TEMPO.CO, Jakarta - Hati-hati, di balik tampilan menggemaskan, badan gendut pada anak bisa jadi malah tak sehat. Berbagai macam penyakit mengintai, termasuk hipertensi.
"Ada peningkatan prevalensi hipertensi pada anak. Salah satunya disebabkan oleh kegemukan karena kurang bergerak," kata Arieska Ann Soenarta, dokter spesialis jantung dan pembuluh darah, saat memberi paparan dalam perayaan World Hypertension Day 2016 di kantor pusat Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia, Jakarta Selatan, pekan lalu.
Menurut Ann, selama ini hipertensi dianggap sebagai penyakit orang dewasa. Padahal anak-anak juga bisa terserang tekanan darah tinggi. Dalam sebuah penelitian yang diterbitkan International Journal of Hypertension 2011, disebutkan bahwa prevalensi atau kejadian hipertensi pada anak secara global mencapai 1-2 persen dari populasi total. Gawatnya, jika sudah terkena hipertensi sejak belia, risiko mengalami hipertensi saat dewasa meningkat empat kali lipat.
Tekanan darah tinggi bukan perkara yang bisa disepelekan. Dokter spesialis saraf Yuda Turana mengatakan hipertensi bisa meningkatkan risiko terjadinya stroke, demensia, gagal ginjal, jantung, bahkan kematian. Hipertensi jarang sekali menjadi penyakit tunggal karena hampir selalu ada penyakit lain yang menyertai, misalnya diabetes. Namun, masalahnya, kebanyakan orang baru memeriksakan diri setelah terjadi komplikasi.
Karena itu, perlu ada deteksi dini pada anak. Menurut Ann, ada banyak penyebab bocah terserang hipertensi. Pada bayi baru lahir, hipertensi dapat terjadi akibat renal artery thrombosis, yakni gumpalan darah pada ginjal. Adapun pada anak-anak, hipertensi disebabkan oleh kelainan sekunder. Kebanyakan akibat kelainan ginjal pada jaringan (78 persen), serta kelainan endokrin, seperti hipertiroid, hiperaldosterone, atau conn's syndrome.
Conn's syndrome, yang juga dikenal dengan aldosteronisme primer, adalah kondisi berlebihnya produksi aldosteron oleh kelenjar adrenal, sehingga kadar protein renin pada tubuh menurun. Kelenjar adrenal merupakan sepasang kelenjar yang terletak pada puncak ginjal, sedangkan aldosteron adalah hormon yang mengatur volume darah dalam tubuh.
Kondisi ini menyebabkan anak mengalami kelemahan otot, kejang, atau buang air kecil berlebihan. Kondisi sekunder lain yang dapat menyebabkan anak menderita hipertensi adalah penyempitan pada aorta dan penggunaan obat-obatan.
Penyebab tersebut berbeda dengan faktor penyebab hipertensi pada orang dewasa muda, yang lebih banyak disebabkan oleh keturunan dan gaya hidup yang buruk. Namun, belakangan, anak-anak juga mengalami hipertensi seperti halnya orang dewasa, yakni akibat kegemukan yang disebabkan oleh kurang gerak, asupan makanan dengan kadar garam tinggi (biasanya mengikuti pola makan orang tua), serta stres yang biasanya dialami para remaja.
Cara pencegahan hal itu salah satunya deteksi dini. Menurut Ann, anak berusia di atas 3 tahun perlu memeriksakan tekanan darahnya secara rutin, terutama anak yang memiliki riwayat keturunan hipertensi. "Orang tua harus agresif memeriksakan anaknya," katanya.
Kalau sudah telanjur mengidap hipertensi, mau tak mau pengobatan harus dilakukan. Ada dua golongan pembagian pengobatan hipertensi pada anak, yakni cara farmakologis, atau dengan obat-obatan, dan non-farmakologis, yakni dengan mengubah gaya hidup, seperti menurunkan berat badan, diet rendah lemak dan garam, serta berolahraga secara teratur.
KORAN TEMPO | NUR ALFIYAH
Berita lainnya:
12 Kegiatan yang Bisa Mencegah Pikun
Segera Akhiri Hubungan Anda dengan Pria Seperti Ini
Lupakan Cokelat, Cobalah 12 Camilan Sehat di Sela Jam Kerja
Berita terkait
Ketahui Penyakit Genetik, Pentingnya Tahu Riwayat Kesehatan Keluarga
18 Oktober 2022
Setengah dari gen anak berasal dari orang tua biologis. Kadang adanya mutasi gen mengindikasi kemungkinan risiko memiliki penyakit genetik. Apa saja?
Baca SelengkapnyaAnak Sulit Makan Sayur dan Buah? Ikuti Tips Mudah Ini
1 Juli 2019
Apakah Anda sulit makan buah dan sayur? Lakukan berbagai tips mudah ini agar kebutuhan gizi anak Anda terpenuhi.
Baca SelengkapnyaSaran Ahli Gizi agar Anak Terhindar dari Stunting
2 November 2018
Menurut pakar gizi, pemerintah dan seluruh elemen masyarakat, perlu bekerja sama untuk menurunkan angka stunting.
Baca SelengkapnyaRumah Sedang Direnovasi, Perhatikan Kesehatan Anak-anak
8 Mei 2018
Rumah yang sedang direnovasi sudah pasti kotor serta penuh debu dan zat kimia berbahaya. Lindungi anak-anak, jangan sampai kesehatan mereka terganggu.
Baca SelengkapnyaTanda Anak Keracunan Zat Berbahaya di Rumah dan Kiat Mengatasi
4 Maret 2018
Jauhkan bahan-bahan pembersih di rumah yang mengandung zat berbahaya. Kenali tanda anak keracunan zat tersebut.
Baca SelengkapnyaAlasan Anak Tak Boleh Hanya Sarapan Buah dan Sayur
4 Maret 2018
Menurut dokter, anak tidak dianjurkan hanya sarapan buah dan sayur karena tidak mengandung karbohidrat.
Baca SelengkapnyaAnak Juga Butuh Pusat Kebugaran Khusus, Ini Saran Dokter
11 Januari 2018
Semakin banyak saja pusat kebugaran untuk anak dan menurut dokter anak memang butuh banyak beraktivitas.
Baca SelengkapnyaManfaat Menyusui buat Ibu dan Bayi, Cegah Obesitas sampai Kanker
14 Desember 2017
Manfaat menyusui bagi kesehatan sangat besar, bukan saja untuk bayi tapi juga ibunya.
Baca SelengkapnyaAnak Lesu dan Pucat, Waspadai Gejala Anemia
23 November 2017
Perhatikan anak Anda, bila terlihat pucat, lemas, dan lesu, bisa jadi ia mengalami anemia.
Baca SelengkapnyaKecoak dan Bulu Kucing Biang Kerok Asma? Ini Kata Dokter
26 September 2017
Kecoa itu alergen, bahan yang menyebabkan serangan asma. Kalau kecoak mati kan berterbangan kulit-kulitnya. Lalu?
Baca Selengkapnya