Peneliti Temukan Kiat Mengembalikan Warna Uban Tanpa Cat Rambut

Reporter

Tempo.co

Editor

Mila Novita

Selasa, 30 November 2021 11:22 WIB

Ilustrasi wanita beruban. medimanage.com

TEMPO.CO, Jakarta - Cara paling mudah untuk mengembalikan warna uban adalah mewarnai rambut sesuai dengan aslinya. Namun, menurut sebuah penelitian baru-baru ini, ada cara untuk mengembalikan warna rambut tanpa harus ke salon, walaupun mungkin tidak berhasil untuk semua orang.

Studi yang dipublikasikan di eLife, menemukan bahwa rambut beruban akibat stres dapat dipulihkan jika stres dihilangkan, menurut para peneliti di Columbia University Vagelos College of Physicians and Surgeons, New York, Amerika Serikat. Penulis senior studi ini, yang juga profesor kedokteran perilaku (dalam psikiatri dan neurologi) di universitas tersebut, Martin Picard, menjelaskan bahwa penelitian ini menawarkan hal baru tentang penuaan.

Menurut dia, peneliti mencoba memahami mekanisme yang memungkinkan uban kembali ke keadaan berpigmen. Ini menjadi petunjuk baru tentang penuaan manusia yang dipengaruhi oleh sres.

"Data kami menambah semakin banyak bukti yang menunjukkan bahwa penuaan manusia bukanlah proses biologis yang linier dan tetap, tetapi mungkin, setidaknya sebagian, dihentikan atau bahkan dibalik untuk sementara waktu," kata Picard dalam siaran pers yang dikutip eatthis.com, Senin, 29 November 2021.

"Sama seperti cincin di batang pohon menyimpan informasi tentang dekade terakhir dalam kehidupan pohon, rambut kita berisi informasi tentang sejarah biologis kita. Ketika rambut masih di bawah kulit sebagai folikel, mereka tunduk pada pengaruh hormon stres dan hal-hal lain terjadi dalam pikiran dan tubuh kita. Begitu rambut tumbuh dari kulit kepala, mereka mengeras dan secara permanen mengkristalkan paparan ini menjadi bentuk yang stabil."

Penelitian ini melibatkan rambut dari 14 sukarelawan, yang dianalisis oleh para peneliti. Para relawan juga diminta untuk membuat buku harian stres, menilai tingkat stres setiap minggu.

Para peneliti memperhatikan bahwa beberapa uban kembali ke warna sebelumnya, dan mengaitkan perubahan itu dengan pengurangan stres, yang mereka yakini ada hubungannya dengan koneksi pikiran-mitokondria.

"Ada satu orang yang pergi berlibur, dan lima helai rambut di kepala orang itu kembali gelap selama liburan, sinkron dalam waktu," kata Picard.

Advertising
Advertising

Namun, tidak ada jaminan bahwa mengurangi stres akan mengembalikan warna rambut, terutama bagi mereka yang sudah lama beruban.

"Berdasarkan pemodelan matematika kami, kami pikir rambut perlu mencapai ambang batas sebelum berubah menjadi abu-abu. Di usia paruh baya, ketika rambut mendekati ambang itu karena usia biologis dan faktor lainnya, stres akan mendorongnya melewati ambang batas dan transisi ke abu-abu," lanjut Picard.

Namun, dia mengatakan bahwa ini tidak berlaku untuk usia tertentu. Jika orang yang berusia 70 tahun dan sudah lama beruban, mengurangi stress tidak membuat warna rambut kembali. Begitu juga ketika menambah stress ke anak usia 10 tahun, bukan berarti rambut mereka melewati ambang batas abu-abu.

Baca juga: Alasan Jangan Pernah Mencabut Uban Menurut Hair Stylist

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik Tempo.co Update untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram lebih dulu.

Berita terkait

Kenapa Orang Suka Aroma Bayi? Ini Penjelasan Ilmiahnya

4 hari lalu

Kenapa Orang Suka Aroma Bayi? Ini Penjelasan Ilmiahnya

Cairan amnion dan substansi seperti verniks caseosa berperan dalam menciptakan aroma bayi yang khas.

Baca Selengkapnya

Alami Burnout karena Merawat Orang Tua Demensia, Begini Saran Pakar

4 hari lalu

Alami Burnout karena Merawat Orang Tua Demensia, Begini Saran Pakar

Merawat orang tua dengan demensia menyebabkan burnout, apalagi jika Anda harus merawat anak juga alias generasi sandwich. Simak saran pakar.

Baca Selengkapnya

Kenali Dampak Stres pada Diabetes dan Cara Mengelolanya

7 hari lalu

Kenali Dampak Stres pada Diabetes dan Cara Mengelolanya

Stres fisik, seperti saat sakit atau cedera, gula darah juga bisa meningkat, yang dapat mempengaruhi penderita diabetes tipe 1 maupun tipe 2.

Baca Selengkapnya

Psikiater: Jangan Ukur Kebahagiaan Berdasar Standar Orang Lain

7 hari lalu

Psikiater: Jangan Ukur Kebahagiaan Berdasar Standar Orang Lain

Faktor penghambat kebahagiaan kerap berasal dari tekanan dalam diri untuk mencapai sesuatu dari standar mengukur kebahagiaan orang lain.

Baca Selengkapnya

Tips Psikiater untuk Mengusir Rasa Tak Bahagia

7 hari lalu

Tips Psikiater untuk Mengusir Rasa Tak Bahagia

Rutin menulis jurnal bersyukur atau gratitude journal, semacam buku harian, bisa menjadi salah satu cara mengusir perasaan tidak bahagia.

Baca Selengkapnya

Kelebihan Punya Tinggi Badan Menjulang Menurut Penelitian

9 hari lalu

Kelebihan Punya Tinggi Badan Menjulang Menurut Penelitian

Selain penampilan, orang tinggi diklaim punya kelebihan pada kesehatan dan gaya hidup. Berikut keuntungan memiliki tinggi badan di atas rata-rata.

Baca Selengkapnya

Selain Tikus, Inilah 4 Hewan yang Kerap Dijadikan Percobaan Penelitian

9 hari lalu

Selain Tikus, Inilah 4 Hewan yang Kerap Dijadikan Percobaan Penelitian

Berikut beberapa hewan yang kerap dijadikan hewan percobaan dalam penelitian:

Baca Selengkapnya

12 Tips Bantu Cegah Kolesterol dan Gula Darah Tinggi

10 hari lalu

12 Tips Bantu Cegah Kolesterol dan Gula Darah Tinggi

Berikut 12 tips yang bantu mencegah kolesterol dan gula darah naik, termasuk pola makan dan kelola stres.

Baca Selengkapnya

Pakar Sebut 8 Hal Paling Umum yang Percepat Penuaan

11 hari lalu

Pakar Sebut 8 Hal Paling Umum yang Percepat Penuaan

Pakar kesehatan menyebut delapan perilaku tak sehat paling umum yang mempercepat proses penuaan. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Kelola Stres Setiap Hari untuk Redakan Emosi

11 hari lalu

Kelola Stres Setiap Hari untuk Redakan Emosi

Mengelola stres adalah cara meredakan emosi yang harus terus dilatih setiap hari agar tidak mudah emosional si situasi yang buruk.

Baca Selengkapnya