Jurus Meredam Generasi Y yang Doyan Pindah Kerja

Reporter

Kamis, 26 Mei 2016 10:00 WIB

Para pencari kerja sedang memasukkan lamaran di salah satu booth perusahaan peserta Unpad Job Fair 2016 di Grha Sanusi Hardjadinata Unpad Jalan Dipati Ukur No. 35 Bandung, Rabu (24/02). dok/unpad.ac.id KOMUNIKA ONLINE

TEMPO.CO, JAKARTA- Angka pengunduran diri karyawan alias turnover kian hari kian tinggi. "Beberapa tahun lalu hanya 10 persen per tahun, sekarang meningkat jadi 30 persen," kata Mayya Indriastuti, manajer operasional Daya Talenta Indonesia, perusahaan konsultan sumber daya manusia, kepada Tempo, beberapa waktu lalu.


Menurut Mayya, tren turnover saat ini dapat dibilang memasuki tahap ekstrem. Sekitar sepuluh tahun lalu, mengundurkan diri sebelum masa kerja lima tahun dianggap pemali. Namun sekarang, dia menambahkan, banyak perusahaan kehilangan karyawan yang baru bekerja seumur jagung. Kebanyakan dari mereka adalah generasi Y. "Mereka tak akan ragu untuk meninggalkan perusahaan demi peluang baru, meski baru setahun bekerja," ujar dia. Mirip kutu loncat.


Generasi Y-sering juga disebut Gen-Y dan generasi milenium—merujuk pada mereka yang lahir pada rentang sekitar 1981–1999. Pada 2010 di Indonesia, populasinya mencapai 80 juta jiwa, dan diperkirakan akan mencapai 90 juta jiwa pada 2030. Dengan demikian, Mayya mengatakan, tak salah jika generasi yang saat ini berusia 17–35 tahun inilah yang kini disebut-sebut sebagai motor dunia kerja.


Dia mengatakan Gen-Y merupakan aset yang dinamis, cerdas, multitasking, efisien, mandiri, dan berpotensi menjadi aset-aset terbaik. "Jika diperlakukan dengan baik, mereka sangat menguntungkan perusahaan," kata Mayya.


Senada, Ivan Sudjana, dosen Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, mengatakan generasi ini berkarakter optimistis, pekerja keras, cerdas, kreatif, dan sangat dipengaruhi oleh teknologi. "Bicara persaingan? Generasi ini yang terbaik untuk memenangi persaingan," kata dia.


Advertising
Advertising

Namun mereka memiliki sederet karakter yang menjadi poin negatif bagi perusahaan. Ivan mengatakan Gen-Y dikenal tipis—tidak sabaran dan "cerewet". "Mereka mudah protes," kata dia. Terutama, jika lingkungan kerja dan fasilitas tak sesuai dengan ekspektasi. Tak mengherankan jika Gen Y juga kerap dipandang sebagai tukang buat onar, bikin gaduh.


Berdasarkan keterangan Mayya dan Ivan, yang menjadi persoalan adalah kesenjangan komunikasi antara Gen-Y dan generasi sebelumnya—yang banyak menjadi atasan mereka. "Mereka kesulitan menangani alien, makhluk aneh yang sulit sekali ditebak karena beda karakter," kata Ivan.


Cara menghadapinya, dia menerangkan, tak perlu banyak dikte dan ceramah. Menurut dia, generasi ini memiliki standar prosedural dan etik sendiri. "Kadang mereka menganggap enggak perlu diceramahi ini-itu. Lihat saja hasilnya," ujar Ivan. Selanjutnya, perbaikan fasilitas. "Setelah itu, tenang saja. Target perusahaan pasti akan tercapai dengan cara mereka yang ajaib," kata Ivan.


Ivan mengungkapkan titik kritis lainnya adalah gaya berkomunikasi. Generasi milenial yang tak suka didikte lebih mudah tersulut amarahnya oleh atasan bergaya bossy. "Mereka butuh pimpinan yang memotivasi dan bisa kasih teladan, idola," kata dia.


Ivan menilik hasil riset Great Place to Work, lembaga penelitian di Amerika Serikat, tentang 100 perusahaan yang dianggap menyenangkan bagi generasi milenial. Kesamaan perusahaan ini adalah memberikan kesempatan yang sama bagi seluruh karyawan, promosi-tunjangan-gaji dan bonus yang diberikan secara fair, dan atmosfer kerja yang memberi ruang komunikasi dua arah.


Ivan mencontohkan Google—mimpi generasi milenial akan tempat kerja ideal. "Suasana kerjanya sangat nyaman dengan berbagai servis di tempat kerja, bahkan bisa tidur siang dulu tanpa mengganggu performa sama sekali," kata dia. Perusahaan, kata dia, juga membiarkan karyawan bekerja di mana pun dengan jadwal yang fleksibel.


