Menurut Studi Stres Mengubah Rambut Hitam Menjadi Uban Lebih Cepat

Reporter

Tempo.co

Editor

Yunia Pratiwi

Rabu, 30 Juni 2021 06:08 WIB

Ilustrasi wanita beruban. rapidhomeremedies.com

TEMPO.CO, Jakarta - Umumnya rambut beruban muncul seiring dengan penuaan pada diri Anda. Tapi ternyata ada faktor lain yang mempengaruhi percepatan penumbahan uban, yaitu ketika Anda stres.

Menurut sebuah studi baru yang dilakukan oleh beberapa peneliti di Universitas Columbia, menunjukkan ada hubungan antara stres dan rambut beruban. Para peneliti di Vagelos College of Physicians and Surgeons telah menemukan bukti kuantitatif pertama yang menghubungkan stres psikologis dengan rambut beruban pada manusia.

Temuan ini sekarang telah dipublikasikan di jurnal eLife. Meskipun tampaknya intuitif bahwa stres dapat mempercepat uban, para peneliti terkejut menemukan bahwa jaringan rambut dapat dipulihkan ketika stres dihilangkan, sebuah temuan yang kontras dengan penelitian baru-baru ini pada tikus yang menunjukkan bahwa uban yang diinduksi stres bersifat permanen. Studi ini memiliki signifikansi yang lebih luas daripada mengkonfirmasi spekulasi kuno tentang efek stres pada warna rambut, kata penulis senior studi tersebut Martin Picard, profesor kedokteran perilaku (dalam psikiatri dan neurologi) di Columbia University Vagelos College of Physicians and Surgeons.

"Memahami mekanisme yang memungkinkan rambut beruban untuk kembali ke keadaan 'muda' berpigmen dapat menghasilkan petunjuk baru tentang kelenturan penuaan manusia secara umum dan bagaimana hal itu dipengaruhi oleh stres," kata Picard. "Data kami menambah semakin banyak bukti yang menunjukkan bahwa penuaan manusia bukanlah proses biologis yang linier dan tetap, tetapi mungkin, setidaknya sebagian, dihentikan atau bahkan dibalik untuk sementara waktu."

Picard menambahkan rambut adalah bagian dari tubuh seseorang yang berisi informasi tentang sejarah biologis manusia. "Ketika rambut masih berada di bawah kulit sebagai folikel rambut, dipengaruhi oleh hormon stres dan hal-hal lain yang terjadi dalam pikiran dan tubuh kita. Begitu rambut tumbuh dari kulit kepala, mengeras dan mengkristal secara permanen eksposur ini menjadi bentuk yang stabil," ujarnya.

Advertising
Advertising

Dengan memisahkan rambut untuk mendokumentasikan pigmentasi rambut Ayelet Rosenberg, penulis pertama studi tersebut dan seorang mahasiswa di laboratorium Picard, mengembangkan metode baru untuk menangkap gambar yang sangat detail dari irisan kecil rambut manusia untuk mengukur tingkat kehilangan pigmen (uban) di masing-masing irisan rambut itu. Setiap irisan, sekitar 1/20 milimeter lebarnya, mewakili sekitar satu jam pertumbuhan rambut.

"Jika Anda menggunakan mata Anda untuk melihat rambut, itu akan tampak seperti warna yang sama seluruhnhya kecuali ada transisi besar," kata Picard. "Di bawah pemindai resolusi tinggi, Anda melihat variasi warna yang kecil dan halus, dan itulah yang kami ukur."

Para peneliti menganalisis rambut individu dari 14 sukarelawan. Hasilnya dibandingkan dengan buku harian stres masing-masing relawan, di mana individu diminta untuk meninjau kalender mereka dan menilai tingkat stres setiap minggu. Para peneliti segera menyadari bahwa beberapa uban secara alami mendapatkan kembali warna aslinya, yang belum pernah didokumentasikan secara kuantitatif, kata Picard. Ketika rambut disejajarkan dengan buku harian stres oleh Shannon Rausser, penulis kedua di atas kertas dan seorang mahasiswa di laboratorium Picard, hubungan yang mencolok antara stres dan rambut beruban terungkap dan, dalam beberapa kasus, pembalikan uban dengan hilangnya stres.

"Ada satu orang yang pergi berlibur, dan lima helai rambut di kepala orang itu kembali gelap selama liburan, sinkron dalam waktu," kata Picard.

Untuk bukti yang lebih nyata, peneliti juga mengukur kadar ribuan protein di rambut dan bagaimana protein berubah pada tiap rambut. Ketika warna rambut berubah, 300 protein berubah, dan para peneliti telah mengembangkan model matematis yang menunjukkan bahwa perubahan mitokondria yang disebabkan oleh stres dapat menjadi jawaban.

"Kita sering mendengar bahwa mitokondria adalah pembangkit tenaga sel, tapi itu bukan satu-satunya peran yang mereka mainkan," kata Picard. "Mitokondria sebenarnya seperti antena kecil di dalam sel yang merespons sejumlah sinyal berbeda, termasuk stres psikologis."

