Cemas Jelang Menstruasi Wajar, Ini 5 Cara untuk Mengatasinya

Reporter

Tempo.co

Editor

Yunia Pratiwi

Jumat, 20 November 2020 08:00 WIB

Ilustrasi wanita merasa insecure. Freepik.com/Cookie_studio

TEMPO.CO, Jakarta - Mengalami kecemasan pada hari-hari menjelang menstruasi merupakan hal yang wajar bagi banyak orang. Sejauh mana seseorang merasakan efeknya akan bervariasi.

Secara umum, tubuh manusia banyak mengalami perubahan hormonal sepanjang siklus menstruasi. Untuk mempersiapkan kehamilan, tubuh akan meningkatkan produksi hormon. Jika sel telur tidak ditanamkan, kadar hormon itu turun lagi. Saat hormon ini berfluktuasi, neurotransmiter di otak dan usus juga akan berubah. Neurotransmiter ini (yaitu serotonin dan dopamin) membantu mengatur suasana hati, jadi wajar jika mengalami kecemasan atau emosi tidak teratur selama waktu-waktu ini.

Beberapa orang mungkin juga merasa cemas atas antisipasi menstruasi mereka dan perubahan yang ditimbulkannya. Menstruasi bisa membuat Anda merasa tidak nyaman, tidak nyaman, atau menyakitkan secara fisik, jadi wajar untuk khawatir (atau takut) apa yang akan terjadi. Jika seseorang terpaku pada penurunan berat badan atau pembentukan otot, ketakutan menjadi kembung atau bengkak selama menstruasi bisa membuat stres. Perubahan ini bersifat biologis, dan bagian dari siklus manusia normal.

Penting untuk menerimanya dan menormalkannya sehingga tidak membahayakan kesehatan mental kita. Rasa sakit dan kembung tidak akan berlangsung selamanya, tetapi menyadari bahwa hal itu mungkin terjadi setiap bulan adalah bagian penting dalam menetapkan ekspektasi yang realistis.

Sebagian kecil wanita (sekitar 3 hingga 8%) mengalami gangguan dysphoric pramenstruasi (PMDD). Kondisi ini terjadi sekitar satu hingga dua minggu sebelum menstruasi dan ditandai dengan peningkatan gangguan mood yang signifikan. Meskipun gejala PMDD terasa seperti kecemasan atau depresi yang parah, gejala tersebut cenderung hilang setelah periode berakhir. Gejala PMDD dapat mencakup perubahan suasana hati yang intens, kesulitan fokus, kelelahan dan kelelahan ekstrem, perubahan nafsu makan yang ekstrem, nyeri fisik, mudah tersinggung, dan sulit tidur.

Advertising
Advertising

Mereka yang cenderung mengalami gangguan kecemasan, seperti gangguan kecemasan umum, gangguan panik, klaustrofobia, agorafobia, atau kecemasan sosial, mungkin mengalami eksaserbasi pramenstruasi (PME). Keduanya serupa dan sulit dibedakan, tetapi siapa pun yang pernah memiliki riwayat gangguan mood lebih cenderung masuk dalam kategori PME.

Jika gejala menstruasi Anda mengganggu kualitas hidup Anda, penting untuk mencari bantuan dari dokter dan / atau ahli kesehatan mental. Namun, jika gejalanya relatif ringan, ada beberapa cara untuk membantu mengatasi kecemasan ini sebelum dan selama menstruasi seperti dilansir dari laman Mind Body Green.

Tips mengatasi kecemasan sebelum dan selama menstruasi

1. Pahami siklus alam.
Melakukan penelitian tentang perubahan hormonal yang terjadi di tubuh Anda, atau berbicara dengan orang yang mengalami gejala serupa, dapat membantu memahami dan menormalkan apa yang terjadi pada Anda selama menstruasi. Menyadari bahwa perubahan ini tidak akan bertahan selamanya dan dapat dikelola, baik secara fisik maupun mental, membantu memberikan rasa kendali atas situasi.

2. Akui kecemasan Anda tanpa menghakimi.
Ketika pikiran negatif muncul di kepala kita, banyak orang mencoba menekannya. Ketika itu terjadi, alih-alih membuatnya pergi, perasaan itu akan tumbuh dan kembali dengan sepenuh hati. Untuk mencegah hal ini terjadi, ucapkan perasaan Anda dengan lantang atau tuliskan.

Jangan menilai pikiran Anda; sebutkan saja agar mereka tidak lagi berkuasa atas Anda. Kemudian, berusahalah untuk keluar dari kepala dan kembali ke tubuh Anda. Salah satu cara yang saya sarankan untuk membumikan diri Anda adalah dengan menyeret kaki Anda di lantai sampai Anda merasakan kontak antara telapak kaki dan permukaan tempat Anda berdiri.

3. Latih pernapasan perut dalam.
Latihan pernapasan dalam membantu mengaktifkan sistem saraf parasimpatis (alias fungsi istirahat dan cerna otak.) Ikuti langkah-langkah berikut untuk mengurangi kecemasan melalui pernapasan:
- Tarik napas melalui hidung, isi perut Anda sehingga mengembang ke luar.
- Hembuskan napas, keluarkan semua udara.
- Ulangi setidaknya 3 kali.
Saat mempraktikkan pernapasan ini, pikiran tidak dapat fokus pada apa pun (termasuk pikiran cemas) kecuali pada proses alami menarik dan menghembuskan napas.

