Mengenali Gejala OCD, Terjebak Obsesi dan Kompulsif Berkepanjangan

Reporter

Sehatq.com

Editor

Yunia Pratiwi

Senin, 27 Juli 2020 16:05 WIB

Ilustrasi wanita. Freepik.com/Jcomp

TEMPO.CO, Jakarta - Gangguan obsesif kompulsif atau obsessive compulsive disorder yang kerap disebut OCD merupakan gangguan mental yang dapat terjadi pada siapa saja, remaja maupun orang lanjut usia. Orang dengan gangguan ini akan terjebak dalam lingkaran obsesi dan kompulsi yang tak berkesudahan.

Obsesi adalah perasaan, pikiran, gambaran atau keinginan yang intens, tidak diinginkan, namun juga tidak dapat dikendalikan. Sedangkan kompulsi adalah hal yang dilakukan orang tersebut untuk menghilangkan atau mengurangi obsesi yang mengganggunya tadi. Gangguan ini berbeda dengan gangguan kepribadian obsesif kompulsif (obsessive compulsive personality disorder atau OCPD). Salah satu perbedaan dasarnya adalah OCD merupakan pemikiran yang tidak bisa dikontrol, sedangkan OCPD bisa dikendalikan, namun penderitanya tidak mau melakukan hal tersebut.

Gangguan obsesif kompulsif sangat lekat dengan dua aspek dasar, yakni obsesi dan kompulsif. Penderita OCD bisa bersifat obsesif saja, kompulsif saja, atau keduanya. Apa pun kecenderungannya, sikap ini dapat mengganggu kehidupan sosialnya.

Gejala gangguan obsesif kompulsif dilihat dari sisi obsesi (pemikiran) misalnya
- Takut akan kuman atau terkontaminasi hal-hal yang dianggapnya kotor
- Menyukai hal-hal yang simetris atau diurutkan dengan sempurna
- Memiliki batasan tersendiri tentang seks, agama, atau larangan lainnya
- Memiliki pemikiran yang agresif tentang orang lain atau bahkan diri sendiri

Sementara itu, gangguan obsesif kompulsif juga dapat terlihat dari segi kompulsi alias perilaku orang tersebut, seperti:
- Mencuci tangan atau membersihkan benda secara berlebihan
- Merapikan barang dengan urutan tertentu yang sangat spesifik
- Berulang kali mengecek sesuatu, misalnya pintu sudah dikunci, lampu sudah dimatikan, dan lain-lain
- Menghitung berulang-ulang

Advertising
Advertising

Hal-hal tersebut mungkin terlihat sederhana, bahkan hampir semua orang melakukannya. Namun pada penderita gangguan obsesif kompulsif, perilaku itu juga ditandai dengan ciri-ciri yang khas, seperti:
- Ia tidak bisa mengontrol pikiran atau perilakunya, sekalipun ia mengeluh bahwa sikapnya itu kerap membuatnya lelah atau terganggu.
- Ia bisa menghabiskan waktu berjam-jam untuk melakukan hal tertentu.
- Ia tidak merasa puas dengan hasil kerjanya, namun merasa lega karena bisa menghilangkan pemikiran yang mengganggu tersebut.
- Ia pernah mengalami masalah serius terkait pemikiran atau perilaku obsesif kompulsif yang dideritanya.

Gejala gangguan obsesif kompulsif ini mungkin datang dan pergi, bahkan terasa lebih parah sewaktu-waktu. Ada juga yang merasa tidak memiliki gangguan apa pun sampai ada orang lain yang mengatakan pada Anda, misalnya teman, orangtua, maupun guru. Jika Anda merasa memiliki tanda-tanda di atas dan merasa terganggu segera konsultasi dengan dokter jiwa atau psikolog yang Anda percayai. OCD yang tidak ditangani bisa mengganggu berbagai aspek kehidupan Anda.

Ketika dokter mendiagnosis Anda menderita gangguan obsesif kompulsif, Anda akan direkomendasikan untuk menjalani serangkain perawatan seperti terapi perilaku kognitif. Terapi ini dianggap sebagai perawatan yang paling efektif dalam menyembuhkan atau mengurangi gejala gangguan obsesif kompulsif yang Anda rasakan. Dalam perawatan ini, Anda akan dihadapkan pada situasi yang memicu munculnya gangguan obsesif kompulsif, kemudian Anda diminta untuk mengendalikannya secara bertahap.

Jika situasi yang memicu obsesif kompulsif bersifat berbahaya, maka Anda akan diminta untuk membayangkannya saja. Banyak pasien OCD yang mengaku merasa lebih baik setelah mengikuti beberapa sesi terapi. Sayangnya, tidak sedikit pula pasien OCD yang menolak melakukan terapi perilaku kognitif ini karena tidak mampu mengontrol rasa cemas yang muncul ketika simulasi dijalankan. Sebab itu, dokter mungkin merekomendasikan Anda untuk menjalani perawatan dengan cara lainnya.