Ada karakter yang unik dari generasi ini. Menurut Ivan, mereka tidak menuntut gaji tinggi, melainkan fasilitas yang sedapat mungkin bisa dipamerkan di media sosial. "Berilah fasilitas seperti kesempatan untuk belajar atau dikirim ke mana," kata dia. Secara psikologis, dia menjelaskan, kebutuhan Gen Y menjadi "terkenal" juga dapat dipenuhi dengan cara ini.


Mayya mengatakan kebutuhan apresiasi Gen-Y sangat tinggi dibanding generasi sebelumnya. "Perusahaan dapat memberikan apresiasi itu dengan bonus, tunjangan, promosi, kesempatan travelling gratis," kata dia. Jika tidak, generasi kutu loncat ini akan menclok ke tempat lain yang menjanjikan hal tersebut.


DINI PRAMITA





Berita terkait

Pentingnya Peran Perempuan Dalam Keluarga dan Dunia Profesional

7 hari lalu

Pentingnya Peran Perempuan Dalam Keluarga dan Dunia Profesional

Refleksi terhadap dinamika peran perempuan dalam berbagai aspek kehidupan dalam memperingati Hari Kartini.

Baca Selengkapnya

Gen Z Dikenal Selalu Ingin Memaknai Hidup

12 hari lalu

Gen Z Dikenal Selalu Ingin Memaknai Hidup

Karakter Gen Z berevolusi menjadi pribadi yang lebih sadar untuk memaknai kehidupan tidak mementingkan kebahagiaan sendiri.

Baca Selengkapnya

4 Tips Tingkatkan Performa Setelah Libur Lebaran

14 hari lalu

4 Tips Tingkatkan Performa Setelah Libur Lebaran

Simak tips meningkatkan semangat bekerja setelah libur lebaran agar kamu lebih fresh.

Baca Selengkapnya

5 Tips Cari Kerja di Perusahaan Keren Lewat LinkedIn

18 hari lalu

5 Tips Cari Kerja di Perusahaan Keren Lewat LinkedIn

Kebanyakan perusahaan memerlukan kombinasi hardskill dan softskill yang baik untuk berkarier di dunia kerja. Ini tips cari kerja lewat LinkedIn.

Baca Selengkapnya

15 Perusahaan Terbaik untuk Kembangkan Karier Versi LinkedIn, Banyak di Sektor Keuangan

18 hari lalu

15 Perusahaan Terbaik untuk Kembangkan Karier Versi LinkedIn, Banyak di Sektor Keuangan

Jaringan profesional LinkedIn merilis daftar Top Companies 2024 edisi ketiga untuk Indonesia.

Baca Selengkapnya

Mengenal Kutu Loncat dalam Dunia Kerja dan Dampaknya pada Karier

16 Januari 2024

Mengenal Kutu Loncat dalam Dunia Kerja dan Dampaknya pada Karier

Kutu loncat adalah istilah yang diberikan pada seseorang yang suka berpindah pekerjaan dalam waktu singkat. Ini dampaknya untuk karier.

Baca Selengkapnya

Mengenal Quarter Life Crisis, Ciri-Ciri, dan Cara Menghadapinya

8 Januari 2024

Mengenal Quarter Life Crisis, Ciri-Ciri, dan Cara Menghadapinya

Memasuki usia dewasa, seseorang seringkali mengalami quarter life crisis yang membuatnya jadi tak percaya diri. Apa itu quarter life crisis?

Baca Selengkapnya

Jauh dari Kontroversi, Lee Dong Wook Punya Mantra Khusus untuk Menjaga Kariernya

31 Desember 2023

Jauh dari Kontroversi, Lee Dong Wook Punya Mantra Khusus untuk Menjaga Kariernya

Baru-baru ini wawancara lama Lee Dong Wook viral. Dia mengungkapkan caranya mempertahankan karier 25 tahun di inudstri hiburan

Baca Selengkapnya

Dekat dengan Dunia Digital, Sebaiknya Gen Z Miliki Keahlian Ini

8 Desember 2023

Dekat dengan Dunia Digital, Sebaiknya Gen Z Miliki Keahlian Ini

Pentingnya gen Z memiliki pola pikir yang peka serta kepedulian tinggi dalam kesehariannya.

Baca Selengkapnya

Career Hallway 2.0 Membuka Pintu Rahasia Bagi Masa Depan Karier

11 November 2023

Career Hallway 2.0 Membuka Pintu Rahasia Bagi Masa Depan Karier

Acara difokuskan pada berbagai tips dan trik merencanakan karier

Baca Selengkapnya