Dokter Ungkap Risiko Bicara di Transportasi Publik selama Pandemi

Reporter

Antara

Editor

Mila Novita

Rabu, 17 Juni 2020 13:38 WIB

Penumpang duduk berjauhan di dalam gerbong kereta yang menunggu keberangkatan di Stasiun Manggarai, Jakarta, Rabu, 8 April 2020. Saat penerapan PSBB di Jakarta, rencananya moda transportasi umum akan dibatasi jumlah penumpang dan jam operasionalnya menjadi jam 06.00 WIB sampai jam 18.00. TEMPO/M Taufan Rengganis

TEMPO.CO, Jakarta - Meski pandemi Covid-19 belum usai, masyarakat sudah kembali beraktivitas di luar rumah dengan protokol kesehatan yang ketat. Selain harus pakai masker, rajin cuci tangan, dan jaga jarak, pengguna transportasi publik dilarang bicara untuk mencegah penyebaran virus corona tipe baru.

Dokter spesialis penyakit dalam dari Junior Doctor Network, Edward Faisal, mengatakan tetesan atau droplet kecil yang keluar dari mulut seseorang dan dapat bertahan 15 menit sebelum jatuh.

"Untuk penumpang yang mengobrol, sebenarnya secara penelitian, dia akan mengeluarkan droplet kecil selama 15 menit. Ini menurut CDC, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit yang di Amerika. Karena itu penting diperhatikan, disarankan pakai masker untuk menahan laju droplet. Jadi tidak boleh ngobrol dulu memang," kata Edward dalam sesi talkshow Rombongan Pengguna Kereta (Roker) Mantul yang Santuy Antre dan Anti Kuman di BNPB, Jakarta, Rabu, 17 Juni 2020.

Untuk masyarakat yang naik transportasi publik bersama-sama, dengan teman ataupun keluarga, ia menyarankan untuk tetap menjaga jarak selama pandemi

"Pakai kode mata saja yang sedang pacaran. Nanti janjiannya di luar MRT atau commuter line," ujar dia.

Edward juga mengatakan berdasarkan penelitan diketahui jarak aman agar tidak terpapar SARS-CoV-2 penyebab penyakit Covid-19 minimal satu meter. Droplet dari seseorang yang batuk baru jatuh setelah mencapai jarak minimal satu meter.

Jadi kalau ada yang masih "bermesraan" di dalam transportasi publik sebaiknya dihindari karena menjadi contoh pelaksanaan protokol kesehatan yang tidak baik.

Ia juga mengingatkan agar masyarakat tidak berdesakan saat hendak masuk ke stasiun, di peron dan di dalam kereta. Tidak perlu pula menyelak penumpang lainnya karena bisa saja berisiko jika ternyata mereka orang tanpa gejala (OTG).

"Tapi saya ingatkan jangan melakukan stigma ke setiap orang ya," ujar Edward sambil mengingatkan lebih baik menjalankan protokol kesehatan secara disiplin.

Salah seorang pengguna kereta Rachma Rini mengatakan rata-rata penumpang di dalam kereta tidak mungkin tidak memegang telepon genggam, karena mereka biasanya nonton, baca Al-Quran, atau main game. "Tapi kalau bercakap-cakap atau menerima telepon itu itu sudah jarang," katanya.

Ia pun mengaku jika ada yang menelepon saat masih di dalam kereta biasanya tidak akan diterima untuk menghindari berbicara dan mengeluarkan droplet kecil tadi.

Berita terkait

Pabrik Sepatu Bata Tutup, Aprisindo: Pengetatan Impor Mempersulit Industri Alas Kaki

2 hari lalu

Pabrik Sepatu Bata Tutup, Aprisindo: Pengetatan Impor Mempersulit Industri Alas Kaki

Asosiasi Persepatuan Indonesia menanggapi tutupnya pabrik sepatu Bata. Pengetatan impor mempersulit industri memperoleh bahan baku.

Baca Selengkapnya

Viral Efek Samping Vaksin AstraZeneca, Guru Besar FKUI Sebut Manfaatnya Jauh Lebih Tinggi

2 hari lalu

Viral Efek Samping Vaksin AstraZeneca, Guru Besar FKUI Sebut Manfaatnya Jauh Lebih Tinggi

Pada 2021 lalu European Medicines Agency (EMA) telah mengungkap efek samping dari vaksinasi AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

4 hari lalu

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

Kemenkes mendapat beberapa laporan yang menunjukkan perubahan gejala pada penderita DBD pascapandemi COVID-19. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

4 hari lalu

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

Selain AstraZeneca, ini deretan vaksin Covid-19 yang pernah digunakan di Indonesia

Baca Selengkapnya

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

5 hari lalu

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

MUI sempat mengharamkan vaksin AstraZeneca. Namun dibolehkan jika situasi darurat.

Baca Selengkapnya

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

5 hari lalu

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

Sebanyak 453 juta dosis vaksin telah disuntikkan ke masyarakat Indonesia, dan 70 juta dosis di antaranya adalah vaksin AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

5 hari lalu

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

Astrazeneca pertama kalinya mengakui efek samping vaksin Covid-19 yang diproduksi perusahaan. Apa saja fakta-fakta seputar kasus ini?

Baca Selengkapnya

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

11 hari lalu

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

KPK masih terus menyelidiki kasus korupsi pada proyek pengadaan APD saat pandemi Covid-19 lalu yang merugikan negara sampai Rp 625 miliar.

Baca Selengkapnya

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

11 hari lalu

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

Langkah ini untuk menghindari kebingungan penularan wabah yang terjadi di awal pandemi COVID-19, yang menyebabkan korban jiwa yang cukup signifikan.

Baca Selengkapnya

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

12 hari lalu

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

Perum Peruri mencatat lonjakan permintaan pembuatan paspor dalam negeri hingga tiga kali lipat usai pandemi Covid-19.

Baca Selengkapnya