Yang Sering Keliru dalam Tata Rias Pengantin Yogyakarta dan Keraton Surakarta

Senin, 11 April 2022 13:13 WIB

Tata rias pengantin Keraton Yogyakarta bernama Paes Ageng Kanigaran yang diperagakan di Pendapa Royal Ambarrukmo, Yogyakarta, Kamis, 31 Maret 2022. TEMPO | Pito Agustin Rudiana

TEMPO.CO, Yogyakarta - Penanggung jawab urusan tata rias dan adat dari Tinuek Riefki Management, Suyono mengatakan kerap mendapati penerapan tata rias pengantin Yogyakarta yang campur aduk dengan Keraton Surakarta. Padahal, menurut dia, tata rias dua keraton ini memiliki gaya dan makna yang sama sekali berbeda.

Dia mencontohkan, ada yang merias wajah ala pengantin Keraton Yogyakarta, tetapi busananya ala Keraton Surakarta. "Pakem tata rias dua kerajaan ini berbeda, meskipun sama-sama berasal dari Kerajaan Mataram," kata Suroyo di sela Workshop dan Pameran Arsip dan Memorabilia Tienuk Riefki di Pendapa Royal Ambarukmo Yogyakarta, Kamis, 31 Maret 2022.

Kendati demikian, Suyono mengatakan, bukan berarti tata rias gaya keraton tak boleh dimodifikasi. "Ada syaratnya supaya tidak meninggalkan pakem," kata anggota Bidang Pendidikan Himpunan Ahli Rias Pengantin Indonesia atau HARPI Melati Daerah Istimewa Yogyakarta ini. "Untuk paes harus sesuai pakem. Untuk busana, inovasi hanya boleh 25 persen dari pakemnya."

Ada dua tata rias pengantin asli Keraton Yogyakarta yang sudah ada sejak zaman Sultan Hamengku Buwono II. Dua tata rias itu adalah Paes Ageng dan Paes Ageng Jangan Menir. Paes adalah riasan pengantin dari area dahi hingga rambut. Sedangkan tata rias pengantin meliputi makeup, busana, dan semua asesori yang dikenakan dari ujung kepala hingga kaki.

Tata rias pengantin Keraton Yogyakarta bernama Paes Ageng Pembayun yang diperagakan di Pendapa Royal Ambarrukmo, Yogyakarta, Kamis, 31 Maret 2022. TEMPO | Pito Agustin Rudiana

Suyono menjelaskan busana laki-laki Keraton Yogyakarta menggunakan blangkon dengan mondholan di belakang kepala. Sebaliknya, blangkon laki-laki Keraton Surakarta tanpa mondolan atau rata. "Warna kain batiknya pun berbeda," kata Suyono. Kain batik Keraton Yogyakarta mempunyai warna dasar putih. Sedangkan warna dasar kain batik Keraton Surakarta adalah kuning kecoklatan.

Advertising
Advertising

Kemudian cengkorongan atau riasan dahi pada pengantin perempuan Keraton Yogyakarta berbentuk daun sirih yang berujung lancip. Adapun cengkorongan pada pengantin perempuan Keraton Surakarta berbentuk bulat telur.

Mahasiswi Jurusan Tata Kelola Seni, Fakultas Seni Rupa, Institut Seni Indonesia atau ISI Yogyakarta, Rulli Meillia mengatakan, pada awalnya, tata rias pengantin harus mengikuti pakem. "Tidak boleh berubah, tidak boleh pakai shading, tidak boleh pakai bush on (perona pipi), dan eye shadow harus menggunakan warna kulit asli," katanya. Namun seiring perkembangan, kini makeup artist atau MUA pengantin boleh menerapkan shading, blush on, dan eye shadow berwarna.

Dengan penyesuaian tersebut, menurut Rulli Meillia, tata rias pengantin saat ini tidak lagi terlihat tebal atau medok. "Dulu tebal sekali kalau pakai foundation (alas bedak). Sekarang lebih flawless, tetap cantik dan sesuai pakem," kata Rulli.

Baca juga:
Tata Rias Pengantin Yogyakarta, Dulu Pantang buat Rakyat Sampai Sultan Izinkan

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik Tempo.co Update untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram lebih dulu.

