Cairan Disinfektan Mengandung Amonia, Ini Bahayanya bagi Tubuh

Reporter

Sehatq.com

Editor

Mila Novita

Kamis, 16 April 2020 05:35 WIB

Ilustrasi membersihkan rumah. Unsplash.com/Jeshoots.com

TEMPO.CO, Jakarta - Sejak pandemi virus corona, masyarakat semakin akrab dengan berbagai produk cairan disinfektan atau pembersih sebagai upaya mencegah penyebaran penyakit. Salah satu kandungan yang cukup umum ada dalam produk pembersih adalah gas amonia.

Amonia (NH3) adalah zat yang berperan penting pada banyak proses biologis dan berfungsi sebagai bahan baku untuk sintesis asam amino dan nukleotida. Di alam, amonia adalah bagian dari siklus nitrogen dan diproduksi di tanah. Amonia juga diproduksi secara alami hasil penguraian bahan organik seperti tanaman, hewan, dan kotoran hewan.

Gas ini memiliki banyak berperan besar dalam industri kimia. Sekitar 80 persen amonia yang diproduksi oleh industri digunakan untuk keperluan pertanian sebagai pupuk. Zat ini juga digunakan sebagai gas pendingin untuk memurnikan air. Selain itu, amonia digunakan dalam pembuatan plastik, sebagai bahan peledak, tekstil, pestisida, pewarna dan bahan kimia lainnya.

Amonia juga banyak ditemukan dalam cairan pembersih rumah tangga. Biasanya produk amonia untuk peralatan rumah tangga memiliki kadar 5 sampai 10 persen.

Bahan kimia ini efektif untuk membersihkan berbagai permukaan benda, mulai dari bak mandi, wastafel, toilet, meja, dan ubin kamar mandi. Karena menguap dengan cepat, gas amonia kerap digunakan dalam larutan pembersih kaca yang efektif untuk membersihkan tanpa meninggalkan goresan.

Advertising
Advertising

Meskipun banyak manfaatnya, gas amonia juga menyimpan sejumlah bahaya, diantaranya sebagai berikut.

1. Efek amonia yang terhirup di saluran napas
Karena amonia dapat menguap dengan cepat, potensi untuk terhirupnya pun sangat besar. Amonia bersifat iritan dan korosif. Paparan amonia dengan konsentrasi tinggi di udara dapat menyebabkan sensasi terbakar pada hidung, tenggorokan, dan saluran pernapasan.

Hal ini dapat menyebabkan gangguan pernapasan hingga kerusakan saluran napas. Amonia pada konsentrasi yang lebih rendah dapat menyebabkan batuk dan iritasi hidung serta tenggorokan. Bau gas amonia memang menyengat tetapi jika terus-menerus terpapar, hidung akan terbiasa. Akibatnya, penciuman pun tidak bisa lagi mendeteksi adanya bau amonia yang seharusnya dihindari.

2. Efek amonia pada kulit atau mata
Paparan gas amonia kadar rendah dari udara atau larutan pembersih pada kulit atau mata dapat menghasilkan reaksi iritasi. Konsentrasi amonia yang lebih tinggi dapat menyebabkan cedera parah dan luka bakar. Laporan menyebutkan adanya kasus kerusakan mata permanen atau kebutaan akibat paparan gas amonia. Cedera pada mata mungkin tidak terlihat sampai satu minggu setelah paparan.

3. Efek amonia pada sistem pencernaan jika tertelan
Jika amonia tertelan, maka akan terjadi kerusakan korosif pada mulut, tenggorokan, dan perut. Apabila paparan terjadi terus-menerus, kadar amonia dalam tubuh akan menumpuk. Fungsi metabolisme tubuh pun dapat terganggu dan berdampak buruk bagi sel saraf otak.

Amonia yang tertelan dalam jumlah sedikit biasanya tidak menyebabkan keracunan sistemik. Namun jika tertelan dalam jumlah banyak, efek sistemik seperti kejang hingga koma bisa saja terjadi.

Untuk menghindari bahaya amonia di atas, ada baiknya untuk menggunakannya dengan cara yang benar. Ada beberapa cara yang bisa Anda terapkan ketika harus menggunakan produk yang mengandung gas amonia, yakni:

- Ikuti petunjuk penggunaan yang ada pada label kemasan produk pembersih yang mengandung gas amonia.

- Sebelum produk digunakan, pastikan ventilasi udara lancar. Anda dapat membuka jendela atau pintu saat membersihkan dengan produk amonia.

- Gunakan sarung tangan, masker, pakaian yang tertutup atau kacamata pelindung saat menggunakan produk tersebut untuk mencegah terpaparnya amonia pada saluran pernapasan, kulit, dan mata.

- Jangan mencampurkan amonia dengan pemutih klorin karena dapat menghasilkan gas beracun yang disebut kloramin.

- Setelah digunakan, simpan produk pembersih yang mengandung amonia tersebut di tempat yang aman dan jauh dari jangkauan anak-anak.

Tidak ada obat khusus untuk keracunan amonia, tetapi lakukan pertolongan pertama berikut ini.

