TEMPO.CO, Jakarta - Banyak orang memilih kentang sebagai pengganti nasi, terutama mereka yang menghindari karbohidrat atau penderita diabetes. Namun berhati-hatilah. Para ahli baru saja menemukan fakta bahwa terlalu sering makan kentang bisa memicu tekanan darah tinggi.
Jangan mengira kentang yang direbus, dilumat, atau dibakar lebih baik dibanding kentang goreng atau keripik kentang. Meski tidak digoreng, potensi kentang untuk menaikkan tekanan darah tetap sama.
Keripik memang mengandung lemak lebih banyak karena proses penggorengan dan tak baik buat kesehatan. Namun para peneliti dari sekolah kedokteran Harvard menilai mengkonsumsi apa pun dari kentang, bila terlalu sering, akan menimbulkan masalah pada tekanan darah. Mereka menunjuk saripati kentang sebagai biang keladinya.
Penyebabnya adalah kadar glikemik yang tinggi pada kentang. Jenis karbohidrat ini bisa berubah dengan cepat menjadi gula sehingga memicu kenaikan kadar gula darah dengan cukup signifikan dan lama-kelamaan bisa mengakibatkan diabetes.
Hasil penelitian para ahli yang dimuat dalam British Medical Journal itu menganalisis data dari 187 ribu pria dan wanita yang menjadi bagian tiga proyek di Amerika Serikat selama 20 tahun. Hasilnya, para wanita yang mengkonsumsi kentang dengan rutin lebih rentan terserang tekanan darah tinggi dibanding kaum lelaki.
Secara umum, hasil penelitian menunjukkan bahwa pria atau wanita yang makan kentang bakar, rebus, atau yang dilumat empat kali seminggu atau lebih berisiko terkena tekanan darah tinggi 11 persen lebih tinggi dibanding mereka yang hanya makan kentang tidak sampai satu kali dalam sebulan. Mereka yang senang makan keripik kentang bahkan berisiko 17 persen lebih tinggi.
Alhasil, para ahli tersebut meminta agar kentang tak lagi dimasukkan ke dalam kategori sayuran supaya tidak menyesatkan banyak orang. Namun tidak semua ilmuwan setuju dengan pendapat tersebut. Contohnya, tekanan darah naik setelah mengkonsumsi kentang lebih diakibatkan zat lain yang menjadi bumbu, seperti garam pada keripik.
Bayi penting untuk melakukan imunisasi secara rutin agar terhindar dari bahaya kesehatan mendatang. Lantas, apa saja bahaya bagi bayi yang tidak melakukan imunisasi?
Sejak 2021, Jokowi 6 Kali Sampaikan Keresahan WNI Pilih Berobat ke Luar Negeri
10 hari lalu
Sejak 2021, Jokowi 6 Kali Sampaikan Keresahan WNI Pilih Berobat ke Luar Negeri
Presiden Joko Widodo atau Jokowi acap menyampaikan keresahannya soal warga negara Indonesia yang berbondong-bondong berobat ke negara lain, alih-alih dalam negeri.