Gejala Mirip Malaria, Ini Bahaya Ebola yang Muncul Lagi di Kongo

Reporter

Sehatq.com

Editor

Mila Novita

Rabu, 3 Juni 2020 07:00 WIB

Ilustrasi virus Ebola. ISSOUF SANOGO/AFP/Getty Images

TEMPO.CO, Jakarta - Wabah Ebola kembali muncul di Afrika. Kali ini, wabah menyerang warga di Wangata, Mbandaka, Provinsi Equateur, Republik Demokratik Kongo. Menteri Kesehatan Kongo, Eteni Longondo, pada Senin, 1 Juni 2020, mengumumkan empat orang meninggal karena Ebola di kawasan tersebut.

Ebola adalah salah satu penyakit yang sangat menular dan mematikan. Terlebih jika sudah mewabah di lingkungan yang belum terlindungi. Penularan Ebola datang dari kelelawar buah sebagai pembawa virus Ebola alami.

Ebola menular ke manusia lewat kontak langsung dengan darah, sekresi, organ, atau cairan tubuh lainnya di hewan yang sudah terinfeksi. Selain kelelawar buah, gorila, simpanse, monyet, antelop, hingga landak porcupine.

Ketika seorang manusia sudah terkena Ebola, maka penularannya juga sama: lewat kontak langsung dengan cairan tubuh, darah, dan lainnya. Benda yang sudah terkontaminasi seperti pakaian, handuk, atau sprei juga bisa menjadi media penularan.

Bahkan, ketika seseorang berada di puncak penyakitnya – sekitar lima hari pascainfeksi – 1/5 sendok teh darahnya saja bisa membawa 10 miliar partikel Ebola.

Advertising
Advertising

Di Afrika, penularan juga kerap terjadi pada petugas medis yang menangani pasien Ebola. Selain itu, prosesi pemakaman orang yang tewas akibat Ebola juga berkontribusi terhadap penularan Ebola.

Selain beberapa contoh di atas, hubungan seksual juga bisa menjadi penyebab penularan Ebola. Selama virus Ebola masih ada dalam darah, masih ada kemungkinan menularkan penyakit ke orang lain.

Bagi pria yang telah sembuh dari Ebola, perlu dilakukan tes air mani selama tiga bulan hingga hasilnya negatif. Sebelum dinyatakan negatif, sebaiknya hubungan seksual dihindari.

Pada periode transisi setelah sembuh hingga dinyatakan negatif Ebola, survivor penyakit mematikan ini harus menjalani hidup sehat dengan selalu mencuci tangan dengan sabun di air mengalir.

Penyakit ini sangat mematikan. Gejala awal Ebola serupa dengan malaria, yaitu demam tinggi, nyeri otot, sakit kepala, dan radang tenggorokan. Pada kasus-kasus tertentu, bisa terjadi pendarahan internal dan eksternal.

Bagi yang sudah sembuh sekalipun, virus Ebola masih mengendap di dalam mata, sistem saraf pusat, testis, plasenta bagi ibu hamil, hingga ASI bagi ibu menyusui.

Sebenarnya yang mematikan bukan virusnya, melainkan sistem kekebalan tubuh manusia. Saat terinfeksi virus Ebola, imun tubuh bereaksi destruktif terhadap tubuh. Pembuluh darah menjadi lemah dan rentan bocor.

Namun jauh sebelum itu, virus Ebola telah menggerogoti kekebalan tubuh manusia. Itulah mengapa Ebola bisa jadi begitu mematikan.

Virus ini menyerang interferon yang bertugas memberi sinyal bagi tubuh ketika ada ‘penyusup’ dalam tubuh. Ebola membajak proses pelaporan interferon ini dengan menempelkan protein sehingga messenger tak bisa masuk ke sel.

Akibatnya, imun tubuh tidak menyadari ada ancaman Ebola, dan virus bebas berkeliaran menghancurkan tubuh.

Kemudian, darah akan menekan keluar lewat pori-pori dan lubang lainnya di tubuh.

WHO menyebut Ebola bisa menewaskan 70% orang yang terinfeksi. Kunci untuk mengendalikan penyebarannya adalah kesadaran lingkungan untuk bersama-sama mencegah penularan.