Berita terkait

Profil Mooryati Soedibyo, Pendiri Mustika Ratu Meninggal di Usia 96 Tahun

3 hari lalu

Profil Mooryati Soedibyo, Pendiri Mustika Ratu Meninggal di Usia 96 Tahun

Pendiri grup Mustika Ratu, Mooryati Soedibyo meninggal dunia di usia 96 tahun pada Rabu dini hari, 24 April 2024. Ini profilnya.

Baca Selengkapnya

Pendiri Mustika Ratu, Mooryati Soedibyo Meninggal dalam Usia 96 Tahun

3 hari lalu

Pendiri Mustika Ratu, Mooryati Soedibyo Meninggal dalam Usia 96 Tahun

Dari hobi meracik jamu sejak kecil, Mooryati Soedibyo membangun dan mengembangkan bisnis Mustika Ratu yang besar.

Baca Selengkapnya

Tradisi Grebeg Syawal Keraton Yogyakarta, Tahun Ini Tak Ada Rebutan Gunungan, Abdi Dalem Membagikan

13 hari lalu

Tradisi Grebeg Syawal Keraton Yogyakarta, Tahun Ini Tak Ada Rebutan Gunungan, Abdi Dalem Membagikan

Tahun ini, tradisi Grebeg Syawal tidak lagi diperebutkan tapi dibagikan oleh pihak Keraton Yogyakarta. Bagaimana sejarah Grebeg Syawal?

Baca Selengkapnya

Tradisi Grebeg Syawal Yogya, Ini Alasan Gunungan Tak Lagi Diperebutkan Tapi Dibagikan

15 hari lalu

Tradisi Grebeg Syawal Yogya, Ini Alasan Gunungan Tak Lagi Diperebutkan Tapi Dibagikan

Keraton Yogyakarta kembali menggelar tradisi Grebeg Syawal dalam memperingati Idul Fitri 2024 ini, Kamis 11 April 2024.

Baca Selengkapnya

78 Tahun Sultan Hamengkubuwono X, Salah Seorang Tokoh Deklarasi Ciganjur 1998

24 hari lalu

78 Tahun Sultan Hamengkubuwono X, Salah Seorang Tokoh Deklarasi Ciganjur 1998

Hari ini kelahirannya, Sri Sultan Hamengkubuwono X tidak hanya sebagai figur penting dalam sejarah Yogyakarta, tetapi juga sebagai tokoh nasional yang dihormati.

Baca Selengkapnya

Mulai Juli, Kemenag Wajibkan Calon Pengantin Ikut Bimbingan Perkawinan

31 hari lalu

Mulai Juli, Kemenag Wajibkan Calon Pengantin Ikut Bimbingan Perkawinan

Keputusan itu didasarkan pada Surat Edaran Dirjen Bimas Islam Nomor 2 Tahun 2024 tentang Bimbingan Perkawinan bagi Calon Pengantin.

Baca Selengkapnya

Malam Selikuran di Solo, Tradisi Unik Keraton Surakarta Sambut Malam Lailatul Qadar

32 hari lalu

Malam Selikuran di Solo, Tradisi Unik Keraton Surakarta Sambut Malam Lailatul Qadar

Malam Selikuran di Solo diadakan setiap malam ke-21 Ramadan oleh Keraton Surakarta menyambut malam lailatul qadar. Begini prosesinya.

Baca Selengkapnya

Kepala BKKBN Bilang Calon Pengantin Mesti Paham Ini Agar Dapat Mencegah Anak Stunting

40 hari lalu

Kepala BKKBN Bilang Calon Pengantin Mesti Paham Ini Agar Dapat Mencegah Anak Stunting

Pentingnya calon pengantin, kata Kepala BKKBN, memahami hal ini untuk mempersiapkan kehamilan dan mencegah anak stunting.

Baca Selengkapnya

269 Tahun Yogyakarta Hadiningrat, Apa Isi Perjanjian Giyanti?

45 hari lalu

269 Tahun Yogyakarta Hadiningrat, Apa Isi Perjanjian Giyanti?

Perjanjian Giyanti berkaitan dengan hari jadi Yogyakarta pada 13 Maret, tahun ini ke-269.

Baca Selengkapnya

Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

46 hari lalu

Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

Penetapan 13 Maret sebagai hari jadi Yogyakarta tersebut awal mulanya dikaitkan dengan Perjanjian Giyanti pada 13 Februari 1755

Baca Selengkapnya