4. Tunjukkan kasih sayang pada diri Anda.
Orang dengan kepribadian yang gelisah cenderung hidup dalam pola pikir yang lebih menghukum dan terus-menerus menilai diri mereka sendiri. Penelitian menunjukkan bahwa menunjukkan belas kasih kepada diri sendiri penting tidak hanya untuk kewarasan dan kesejahteraan kita tetapi juga untuk kinerja — terutama bagi orang-orang dengan kepribadian tipe-A. Beberapa cara untuk menunjukkan kasih sayang pada diri sendiri adalah dengan membuat teh, berjalan-jalan, atau mengonsumsi suplemen magnesium (magnesium cenderung berkurang saat kita cemas dan dapat mengganggu kualitas tidur.)

5. Berhentilah mencari gejala kecemasan.
Jika kecemasan akan terjadi, penting untuk memiliki alat untuk membantu mengelolanya. Namun, memperhatikan gejala kecemasan atau panik untuk bersiap-siap hanya dapat menimbulkan masalah. Cobalah untuk tidak merencanakan yang terburuk — khawatir tidak menyelesaikan masalah; lakukan pemecahan masalah.

Berita terkait

Mengenal Miom Uteri, Tumor Jinak yang Perlu Diwaspadai

4 hari lalu

Mengenal Miom Uteri, Tumor Jinak yang Perlu Diwaspadai

Gejala miom uteri dapat berupa perdarahan hebat saat menstruasi serta kesulitan untuk hamil bergantung pada lokasi dan ukurannya.

Baca Selengkapnya

Pemalu Hingga Takut Bentuk Kecemasan Sosial pada Anak, Ini Cara Atasinya

6 hari lalu

Pemalu Hingga Takut Bentuk Kecemasan Sosial pada Anak, Ini Cara Atasinya

Kecemasan sosial pada anak bukan hanya sekadar berdampak menjadi pemalu, namun dapat menyebabkan anak merasa takut dan menghindari situasi sosial

Baca Selengkapnya

Pengaruh Sering Makan Makanan Olahan pada Menstruasi

7 hari lalu

Pengaruh Sering Makan Makanan Olahan pada Menstruasi

Sering makan makanan olahan dibanding makanan rumahan menjadi salah satu penyebab anak perempuan lebih cepat mengalami menstruasi.

Baca Selengkapnya

4 Tanda Nyeri Menstruasi Sudah Tak Wajar dan Gejala Kondisi Serius

19 hari lalu

4 Tanda Nyeri Menstruasi Sudah Tak Wajar dan Gejala Kondisi Serius

Orang sering tak paham apa yang sebenarnya terjadi saat menstruasi dan kapan perlu mendapat penanganan medis. Berikut empat tanda Anda perlu waspada.

Baca Selengkapnya

Teknik Pernapasan 4-7-8 untuk Meredakan Stres dan Kecemasan, Begini Caranya

21 hari lalu

Teknik Pernapasan 4-7-8 untuk Meredakan Stres dan Kecemasan, Begini Caranya

Berikut cara melakukan teknik pernapasan 4-7-8 untuk membantu meredakan stres dan mengurangi kecemasan. Bagaimana tahapannya?

Baca Selengkapnya

3 Jenis Tes Kesehatan Mental

21 hari lalu

3 Jenis Tes Kesehatan Mental

Jika kesehatan mental terganggu mempengaruhi kemampuan berpikir dan suasana hati yang berdampak terhadap perilaku

Baca Selengkapnya

Perempuan Lebih Rentan Terserang Burnout, Berikut Saran Psikoterapis

23 hari lalu

Perempuan Lebih Rentan Terserang Burnout, Berikut Saran Psikoterapis

Perempuan disebut lebih rentan terserang burnout. Psikoterapis membagi tips untuk meredakannya.

Baca Selengkapnya

Penelitian Sebut Penyakit Autoimun Juga Memicu Depresi dan Kecemasan

27 hari lalu

Penelitian Sebut Penyakit Autoimun Juga Memicu Depresi dan Kecemasan

Lebih dari 50 persen penderita penyakit autoimun juga mengalami depresi dan gangguan kecemasan. Berikut penjelasan peneliti.

Baca Selengkapnya

Mengapa Banyak Orang Senang Nonton Film Horor?

30 hari lalu

Mengapa Banyak Orang Senang Nonton Film Horor?

Bioskop yang menayangkan film horor masih terus diminati. Kenapa orang senang nonton film horor? Adakah manfaat bagi kesehatan?

Baca Selengkapnya

Stigmatisasi Penderita TBC Berdampak pada Kesehatan Mental

34 hari lalu

Stigmatisasi Penderita TBC Berdampak pada Kesehatan Mental

Penderita TBC rentan mengalami gangguan kesehatan mental karena kerap dikucilkan dari lingkungan sehingga butuh sistem pendukung.

Baca Selengkapnya