Wabah penyakit Ebola pertama kali menyebar di desa-desa terpencil Afrika Tengah yang letaknya dekat dengan hutan tropis pada 1976. Dua wilayah yang terkena adalah Nzara, Sudan Selatan, dan Yambuku, Republik Demokratik Kongo. Titik kedua ini tidak jauh dari Sungai Ebola, tempat asal mula nama penyakit ini.

Sejak saat itu, wabah Ebola 2014-2016 adalah yang terbesar dan paling kompleks sejak pertama kali muncul empat dekade silam. Wabah Ebola menyebar semakin jauh menyeberangi perbatasan hingga ke Sierra Leone dan Liberia.

SEHATQ

Berita terkait

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

10 hari lalu

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

Langkah ini untuk menghindari kebingungan penularan wabah yang terjadi di awal pandemi COVID-19, yang menyebabkan korban jiwa yang cukup signifikan.

Baca Selengkapnya

Monash University Gelar World Health Summit, Demam Berdarah Hingga Penelitian Soal Obat Jadi Bahasan

26 hari lalu

Monash University Gelar World Health Summit, Demam Berdarah Hingga Penelitian Soal Obat Jadi Bahasan

World Health Summit akan pertama kali digelar di Monash University. Ada beberapa tema yang akan dibahas oleh peneliti, salah satunya, demam berdarah

Baca Selengkapnya

Belum Ada Kasus Virus B di Indonesia, Kemenkes Tetap Minta Waspada

27 hari lalu

Belum Ada Kasus Virus B di Indonesia, Kemenkes Tetap Minta Waspada

Kemenkes menyatakan hingga kini belum terdeteksi adanya risiko kasus Virus B di Indonesia namun masyarakat diingatkan untuk tetap waspada

Baca Selengkapnya

Waspada Flu Singapura Menjangkit Anak-anak, Ini 6 Cara Pencegahannya

28 hari lalu

Waspada Flu Singapura Menjangkit Anak-anak, Ini 6 Cara Pencegahannya

Flu singapura rentan menjangkit anak-anak. Flu ini juga dengan mudah menular. Bagaimana cara mengantisipasinya?

Baca Selengkapnya

BRIN Kembangkan Teknologi Biosensor Portabel Pendeteksi Virus Hingga Pencemaran Lingkungan

28 hari lalu

BRIN Kembangkan Teknologi Biosensor Portabel Pendeteksi Virus Hingga Pencemaran Lingkungan

Pusat Riset Elektronika BRIN mengembangkan beberapa produk biosensor untuk mendeteksi virus dan pencemaran lingkungan.

Baca Selengkapnya

Spesialis Paru Ungkap Beda Flu Singapura dan Flu Musiman

32 hari lalu

Spesialis Paru Ungkap Beda Flu Singapura dan Flu Musiman

Dokter paru ungkap perbedaan antara Flu Singapura atau penyakit tangan, mulut, dan kuku dengan flu musiman meski gejala keduanya hampir mirip.

Baca Selengkapnya

Penularan Flu Singapura di Indonesia Meluas, IDAI: Data Pastinya Tak Bisa Dijelaskan

33 hari lalu

Penularan Flu Singapura di Indonesia Meluas, IDAI: Data Pastinya Tak Bisa Dijelaskan

Diyakini kalau seluruh kasus Flu Singapura di Indonesia menginfeksi anak-anak. Belum ada kasus orang dewasa.

Baca Selengkapnya

Ketahui Penyebab dan Proses Penularan Virus Demam Berdarah

35 hari lalu

Ketahui Penyebab dan Proses Penularan Virus Demam Berdarah

Demam berdarah disebabkan oleh salah satu dari empat jenis virus dengue yang berbeda.

Baca Selengkapnya

Fakta Seputar Flu Singapura, Kemenkes: Awal Maret Ribuan orang Terjangkit

36 hari lalu

Fakta Seputar Flu Singapura, Kemenkes: Awal Maret Ribuan orang Terjangkit

Flu Singapura memiliki gejala yang hampir menyerupai cacar air, virusnya hanya memerlukan waktu inkubasi 3-6 hari untuk menyerang imunitas tubuh.

Baca Selengkapnya

Kenali Gejala Demam Berdarah dan Bahaya yang Mengintainya

36 hari lalu

Kenali Gejala Demam Berdarah dan Bahaya yang Mengintainya

Demam berdarah (DBD) dapat menyebabkan pendarahan serius, penurunan tekanan darah tiba-tiba, bahkan berujung pada kematian.

Baca Selengkapnya