Alasan Orang Dewasa juga Perlu Vaksinasi agar Kebal tanpa Harus Sakit

Reporter

Antara

Editor

Mila Novita

Kamis, 15 Oktober 2020 19:53 WIB

Ilustrasi vaksinasi (Pixabay.com)

TEMPO.CO, Jakarta - Tak hanya anak-anak, orang dewasa juga perlu vaksinasi untuk mencegah berbagai penyakit menular. Lebih penting lagi jika orang dewasa tersebut pada masa kecilnya belum pernah vaksinasi sama sekali.

Hal itu dikatakan dokter spesialis penyakit dalam dan vaksinolog, Dirga Sakti Rambe. Dia melanjutkan, sebagian besar vaksin memerlukan pengulangan, sebab merupakan kelanjutan vaksinasi pada saat anak-anak.

"Artinya pada saat kecil sudah pernah divaksinasi, tapi pada saat dewasa perlu diulang karena proteksi vaksinnya sudah habis atau perlu ditingkatkan lagi," ujar Dirga dalam diskusi FMB virtual yang digelar Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), Kamis, 15 Oktober 2020.

Selain itu, urgensi vaksinasi untuk orang dewasa adalah risiko pekerjaan, misalnya pada seseorang yang berprofesi sebagai dokter.

Kegiatan travelling juga menjadi alasan lainnya. Sebagai contoh, kegiatan haji atau umrah diperlukan vaksin meningitis.

Ada 15 jenis vaksin yang direkomendasikan untuk orang dewasa, di antaranya Hepatitis A/B dan tetanus. Secara spesifik, terutama selama pandemi seperti saat ini, mengutip dari WHO, Dirga mengatakan orang dewasa perlu mendapatkan vaksinasi influenza dan pneumonia.

Efektivitas vaksin
Pada prinsipnya, Dirga menjelaskan, vaksin adalah suatu zat yang bila diberikan kepada seseorang akan memicu kekebalan terhadap suatu penyakit yang spesifik. Sementara pada keadaan normal, artinya tanpa vaksinasi, orang kebal harus sakit terlebih dahulu.

"Tetapi kalau sakitnya COVID kan bahaya ya, jadi konsep utamanya adalah orang kebal tanpa harus sakit," ujar Dirga.

Kandungan vaksin yang utama, Anti-gen, lanjut Dirga, merupakan komponen dari virus dan bakteri yang nantinya dikenali oleh tubuh sehingga tubuh membentuk antibodi.

"Jadi bukan berarti vaksin itu isinya virus yang dilemahkan atau bakteri yang dimatikan, tidak selalu seperti itu. Dan, tentunya ada komponen lainnya, yang disebut Ajuvan, untuk meningkatkan efektivitas vaksin, ada stabilizer," kata Dirga.

Bahkan, dalam prosesnya, Dirga menjelaskan, pembuatan vaksin mengutamakan keamanan dengan melalui proses panjang, mulai dari penelitian pada hewan, manusia, berjumlah puluhan, ratusan hingga ribuan orang, sehingga didapatkan hasil apakah vaksin itu aman dan efektif.

Lebih lanjut, mengutip data dari WHO, Dirga mengatakan, setidaknya setiap tahun ada 2-3 juta nyawa yang terselamatkan dari penyakit-penyakit yang bisa dicegah dari imunisasi.

"Ini proses bioteknologi yang sangat kompleks, sehingga sesudah pada hasil akhirnya terjamin amannya dan kualitasnya sehingga dapat diberikan secara massal," kata Dirga.

Meski begitu, Dirga tidak memungkiri vaksin memang memiliki efek samping. Dia menyebut sebanyak 95 persen vaksin memiliki efek samping sangat ringan atau lokal yaitu, nyeri di bekas suntikan.

Terkadang, lanjut Dirga, vaksin dapat menyebabkan demam. Namun, demam tersebut merupakan tanda bahwa vaksin bekerja atau tanda sistem kekebalan itu terstimulasi.

"Imunisasi atau vaksinasi itu bukan hanya tanggung jawab pribadi, kita tidak bicara hanya untuk melindungi diri kita sendiri. Tapi, imunisasi adalah tanggung jawab sosial karena pada masyarakat atau penduduk yang cakupan imunisasi rendah, maka penyakit gampang menyebar," ujar Dirga.

