Hari Batik Nasional, Begini Cara Pelaku Usaha Batik Bertahan Melawan Pandemi

Editor

Mila Novita

Jumat, 2 Oktober 2020 14:30 WIB

Ilustrasi kain batik. Shutterstock

TEMPO.CO, Jakarta - Indonesia tengah merayakan Hari Batik Nasional. Pada 2 Oktober 2009, UNESCO telah menetapkan batik, yakni teknik tradisional pewarnaan tahan lilin yang diterapkan pada kain, sebagai Warisan Budaya Takbenda Kemanusiaan.

Batik merupakan identitas dan ciri khas Indonesia yang dikenal dunia. Beberapa daerah di Tanah Air sudah mengembangkan berbagai corak batik. Stereotip bahwa batik adalah budaya orang zaman dulu kian bergeser lantaran telah banyak dimodifikasi menjadi ready to wear yang diminati milenial.

Setelah berjuang merebut pasar agar dapat diterima di negeri sendiri, kini batik menghadapi tantangan besar, yakni pandemi Covid19. Banyak pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) terkena imbasnya.

Pemerhati batik dan Ketua Umum Asosiasi Perajin dan Pengusaha Batik Indonesia (APPBI) Komarudin Kudiya mengatakan, di masa pandemi, kerajinan batik mengalami tren atau perubahan dalam segi penjualan.

"Sebab kami tak ada kesempatan melakukan pameran batik secara offline, maka yang harus gencar dilakukan ialah UMKM batik bergabung di platform e-commerce, marketing online atau media sosial," ucap Komarudin saat dihubungi Tempo.co, Kamis 1 Oktober 2020.

Dia memprediksi penjualan batik mengalami penurunan drastis hingga 50 persen. Tak hilang akal, segala upaya pun dilakukan, salah satunya dengan program yang diinisiasi oleh APPBI bertajuk Wastra dot id.

Platform marketing online tersebut menjual karya batik yang sudah melalui proses kurasi otentitasnya, bukan printing tapi benar-benar tulis.

"Selain itu kami juga menawarkan karya saat mendapat undangan dari acara Webinar dan membuat katalog yang di-blasting di berbagai grup WhatsApp dan Kementerian Perindustrian salah satunya," ucap pria kelahiran Cirebon, 28 Maret 1968

Advertising
Advertising

Tak berhenti sampai di situ, upaya bertahan juga dilakukan melalui produk diversifikasi dari para perajin batik agar tetap bisa produktif. Misalnya membuat produk yang berhubungan dengan situasi pandemi. Sebagai contoh outer, jaket, atau masker dari batik.

"Kami melakukan diversifikasi produk yang related, terutama masker batik dengan berbagai model dari sederhana hingga pakai teknik tulis untuk segmen premium. Masker batik terdiri dari 2 ply, 3 ply hingga batik permintaan khusus seperti teknik tulis," ucapnya.

Komarudin melihat pasar batik di masa depan jika para perajin banyak yang mulai beralih profesi, bisa jadi keterampilan soft skill membatik juga berkurang hal ini akan membuat masalah baru.

"Sementara membuat batik kan dibutuhkan kelembutan hati, rasa cipta karsa perlu dimulai lagi untuk kembali pada kondisi awal," ucapnya.

Berita terkait

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

1 hari lalu

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

Langkah ini untuk menghindari kebingungan penularan wabah yang terjadi di awal pandemi COVID-19, yang menyebabkan korban jiwa yang cukup signifikan.

Baca Selengkapnya

Pasca Pandemi, Gaya Belanja Offline Tetap Digemari Masyarakat

3 hari lalu

Pasca Pandemi, Gaya Belanja Offline Tetap Digemari Masyarakat

Riset menyatakan bahwa preferensi konsumen belanja offline setelah masa pandemi mengalami kenaikan hingga lebih dari 2 kali lipat.

Baca Selengkapnya

Bamsoet Dukung Fashion Show Kain Tradisional Indonesia di San Polo Italia

3 hari lalu

Bamsoet Dukung Fashion Show Kain Tradisional Indonesia di San Polo Italia

Ketua MPR RI, Bambang Soesatyo atau Bamsoet, mendukung rencana pagelaran fashion show oleh Dian Natalia Assamady bertajuk "Keindahan Karya Kain. Tenun dan Batik Ku Indonesia".

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Pakai Kain Batik pada Hari Terakhir di Washington, Hadiri 3 Pertemuan Bilateral

5 hari lalu

Sri Mulyani Pakai Kain Batik pada Hari Terakhir di Washington, Hadiri 3 Pertemuan Bilateral

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengenakan kain batik pada hari terakhirnya di Washington DC, Amerika Serikat, 21 April kemarin.

Baca Selengkapnya

Jangan Lupakan 7 Destinasi Wisata Semarang, Kota Lama sampai Mangrove Edu Park

8 hari lalu

Jangan Lupakan 7 Destinasi Wisata Semarang, Kota Lama sampai Mangrove Edu Park

Kota Lama Semarang hingga Taman Lele, Semarang tak pernah kehabisan destinasi wisata.

Baca Selengkapnya

Restrukturisasi Kredit Covid-19 Resmi Berakhir, BRI Optimistis Tak Berdampak Signifikan pada Kinerja

25 hari lalu

Restrukturisasi Kredit Covid-19 Resmi Berakhir, BRI Optimistis Tak Berdampak Signifikan pada Kinerja

BRI tetap optimistis atas keputusan OJK untuk menghentikan stimulus restrukturisasi kredit terdampak Covid-19.

Baca Selengkapnya

BPS: Kunjungan Wisman Februari 2024 Naik 11,67 Persen, tapi Masih Lebih Rendah Dibandingkan Sebelum Pandemi

26 hari lalu

BPS: Kunjungan Wisman Februari 2024 Naik 11,67 Persen, tapi Masih Lebih Rendah Dibandingkan Sebelum Pandemi

Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan terjadi kenaikan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara atau wisman pada Februari 2024.

Baca Selengkapnya

Jepang Waspadai Lonjakan Kasus Radang Tenggorokan, Berpotensi Pandemi?

29 hari lalu

Jepang Waspadai Lonjakan Kasus Radang Tenggorokan, Berpotensi Pandemi?

Otoritas kesehatan Jepang telah memperingatkan adanya lonjakan infeksi radang tenggorokan yang berpotensi mematikan

Baca Selengkapnya

PNM Berikan Pelatihan Batik Ecoprint kepada Nasabah

33 hari lalu

PNM Berikan Pelatihan Batik Ecoprint kepada Nasabah

PT Permodalan Nasional Madani (PNM) mengadakan pelatihan untuk membantu pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) para nasabah.

Baca Selengkapnya

Kampung Karangkajen Yogyakarta Dipromosikan Sebagai Kampung Religius, Ini Daya Tariknya

35 hari lalu

Kampung Karangkajen Yogyakarta Dipromosikan Sebagai Kampung Religius, Ini Daya Tariknya

Kampung Karangkajen Kecamatan Mergangsan Kota Yogyakarta dikenalkan sebagai Kampung Religius jelang Ramadhan atau awal Maret 2024 ini.

Baca Selengkapnya