Hubungan mitokondria antara stres dan warna rambut berbeda dari yang ditemukan dalam penelitian baru-baru ini pada tikus, yang menemukan bahwa uban yang disebabkan oleh stres disebabkan oleh hilangnya sel induk dalam folikel rambut secara permanen. "Data kami menunjukkan bahwa uban dapat dibalikkan pada orang, yang berimplikasi pada mekanisme yang berbeda," kata rekan penulis Ralf Paus, Pprofesor dermatologi di Fakultas Kedokteran Universitas Miami Miller. "Tikus memiliki biologi folikel rambut yang sangat berbeda, dan ini mungkin contoh di mana temuan pada tikus tidak diterjemahkan dengan baik ke manusia."

Sangat disarankan untuk mengurangi stres dalam hidup Anda. Akan tetapi hal ini tidak berkaitan dan bukan satu-satunya cara untuk mengembalikan rambut Anda menjadi normal. Picard menambahkan berdasarkan pemodelan matematika penelitiannya, rambut perlu mencapai ambang batas sebelum berubah menjadi abu-abu. Di usia paruh baya, ketika rambut mendekati ambang batas itu karena usia biologis dan faktor lainnya, stres akan mendorongnya melewati ambang batas dan transisi menjadi abu-abu.

"Tapi kami tidak berpikir bahwa mengurangi stres pada usia 70 tahun yang telah beruban selama bertahun-tahun akan mengembalikan warna hitam rambut mereka atau meningkatkan stres pada anak berusia 10 tahun akan cukup untuk membuat rambut mereka melewati ambang abu-abu," Picard menyimpulkan.

Baca juga: Kate Winslet Butuh 2 Tahun Mengubah Warna Rambut Merah Jadi Pirang

SITI HAJAR SUWARDI

Berita terkait

Alami Burnout karena Merawat Orang Tua Demensia, Begini Saran Pakar

4 hari lalu

Alami Burnout karena Merawat Orang Tua Demensia, Begini Saran Pakar

Merawat orang tua dengan demensia menyebabkan burnout, apalagi jika Anda harus merawat anak juga alias generasi sandwich. Simak saran pakar.

Baca Selengkapnya

Kenali Dampak Stres pada Diabetes dan Cara Mengelolanya

6 hari lalu

Kenali Dampak Stres pada Diabetes dan Cara Mengelolanya

Stres fisik, seperti saat sakit atau cedera, gula darah juga bisa meningkat, yang dapat mempengaruhi penderita diabetes tipe 1 maupun tipe 2.

Baca Selengkapnya

Psikiater: Jangan Ukur Kebahagiaan Berdasar Standar Orang Lain

6 hari lalu

Psikiater: Jangan Ukur Kebahagiaan Berdasar Standar Orang Lain

Faktor penghambat kebahagiaan kerap berasal dari tekanan dalam diri untuk mencapai sesuatu dari standar mengukur kebahagiaan orang lain.

Baca Selengkapnya

Tips Psikiater untuk Mengusir Rasa Tak Bahagia

7 hari lalu

Tips Psikiater untuk Mengusir Rasa Tak Bahagia

Rutin menulis jurnal bersyukur atau gratitude journal, semacam buku harian, bisa menjadi salah satu cara mengusir perasaan tidak bahagia.

Baca Selengkapnya

Kandungan Plastik dalam Makanan dan Minuman: Dampak Kesehatan dan Cara Kurangi Konsumsi Mikroplastik

9 hari lalu

Kandungan Plastik dalam Makanan dan Minuman: Dampak Kesehatan dan Cara Kurangi Konsumsi Mikroplastik

Penelitian menunjukkan bahwa hampir semua makanan kita mengandung mikroplastik, dalam bentuk apa saja? Apa bahaya bagi kesehatan?

Baca Selengkapnya

12 Tips Bantu Cegah Kolesterol dan Gula Darah Tinggi

9 hari lalu

12 Tips Bantu Cegah Kolesterol dan Gula Darah Tinggi

Berikut 12 tips yang bantu mencegah kolesterol dan gula darah naik, termasuk pola makan dan kelola stres.

Baca Selengkapnya

Pakar Sebut 8 Hal Paling Umum yang Percepat Penuaan

11 hari lalu

Pakar Sebut 8 Hal Paling Umum yang Percepat Penuaan

Pakar kesehatan menyebut delapan perilaku tak sehat paling umum yang mempercepat proses penuaan. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Kelola Stres Setiap Hari untuk Redakan Emosi

11 hari lalu

Kelola Stres Setiap Hari untuk Redakan Emosi

Mengelola stres adalah cara meredakan emosi yang harus terus dilatih setiap hari agar tidak mudah emosional si situasi yang buruk.

Baca Selengkapnya

Kecewa karena Calon yang Didukung Kalah, Simak Saran Psikolog

11 hari lalu

Kecewa karena Calon yang Didukung Kalah, Simak Saran Psikolog

Psikolog mengatakan wajar bila orang kecewa karena harapan tidak menjadi kenyataan tetapi rasa kecewa itu mesti dikelola agar tak sampai memicu stres.

Baca Selengkapnya

Mengapa Stres Bisa Sebabkan Sakit Punggung?

15 hari lalu

Mengapa Stres Bisa Sebabkan Sakit Punggung?

Stres sebabkan sakit punggung bisa terjadi lantaran tubuh Anda mengalami reaksi kimia sebagai respons terhadap stres.

Baca Selengkapnya