Peneliti Sebut Jarak 2 Meter Tidak Ideal Cegah Penyebaran Corona

Reporter

Bisnis.com

Editor

Mila Novita

Senin, 30 Maret 2020 16:10 WIB

Penumpang duduk di bangku yang telah diberi stiker panduan jarak antarpenumpang di rangkaian gerbong kereta MRT, Jakarta, Jumat, 20 Maret 2020. Sebagai tindakan pencegahan penyebaran virus Corona atau COVID-19, pemerintah telah memberikan arahan kepada seluruh masyarakat untuk mulai menerapkan praktik "social distancing" atau menjaga jarak sosial dalam kegiatan sehari-hari. ANTARA

TEMPO.CO, Jakarta - Selama pandemi corona, setiap orang dianjurkan untuk menjaga jarak fisik. Ahli kesehatan di seluruh dunia telah mendesak masyarakat untuk menjaga jarak dua meter dari orang lain untuk mencegah penyebaran Covid-19.

Namun, ternyata menjaga jarak dua meter dari orang lain mungkin tidak cukup untuk menghentikan penyebaran virus corona, menurut laporan dari Massachusetts Institute of Technology. Laporan itu menunjukkan bahwa itu mungkin bukan jarak yang cukup jauh untuk memberikan perlindungan dari penyakit yang sangat menular.

Dilansir dari www.metro.co.uk, menurut laporan itu, bersin atau batuk dari orang yang terinfeksi di atmosfer yang lembap dan hangat dapat mengusir tetesan virus mikroskopis sejauh delapan meter dan tetesan itu dapat melayang di udara selama beberapa jam.

Peneliti MIT mengatakan partikel virus telah ditemukan dalam sistem ventilasi kamar rumah sakit dengan pasien yang positif terkena virus corona. Para peneliti mengatakan temuan mereka sangat penting karena petugas kesehatan dan publik mungkin tidak menyadari bahwa mereka perlu memakai peralatan pelindung bahkan ketika tidak berada di dekat pasien yang terinfeksi.

Penelitian Cina mengklaim telah menemukan bukti bahwa virus dapat bertahan dengan baik di air. Delapan orang jatuh sakit setelah seorang pria yang terinfeksi mengunjungi pemandian di Huaian, yang berjarak sekitar 700 kilometer dari Wuhan, kota yang diyakini berada di pusat wabah.

Sementara, dikutip dari www.eenews.net, Centers for Disease Control and Prevention (CDC) mengatakan bahwa untuk kegiatan rekreasi air, tidak ada bukti bahwa COVID-19 dapat menyebar di kolam terbuka atau kolam air panas. Perawatan dan desinfeksi yang tepat untuk kedua kolam dan bak air panas dengan klorin dan bromin harusnya menghilangkan atau menonaktifkan virus.

Advertising
Advertising

Pedoman tersebut mengkonfirmasi bahwa virus telah terdeteksi dalam tinja tetapi mengatakan tidak jelas berapa banyak risiko yang muncul dan apakah virus dapat menyebar melalui sistem pembuangan kotoran. "Pada saat ini, risiko penularan virus yang menyebabkan COVID-19 melalui sistem sewerage dianggap rendah," kata CDC.

Berita terkait

Belum Ada Kasus Virus B di Indonesia, Kemenkes Tetap Minta Waspada

19 hari lalu

Belum Ada Kasus Virus B di Indonesia, Kemenkes Tetap Minta Waspada

Kemenkes menyatakan hingga kini belum terdeteksi adanya risiko kasus Virus B di Indonesia namun masyarakat diingatkan untuk tetap waspada

Baca Selengkapnya

Waspada Flu Singapura Menjangkit Anak-anak, Ini 6 Cara Pencegahannya

21 hari lalu

Waspada Flu Singapura Menjangkit Anak-anak, Ini 6 Cara Pencegahannya

Flu singapura rentan menjangkit anak-anak. Flu ini juga dengan mudah menular. Bagaimana cara mengantisipasinya?

Baca Selengkapnya

BRIN Kembangkan Teknologi Biosensor Portabel Pendeteksi Virus Hingga Pencemaran Lingkungan

21 hari lalu

BRIN Kembangkan Teknologi Biosensor Portabel Pendeteksi Virus Hingga Pencemaran Lingkungan

Pusat Riset Elektronika BRIN mengembangkan beberapa produk biosensor untuk mendeteksi virus dan pencemaran lingkungan.

Baca Selengkapnya

Spesialis Paru Ungkap Beda Flu Singapura dan Flu Musiman

25 hari lalu

Spesialis Paru Ungkap Beda Flu Singapura dan Flu Musiman

Dokter paru ungkap perbedaan antara Flu Singapura atau penyakit tangan, mulut, dan kuku dengan flu musiman meski gejala keduanya hampir mirip.

Baca Selengkapnya

Penularan Flu Singapura di Indonesia Meluas, IDAI: Data Pastinya Tak Bisa Dijelaskan

26 hari lalu

Penularan Flu Singapura di Indonesia Meluas, IDAI: Data Pastinya Tak Bisa Dijelaskan

Diyakini kalau seluruh kasus Flu Singapura di Indonesia menginfeksi anak-anak. Belum ada kasus orang dewasa.

Baca Selengkapnya

Ketahui Penyebab dan Proses Penularan Virus Demam Berdarah

27 hari lalu

Ketahui Penyebab dan Proses Penularan Virus Demam Berdarah

Demam berdarah disebabkan oleh salah satu dari empat jenis virus dengue yang berbeda.

Baca Selengkapnya

Fakta Seputar Flu Singapura, Kemenkes: Awal Maret Ribuan orang Terjangkit

28 hari lalu

Fakta Seputar Flu Singapura, Kemenkes: Awal Maret Ribuan orang Terjangkit

Flu Singapura memiliki gejala yang hampir menyerupai cacar air, virusnya hanya memerlukan waktu inkubasi 3-6 hari untuk menyerang imunitas tubuh.

Baca Selengkapnya

Kenali Gejala Demam Berdarah dan Bahaya yang Mengintainya

29 hari lalu

Kenali Gejala Demam Berdarah dan Bahaya yang Mengintainya

Demam berdarah (DBD) dapat menyebabkan pendarahan serius, penurunan tekanan darah tiba-tiba, bahkan berujung pada kematian.

Baca Selengkapnya

Waspada Demam Berdarah Menjelang Libur Hari Raya Idul Fitri

31 hari lalu

Waspada Demam Berdarah Menjelang Libur Hari Raya Idul Fitri

Seorang individu tidak hanya berisiko terkena demam berdarah dengue (DBD), tetapi juga berpotensi menyebarkan virus dengue apabila telah terinfeksi.

Baca Selengkapnya

Leptospirosis Penyakit Langganan Musim Hujan, Seberapa Berbahaya?

32 hari lalu

Leptospirosis Penyakit Langganan Musim Hujan, Seberapa Berbahaya?

Leptospirosis adalah penyakit yang kerap muncul setiap musim hujan, terutama di daerah yang rawan banjir dan genangan air. Seberapa berbahaya?

Baca Selengkapnya