksi musim ini yang didominasi warna biru muda, pink muda, dan krem.
Dalam sebuah tayangan video di YouTube, Julia menjelaskan bagaimana dia mulai bereksperimen tentang beras di dapur karena dia juga hobi memasak. "Tujuan saya adalah membuat kristal dari bahan ramah lingkungan," ujarnya.
Julia kemudian mengamati bentuk dan tekstur setiap butir beras. Dia lantas membuat bagaimana desain perhiasan berbahan dasar beras. Untuk membuat satu produk, Julia membutuhkan waktu setidaknya tiga hari. "Ini yang membuat saya sangat mengenal produk sendiri," katanya.
Ramadan, Komunitas di Yogyakarta Edukasi Pecinta Fashion Rintis Karya Pemikat Wisatawan
43 hari lalu
Ramadan, Komunitas di Yogyakarta Edukasi Pecinta Fashion Rintis Karya Pemikat Wisatawan
Komunitas Indonesia Fashion Chamber (IFC) Yogyakarta meyakini, besarnya pasar wisatawan di Yogyakarta menjadi anugerah tersendiri untuk terus menghidupkan ekonomi kreatif di Kota Gudeg.