Dokter juga akan memberikan obat selective serotonin reuptake inhibitors (SSRI)yang efektif bila pasien merasa bisa beraktivitas lebih baik di sekolah, lingkungan, hingga kehidupan pribadinya setelah konsumsi selama 6-12 minggu. Selain dengan terapi dan konsumsi obat, Anda juga bisa membantu diri sendiri meredakan gejala OCD dengan mempelajari teknik relaksasi dasar, seprti meditasi dan yoga.

Berita terkait

Mengenal terapi Chiropractic, Apakah Pijat Kretek Aman Dilakukan?

9 hari lalu

Mengenal terapi Chiropractic, Apakah Pijat Kretek Aman Dilakukan?

Chiropractic merupakan salah satu metode pengobatan terapi manual yang awal mengenalnya sebagai pijat kretek. Amankah?

Baca Selengkapnya

Cara Membantu Penderita Hoarding Disorder, Gangguan Mental Suka Menimbun Barang

9 hari lalu

Cara Membantu Penderita Hoarding Disorder, Gangguan Mental Suka Menimbun Barang

Hoarding disorder adalah gangguan kesehatan mental yang membuat orang ingin terus mengumpulkan barang hingga menumpuk.

Baca Selengkapnya

7 Cara Berhenti dari Kecanduan Judi Online

10 hari lalu

7 Cara Berhenti dari Kecanduan Judi Online

PPATK menemukan bahwa 3,2 juta warga Indonesia menjadi pemain judi online dengan perputaran uang mencapai Rp 100 triliun. Ini 7 cara berhenti main judi online.

Baca Selengkapnya

Kelola Stres Setiap Hari untuk Redakan Emosi

10 hari lalu

Kelola Stres Setiap Hari untuk Redakan Emosi

Mengelola stres adalah cara meredakan emosi yang harus terus dilatih setiap hari agar tidak mudah emosional si situasi yang buruk.

Baca Selengkapnya

Tanda Ibu Hamil Alami Gangguan Mental

13 hari lalu

Tanda Ibu Hamil Alami Gangguan Mental

Gangguan mental pada ibu hamil perlu dikenali karena membuat perasaan tidak nyaman dan ada gangguan pada aktivitas sehari-hari.

Baca Selengkapnya

Mengenal Anemia Aplastik, Penyakit Langka yang Diidap Mendiang Babe Cabita

26 hari lalu

Mengenal Anemia Aplastik, Penyakit Langka yang Diidap Mendiang Babe Cabita

Anemia aplastik merupakan penyakit langka yang terjadi ketika sumsum tulang tidak dapat memproduksi sel darah dan trombosit yang cukup.

Baca Selengkapnya

6 Tips Agar Tidak Cemas Karena Terpicu Masalah Kesehatan Orang

42 hari lalu

6 Tips Agar Tidak Cemas Karena Terpicu Masalah Kesehatan Orang

Orang dengan masalah kecemasan dapat terpicu dan menjadi khawatir ketika mendengar masalah kesehatan orang lain. Ini 6 tips agar tidak ikut cemas.

Baca Selengkapnya

Kabar Kanker Kate Middleton Bikin Kita Cemas Kesehatan Sendiri, Lakukan Hal Ini

42 hari lalu

Kabar Kanker Kate Middleton Bikin Kita Cemas Kesehatan Sendiri, Lakukan Hal Ini

Orang dengan kecemasan soal kesehatan dapat terpicu dan menjadi khawatir ketika mendengar masalah kesehatan orang lain, seperti Kate Middleton.

Baca Selengkapnya

Kenali Gejala Gangguan Mental pada Ibu Pasca Melahirkan, Kurangnya Nafsu Makan Hingga Sulit Tidur

48 hari lalu

Kenali Gejala Gangguan Mental pada Ibu Pasca Melahirkan, Kurangnya Nafsu Makan Hingga Sulit Tidur

Perubahan besar dalam proses melahirkan dapat menyebabkan beban mental dan emosional yang signifikan pada ibu. Ini gejala gangguan mental pada ibu.

Baca Selengkapnya

Nonton Drama Korea Secara Maraton Bisa Mengundang Bahaya, Begini Maksudnya

50 hari lalu

Nonton Drama Korea Secara Maraton Bisa Mengundang Bahaya, Begini Maksudnya

Menonton drama Korea atau drakor terus menerus dalam satu waktu bisa mengundang bahaya bagi kesehatan mental. Apakah itu?

Baca Selengkapnya