4 Fakta Baru tentang Pelukan yang Perlu Kamu Ketahui

Reporter

Tempo.co

Editor

Mila Novita

Senin, 21 Februari 2022 16:18 WIB

Ilustrasi pelukan (pixabay.com)

TEMPO.CO, Jakarta - Salah satu hal yang paling dirindukan banyak orang selama pandemi Covid-19 dan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) adalah pelukan dari orang terkasih. Pelukan membuat orang tenang dan nyaman. Beberapa studi ilmiah belum lama ini mengungkap hal menarik terkait efek psikologis dari pelukan.

Dikutip dari Psychology Today, profesor di bidang psikologi Sebastian Ocklenburg merangkum beberapa temuan paling menarik mengenai ilmu pelukan.

1. Mengurangi hormon stres

Setelah melakukan percobaan kepada 159 sukarelawan, peneliti dari Universitas Goethe di Jerman, Aljoscha Dreisoerner, dan timnya menemukan bahwa para sukarelawan yang dipeluk dan memeluk diri sendiri menunjukkan kadar kortisol lebih rendah daripada mereka yang berada di kondisi mengontrol. Tak hanya dipeluk orang lain, ternyata memeluk diri sendiri pun memiliki dampak positif terhadap stres.

2. Durasi berpelukan penting untuk mood

Advertising
Advertising

Peneliti dari Departemen Psikologi Universitas London Anna L. Dueren dan tim melakukan studi terhadap 45 wanita. Para wanita diajak untuk memeluk rekan peneliti selama satu, lima, dan sepuluh detik. Hasil dari percobaan itu diketahui bahwa wanita yang berpelukan selama lima dan sepuluh detik memiliki mood atau suasana hati yang lebih baik daripada wanita yang berpelukan selama satu detik. Jadi, disarankan durasi optimal untuk berpelukan minimal lima detik.

3. Kaitan pelukan dengan kesehatan pada orang tua

Peneliti dari School of Kinesiology and Health Science York University di Toronto, Kanada,Tia Rogers Jarell, melakukan analisis data lebih dari 20.000 orang berusia 65 tahun ke atas pada Survei Kesehatan Komunitas Kanada. Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa orang tua yang mengindikasikan mereka sebagian, sebagian besar, bahkan semuanya telah berpelukan sepanjang waktu, memiliki kemungkinan lebih besar memiliki kesehatan lebih baik daripada orang tua yang dilaporkan tak pernah dipeluk. Karena itu, tua yang menerima pelukan setidaknya beberapa kali, merasa lebih sehat daripada mereka yang tidak menerima pelukan.

4. Budaya mempengaruhi cara orang berpelukan

Peneliti dari Universitas Wroclaw, Polandia, Agnieszka Sorokowska dan tim melakukan analisis data lebih dari 14.000 individu dari 45 negara. Para peneliti menemukan bahwa secara keseluruhan 92,6 persen orang dalam penelitian tersebut telah memperlihatkan segala bentuk sentuhan emosional terhadap pasangan, satu minggu sebelum pengumpulan data.

Namun, terdapat perbedaan besar di setiap negara. Sentuhan yang lebih emosional ditunjukkan oleh orang-orang di negara yang kurang konservatif dan religius, juga di negara yang cuacanya lebih hangat. Selain itu, karakteristik individu para relawan juga memberikan pengaruh terhadap frekuensi sentuhan emosional mereka. Sentuhan emosional lebih ditunjukkan bagi mereka yang muda daripada orang yang lebih tua. Secara keseluruhan, penelitian tersebut memperlihatkan bahwa faktor budaya dan individu berpengaruh kuat terhadap tingkat kenikmatan pelukan.

BERNADETTE JEANE WIDJAJA | PSYCHOLOGY TODAY

Baca juga: 5 Tips Meredakan Stres saat Beralih dari Kehidupan Tempat Kerja ke Rumah

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik Tempo.co Update untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram lebih dulu.

Berita terkait

Doomscrolling Pertama Kali Muncul Pada Awal Pandemi Covid-19, Berdampak bagi Kesehatan Mental

19 jam lalu

Doomscrolling Pertama Kali Muncul Pada Awal Pandemi Covid-19, Berdampak bagi Kesehatan Mental

Doomscrolling mengacu pada kebiasaan terus-menerus menelusuri berita buruk atau negatif di media sosial atau internet, sering untuk waktu yang lama.

Baca Selengkapnya

Spesialis Saraf Jelaskan Segala Hal tentang Penyakit Parkinson

1 hari lalu

Spesialis Saraf Jelaskan Segala Hal tentang Penyakit Parkinson

Parkinson merupakan penyakit neurodegeneratif sejalan dengan proses penuaan sistem saraf di otak ketika zat dopamin mengalami penurunan.

Baca Selengkapnya

7 Cara Alami Meredakan Hipertensi Tanpa Obat

1 hari lalu

7 Cara Alami Meredakan Hipertensi Tanpa Obat

Mengatasi hipertensi tidak selalu dengan obat. Masalah kesehatan ini juga bisa diatasi dengan melakukan beberapa hal berikut ini.

Baca Selengkapnya

BRIN Kembangkan Sensor Pendeteksi Kecemasan dan Stres Pegawai

3 hari lalu

BRIN Kembangkan Sensor Pendeteksi Kecemasan dan Stres Pegawai

Riset ini berpeluang untuk membuat pemetaan sensor yang bisa mendeteksi kecemasan dan tingkat stres pada pegawai.

Baca Selengkapnya

5 Tanda Seseorang Butuh Me Time

6 hari lalu

5 Tanda Seseorang Butuh Me Time

Me time atau waktu sendirian merupakan cara yang sehat untuk meremajakan diri, mengurangi stres, dan memulihkan energi

Baca Selengkapnya

Kenapa Orang Suka Aroma Bayi? Ini Penjelasan Ilmiahnya

16 hari lalu

Kenapa Orang Suka Aroma Bayi? Ini Penjelasan Ilmiahnya

Cairan amnion dan substansi seperti verniks caseosa berperan dalam menciptakan aroma bayi yang khas.

Baca Selengkapnya

Alami Burnout karena Merawat Orang Tua Demensia, Begini Saran Pakar

17 hari lalu

Alami Burnout karena Merawat Orang Tua Demensia, Begini Saran Pakar

Merawat orang tua dengan demensia menyebabkan burnout, apalagi jika Anda harus merawat anak juga alias generasi sandwich. Simak saran pakar.

Baca Selengkapnya

Kenali Dampak Stres pada Diabetes dan Cara Mengelolanya

19 hari lalu

Kenali Dampak Stres pada Diabetes dan Cara Mengelolanya

Stres fisik, seperti saat sakit atau cedera, gula darah juga bisa meningkat, yang dapat mempengaruhi penderita diabetes tipe 1 maupun tipe 2.

Baca Selengkapnya

Psikiater: Jangan Ukur Kebahagiaan Berdasar Standar Orang Lain

19 hari lalu

Psikiater: Jangan Ukur Kebahagiaan Berdasar Standar Orang Lain

Faktor penghambat kebahagiaan kerap berasal dari tekanan dalam diri untuk mencapai sesuatu dari standar mengukur kebahagiaan orang lain.

Baca Selengkapnya

Tips Psikiater untuk Mengusir Rasa Tak Bahagia

20 hari lalu

Tips Psikiater untuk Mengusir Rasa Tak Bahagia

Rutin menulis jurnal bersyukur atau gratitude journal, semacam buku harian, bisa menjadi salah satu cara mengusir perasaan tidak bahagia.

Baca Selengkapnya