- Jika terkena mata dan kulit, segera alirkan air mengalir dalam jumlah banyak.

- Jika terhirup, berikan tabung oksigen untuk membantu pernapasan dan pastikan jalur pernapasan tidak terhambat.

- Jika amonia tertelan, maka segera minum air putih yang banyak atau susu untuk menetralkan sistem pencernaan.

- Jika terjadi situasi darurat terkait penggunaan amonia seperti keracunan, Anda dapat menghubungi pusat informasi keracunan BPOM di 1500-533.

SEHATQ

Berita terkait

Penelitian Ungkap Pelet Plastik Daur Ulang dari Indonesia Mengandung 30 Bahan Kimia Beracun dengan Konsentrasi Tinggi

9 hari lalu

Penelitian Ungkap Pelet Plastik Daur Ulang dari Indonesia Mengandung 30 Bahan Kimia Beracun dengan Konsentrasi Tinggi

Proyek penelitian di 13 negara ini bertujuan meningkatkan kesadaran global tentang bahan kimia berbahaya dalam plastik daur ulang

Baca Selengkapnya

3 Langkah Bersihkan Kamar Mandi agar Kinclong dan Menunjang Kesehatan

29 hari lalu

3 Langkah Bersihkan Kamar Mandi agar Kinclong dan Menunjang Kesehatan

Kamar mandi yang bersih bukan hanya menunjang kesehatan tapi juga bisa menjadi tempat yang cocok untuk relaksasi. Simak tips membersihkannya.

Baca Selengkapnya

Deretan Manfaat Minyak Atsiri, Bisa Meningkatkan Kualitas Tidur hingga Mengurangi Stres

35 hari lalu

Deretan Manfaat Minyak Atsiri, Bisa Meningkatkan Kualitas Tidur hingga Mengurangi Stres

Minyak atsiri atau minyak esensial merupakan senyawa yang diekstrak dari bagian tumbuhan dan diperoleh melalui proses penyulingan.

Baca Selengkapnya

Ibu dan 2 Anak di Saparua Maluku Tewas Usai Konsumsi Ikan Buntal, Kenali Bahaya Racun Ikan Fugu Ini

56 hari lalu

Ibu dan 2 Anak di Saparua Maluku Tewas Usai Konsumsi Ikan Buntal, Kenali Bahaya Racun Ikan Fugu Ini

Racun yang terdapat dalam ikan buntal bernama racun tetrodotoxin, yang dinilai ribuan kali lebih berbahaya dibandingkan sianida.

Baca Selengkapnya

Makan Ikan Buntal 3 Orang Meninggal di Maluku, Mengenali Bahaya Racun Hewan Air Ini

57 hari lalu

Makan Ikan Buntal 3 Orang Meninggal di Maluku, Mengenali Bahaya Racun Hewan Air Ini

Tiga orang warga Desa Haria, Saparua, Maluku Tengah meninggal akibat keracunan setelah mengonsumsi ikan buntal

Baca Selengkapnya

Gejala Keracunan Vitamin D dan Penanganan agar Tak Sampai Berujung Kematian

58 hari lalu

Gejala Keracunan Vitamin D dan Penanganan agar Tak Sampai Berujung Kematian

Kenali tanda dan gejala orang keracunan vitamin D agar tak sampai membahayakan kesehatan, bahkan menyebabkan kematian.

Baca Selengkapnya

Lansia Meninggal karena Kelebihan Vitamin D, Cermati Dosis yang Dianjurkan

58 hari lalu

Lansia Meninggal karena Kelebihan Vitamin D, Cermati Dosis yang Dianjurkan

Keracunan vitamin D disebut sebagai salah satu faktor penyebab kematian seorang lansia di Inggris. Pahami dosis yang dianjurkan agar tak berlebihan.

Baca Selengkapnya

4 Tahun Pasca Kasus Pertama Covid-19 di Indonesia, Berikut Kilas Baliknya

58 hari lalu

4 Tahun Pasca Kasus Pertama Covid-19 di Indonesia, Berikut Kilas Baliknya

Genap 4 tahun pasca kasus Covid-19 teridentifikasi pertama kali di Indonesia pada 2 Maret 2020 diikuti sebaran virus yang terus meluas.

Baca Selengkapnya

Bau Amonia Pipa Gas Meledak dari Pabrik Es Balok di Tangerang Tercium Radius 600 Meter

6 Februari 2024

Bau Amonia Pipa Gas Meledak dari Pabrik Es Balok di Tangerang Tercium Radius 600 Meter

BPBD Kota Tangerang mencatat ada 45 korban terdampak pipa gas meledak itu yang dirawat di sejumlah rumah sakit.

Baca Selengkapnya

Penyebab Keracunan Makanan Terbesar yang Sering Diabaikan

26 Januari 2024

Penyebab Keracunan Makanan Terbesar yang Sering Diabaikan

Pakar menyebut sebanyak 42 persen penyebab keracunan makanan di Indonesia pada 2019 adalah akibat cemaran bakteri. Ini yang perlu diperhatikan.

Baca Selengkapnya