Pasien Corona Bisa Kehilangan Indera Pencium dan Perasa?

Reporter

Tempo.co

Editor

Mila Novita

Rabu, 25 Maret 2020 15:05 WIB

Ilustrasi hidung atau indera pencium (Pixabay.com)

TEMPO.CO, Jakarta - Sejumlah pasien yang dinyatakan positif terinfeksi virus corona mengalami kehilangan indera pencium. Mereka juga kehilangan indera perasa sehingga sering kali tak dapat menikmati makanan.

"Jujur, saya butuh tiga kali makan untuk menyadari bahwa saya tidak memiliki rasa dan tidak bisa mencium berbau," kata salah satu pasien COVID-19 Olivia Haynes, kepada Time pada Selasa, 24 Maret 2020, melalui telepon dari rumahnya di London, tempat ia mengisolasi diri.

Karena selama ini kedua hal itu jarang dibicarakan sebagai gejala corona, dia pun tak mencari tahu lebih lanjut. Namun, akhir-akhir ini semakin banyak orang yang terinfeksi virus corona melaporkan bahwa mereka kehilangan penciuman dan perasa.

“Dalam 48 jam terakhir, atau mungkin 72 jam, kami telah mendengar dari sekitar 500 pasien yang kehilangan indera penciumnya,” kata dokter spesialis telinga, hidung, dan tenggorokan Nirmal Kumar, presiden organisasi dokter THT Inggris.

Biasanya, kata Kumar, ia hanya menerima satu laporan kehilangan bau atau rasa per bulan. Sekarang, dia melihat jauh lebih banyak. "Tidak pernah sesering sekarang," katanya. "Dan ini hanya puncak gunung es."

Kumar tidak sendirian. Di Korea Selatan, di mana tes untuk COVID-19 tersebar luas, sekitar 30 persen pasien dengan gejala ringan telah melaporkan anosmia, istilah teknis untuk kehilangan indera pencium.

Dokter dari Cina, Amerika Serikat, Iran, Italia, dan Jerman, negara-negara dengan wabah COVID-19 yang luas, juga mencatat peningkatan laporan tentang anosmia yang terkait dengan kasus virus corona.

Gejala itu, kata Kumar, juga muncul pada orang sehat. Ia akhirnya mengindikasikan bahwa kehilangan indra penciuman bisa menjadi indikator penting apakah seseorang membawa virus tanpa sadar.

Advertising
Advertising

“Banyak pasien yang melaporkan memiliki gejala ringan (COVID-19), kadang-kadang sedikit batuk dan kadang-kadang demam, tetapi ada pasien yang tidak melaporkan gejala lain,” katanya. “Ini adalah indikator dramatis. Dalam praktik, pasien di sekitar saya melaporkan ini."

Kumar dan dokter lainnya mendesak pihak berwenang di seluruh dunia untuk menambahkan kehilangan indra penciuman ke dalam daftar gejala COVID-19 sebagai persyaratan tinggal di rumah. "Saya merasa bahwa kita perlu menambahkan ini ke aturan isolasi diri, karena orang-orang muda yang fit ini menyebarkannya," katanya.

Saat ini belum ada studi ilmiah tentang hubungan antara COVID-19 dan anosmia, tapi Kumar berspekulasi bahwa efek tumpul disebabkan oleh virus yang mengganggu selaput lendir di atap setiap rongga hidung, tempat reseptor bau.

"Ini jelas spekulasi saat ini," kata Kumar. “Tetapi virus-virus (corona) ini, partikel sangat kecil yang masuk ke atap hidung. Dan di situlah mereka mempengaruhi indera pencium, yang merupakan organ yang sangat halus," kata dia.

American Academy of Otolaryngology - Akademi Bedah Kepala dan Leher AS, juga menyarankan bahwa gejala-gejala ini harus ditambahkan ke daftar untuk skrining pasien untuk kemungkinan infeksi COVID-19. Infeksi virus lain atau alergi musiman dapat menyebabkan hilangnya bau atau rasa.

