Orang Berusia 20-49 Tahun Paling Banyak Menyebarkan COVID-19, Menurut Studi

Reporter

Tempo.co

Editor

Mila Novita

Minggu, 7 Februari 2021 13:40 WIB

Ilustrasi wanita pakai masker sambil bekerja. Freepik.com

TEMPO.CO, Jakarta - Program vaksinasi sudah dimulai di berbagai negara. Meski demikian, belum diketahui kapan pandemi COVID-19 akan berakhir. Kasus baru bermunculan setiap hari. Karena itu, protokol kesehatan tetap harus dijalankan untuk mencegah penularan.

Sebuah studi yang dikerjakan tim peneliti dari Imperial College London menggunakan data ponsel lebih dari 10 juta orang di AS menemukan bahwa orang dewasa antara 20 hingga 49 tahun telah menjadi kelompok paling signifikan bertanggung jawab atas peningkatan kasus COVID-19.

"Mereka menemukan bahwa orang-orang dalam kelompok usia itu menyumbang sekitar 72 persen kasus setelah sekolah dibuka kembali pada bulan Oktober," kata peneliti Imperial College, Melodie Monod.

Anak-anak dan remaja disebut paling minim menyebarkan virus. Sementara, orang lanjut usia atau lansia yang lebih rentan terhadap virus ini ternyata cenderung tidak menyebarkannya ke orang lain.

Berdasarkan data, anak-anak berusia 9 dan lebih muda berkontribusi terhadap kurang dari 5 persen infeksi, sedangkan mereka yang berusia 10 hingga 19 tahun bertanggung jawab atas kurang dari 10 persen.

Berdasarkan temuan baru-baru ini, para peneliti menyimpulkan bahwa kelompok usia 20 hingga 49 harus ekstra hati-hati dan harus rajin mengikuti protokol kesehatan. Selain menjaga jarak sosial, masker dan mengikuti etika kebersihan wajib untuk melindungi diri sendiri dan orang lain dari virus yang menular.

Penelitian lain yang diterbitkan di JAMA Network, lebih dari setengah kasus COVID-19 kemungkinan disebabkan oleh orang tanpa gejala. Terungkap bahwa sekitar 59 persen dari semua penularan disebabkan oleh orang tanpa gejala atau OTG. Artinya, mengidentifikasi dan mengkarantina pasien yang bergejala tidak cukup untuk mengontrol penularan COVID-19.

Baca juga: Cuek pada Protokol Kesehatan Masa Pandemi? Ini Kata Psikolog

Beberapa bulan lalu, dua penelitian yang dilakukan pada masalah yang sama menyimpulkan bahwa anak-anak kecil tidak hanya menularkan virus corona tetapi juga dapat menjadi kontributor utama meningkatnya kasus COVID.

Penelitian pertama dilakukan oleh rumah sakit anak di Chicago, Illinois, dan yang kedua dari provinsi pegunungan Trento, Italia. Menurut dua penelitian itu, anak-anak di bawah usia 5 tahun yang mengalami gejala COVID-19 ringan hingga sedang memiliki strain virus di nasofaring 10 hingga 100 kali lebih banyak daripada anak-anak yang lebih tua dan orang dewasa.

Temuan studi ini bertentangan dengan yang dilakukan oleh Imperial College London. Jadi, berapa pun usianya, mematuhi protokol kesehatan adalah hal penting untuk mengurangi kasus COVID-19.

TIMES OF INDIA | NEW YORK POST

Advertising
Advertising

Berita terkait

Pabrik Sepatu Bata Tutup, Aprisindo: Pengetatan Impor Mempersulit Industri Alas Kaki

1 hari lalu

Pabrik Sepatu Bata Tutup, Aprisindo: Pengetatan Impor Mempersulit Industri Alas Kaki

Asosiasi Persepatuan Indonesia menanggapi tutupnya pabrik sepatu Bata. Pengetatan impor mempersulit industri memperoleh bahan baku.

Baca Selengkapnya

Viral Efek Samping Vaksin AstraZeneca, Guru Besar FKUI Sebut Manfaatnya Jauh Lebih Tinggi

1 hari lalu

Viral Efek Samping Vaksin AstraZeneca, Guru Besar FKUI Sebut Manfaatnya Jauh Lebih Tinggi

Pada 2021 lalu European Medicines Agency (EMA) telah mengungkap efek samping dari vaksinasi AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

3 hari lalu

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

Kemenkes mendapat beberapa laporan yang menunjukkan perubahan gejala pada penderita DBD pascapandemi COVID-19. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

3 hari lalu

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

Selain AstraZeneca, ini deretan vaksin Covid-19 yang pernah digunakan di Indonesia

Baca Selengkapnya

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

4 hari lalu

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

MUI sempat mengharamkan vaksin AstraZeneca. Namun dibolehkan jika situasi darurat.

Baca Selengkapnya

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

4 hari lalu

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

Sebanyak 453 juta dosis vaksin telah disuntikkan ke masyarakat Indonesia, dan 70 juta dosis di antaranya adalah vaksin AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

4 hari lalu

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

Astrazeneca pertama kalinya mengakui efek samping vaksin Covid-19 yang diproduksi perusahaan. Apa saja fakta-fakta seputar kasus ini?

Baca Selengkapnya

Kenapa Orang Suka Aroma Bayi? Ini Penjelasan Ilmiahnya

5 hari lalu

Kenapa Orang Suka Aroma Bayi? Ini Penjelasan Ilmiahnya

Cairan amnion dan substansi seperti verniks caseosa berperan dalam menciptakan aroma bayi yang khas.

Baca Selengkapnya

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

10 hari lalu

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

KPK masih terus menyelidiki kasus korupsi pada proyek pengadaan APD saat pandemi Covid-19 lalu yang merugikan negara sampai Rp 625 miliar.

Baca Selengkapnya

Kelebihan Punya Tinggi Badan Menjulang Menurut Penelitian

10 hari lalu

Kelebihan Punya Tinggi Badan Menjulang Menurut Penelitian

Selain penampilan, orang tinggi diklaim punya kelebihan pada kesehatan dan gaya hidup. Berikut keuntungan memiliki tinggi badan di atas rata-rata.

Baca Selengkapnya