Berita terkait

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

2 hari lalu

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

Langkah ini untuk menghindari kebingungan penularan wabah yang terjadi di awal pandemi COVID-19, yang menyebabkan korban jiwa yang cukup signifikan.

Baca Selengkapnya

Jenis Vaksin yang Dianjurkan Pakar untuk Jemaah Haji

4 hari lalu

Jenis Vaksin yang Dianjurkan Pakar untuk Jemaah Haji

Empat jenis vaksin sangat penting bagi jemaah haji, terutama yang masuk populasi berisiko tinggi seperti lansia dan pemilik komorbid.

Baca Selengkapnya

Pasca Pandemi, Gaya Belanja Offline Tetap Digemari Masyarakat

5 hari lalu

Pasca Pandemi, Gaya Belanja Offline Tetap Digemari Masyarakat

Riset menyatakan bahwa preferensi konsumen belanja offline setelah masa pandemi mengalami kenaikan hingga lebih dari 2 kali lipat.

Baca Selengkapnya

Pesan PB IDI agar Masyarakat Tetap Sehat saat Liburan dan Mudik di Musim Pancaroba

17 hari lalu

Pesan PB IDI agar Masyarakat Tetap Sehat saat Liburan dan Mudik di Musim Pancaroba

Selain musim libur panjang Idul Fitri, April juga tengah musim pancaroba dan dapat menjadi ancaman bagi kesehatan. Berikut pesan PB IDI.

Baca Selengkapnya

Belum Ada Kasus Virus B di Indonesia, Kemenkes Tetap Minta Waspada

19 hari lalu

Belum Ada Kasus Virus B di Indonesia, Kemenkes Tetap Minta Waspada

Kemenkes menyatakan hingga kini belum terdeteksi adanya risiko kasus Virus B di Indonesia namun masyarakat diingatkan untuk tetap waspada

Baca Selengkapnya

Waspada Flu Singapura Menjangkit Anak-anak, Ini 6 Cara Pencegahannya

21 hari lalu

Waspada Flu Singapura Menjangkit Anak-anak, Ini 6 Cara Pencegahannya

Flu singapura rentan menjangkit anak-anak. Flu ini juga dengan mudah menular. Bagaimana cara mengantisipasinya?

Baca Selengkapnya

BRIN Kembangkan Teknologi Biosensor Portabel Pendeteksi Virus Hingga Pencemaran Lingkungan

21 hari lalu

BRIN Kembangkan Teknologi Biosensor Portabel Pendeteksi Virus Hingga Pencemaran Lingkungan

Pusat Riset Elektronika BRIN mengembangkan beberapa produk biosensor untuk mendeteksi virus dan pencemaran lingkungan.

Baca Selengkapnya

Tak Disediakan Vaksinasi Meski Flu Singapura Merebak, Ini Penjelasan IDAI

23 hari lalu

Tak Disediakan Vaksinasi Meski Flu Singapura Merebak, Ini Penjelasan IDAI

Vaksin untuk menangkal penyebaran flu Singapura belum ada di Indonesia, padahal tingkat penyebaran dan infeksinya cukup signifikan mengalami lonjakan.

Baca Selengkapnya

Spesialis Paru Ungkap Beda Flu Singapura dan Flu Musiman

25 hari lalu

Spesialis Paru Ungkap Beda Flu Singapura dan Flu Musiman

Dokter paru ungkap perbedaan antara Flu Singapura atau penyakit tangan, mulut, dan kuku dengan flu musiman meski gejala keduanya hampir mirip.

Baca Selengkapnya

Penularan Flu Singapura di Indonesia Meluas, IDAI: Data Pastinya Tak Bisa Dijelaskan

26 hari lalu

Penularan Flu Singapura di Indonesia Meluas, IDAI: Data Pastinya Tak Bisa Dijelaskan

Diyakini kalau seluruh kasus Flu Singapura di Indonesia menginfeksi anak-anak. Belum ada kasus orang dewasa.

Baca Selengkapnya