"Tapi mengalami gejala tanpa penyakit pernapasan lainnya memerlukan pertimbangan serius untuk isolasi diri dan pengujian orang-orang ini," kata kelompok Amerika itu.

Berita terkait

Belum Ada Kasus Virus B di Indonesia, Kemenkes Tetap Minta Waspada

23 hari lalu

Belum Ada Kasus Virus B di Indonesia, Kemenkes Tetap Minta Waspada

Kemenkes menyatakan hingga kini belum terdeteksi adanya risiko kasus Virus B di Indonesia namun masyarakat diingatkan untuk tetap waspada

Baca Selengkapnya

Waspada Flu Singapura Menjangkit Anak-anak, Ini 6 Cara Pencegahannya

24 hari lalu

Waspada Flu Singapura Menjangkit Anak-anak, Ini 6 Cara Pencegahannya

Flu singapura rentan menjangkit anak-anak. Flu ini juga dengan mudah menular. Bagaimana cara mengantisipasinya?

Baca Selengkapnya

BRIN Kembangkan Teknologi Biosensor Portabel Pendeteksi Virus Hingga Pencemaran Lingkungan

25 hari lalu

BRIN Kembangkan Teknologi Biosensor Portabel Pendeteksi Virus Hingga Pencemaran Lingkungan

Pusat Riset Elektronika BRIN mengembangkan beberapa produk biosensor untuk mendeteksi virus dan pencemaran lingkungan.

Baca Selengkapnya

Spesialis Paru Ungkap Beda Flu Singapura dan Flu Musiman

28 hari lalu

Spesialis Paru Ungkap Beda Flu Singapura dan Flu Musiman

Dokter paru ungkap perbedaan antara Flu Singapura atau penyakit tangan, mulut, dan kuku dengan flu musiman meski gejala keduanya hampir mirip.

Baca Selengkapnya

Penularan Flu Singapura di Indonesia Meluas, IDAI: Data Pastinya Tak Bisa Dijelaskan

30 hari lalu

Penularan Flu Singapura di Indonesia Meluas, IDAI: Data Pastinya Tak Bisa Dijelaskan

Diyakini kalau seluruh kasus Flu Singapura di Indonesia menginfeksi anak-anak. Belum ada kasus orang dewasa.

Baca Selengkapnya

Ketahui Penyebab dan Proses Penularan Virus Demam Berdarah

31 hari lalu

Ketahui Penyebab dan Proses Penularan Virus Demam Berdarah

Demam berdarah disebabkan oleh salah satu dari empat jenis virus dengue yang berbeda.

Baca Selengkapnya

Fakta Seputar Flu Singapura, Kemenkes: Awal Maret Ribuan orang Terjangkit

32 hari lalu

Fakta Seputar Flu Singapura, Kemenkes: Awal Maret Ribuan orang Terjangkit

Flu Singapura memiliki gejala yang hampir menyerupai cacar air, virusnya hanya memerlukan waktu inkubasi 3-6 hari untuk menyerang imunitas tubuh.

Baca Selengkapnya

Kenali Gejala Demam Berdarah dan Bahaya yang Mengintainya

32 hari lalu

Kenali Gejala Demam Berdarah dan Bahaya yang Mengintainya

Demam berdarah (DBD) dapat menyebabkan pendarahan serius, penurunan tekanan darah tiba-tiba, bahkan berujung pada kematian.

Baca Selengkapnya

Waspada Demam Berdarah Menjelang Libur Hari Raya Idul Fitri

35 hari lalu

Waspada Demam Berdarah Menjelang Libur Hari Raya Idul Fitri

Seorang individu tidak hanya berisiko terkena demam berdarah dengue (DBD), tetapi juga berpotensi menyebarkan virus dengue apabila telah terinfeksi.

Baca Selengkapnya

Leptospirosis Penyakit Langganan Musim Hujan, Seberapa Berbahaya?

36 hari lalu

Leptospirosis Penyakit Langganan Musim Hujan, Seberapa Berbahaya?

Leptospirosis adalah penyakit yang kerap muncul setiap musim hujan, terutama di daerah yang rawan banjir dan genangan air. Seberapa berbahaya?

Baca Selengkapnya