Jangan Sembarangan Minum, Antibiotik Tak Dapat Bunuh Virus

Reporter

Sehatq.com

Editor

Mila Novita

Jumat, 20 Maret 2020 05:45 WIB

Ilustrasi antibiotik (pixabay.com)

TEMPO.CO, Jakarta - Antibiotik adalah obat untuk membunuh atau memperlambat pertumbuhan bakteri dalam tubuh. Itulah sebabnya, antibiotik tidak bisa menyembuhkan penyakit yang disebabkan virus, seperti batuk, flu, hingga pilek. Namun, sayangnya banyak orang yang menggunakan antibiotik tanpa anjuran dokter.

Sebelum antibiotik diperkenalkan dalam dunia medis modern pada 1936, hampir 30 persen kasus penyakit akibat bakteri berujung pada kematian. Tidak heran kalau antibiotik akhirnya dikenal sebagai “rajanya” obat dalam menangani kasus penyakit akibat bakteri.

Sebenarnya, tubuh memiliki sistem imun dan sel darah putih yang bisa memberantas bakteri. Namun ketika jumlah bakteri meningkat, sistem imun pun kewalahan dan tidak bisa mengatasinya.

Di saat seperti itulah antibiotik dibutuhkan, untuk membantu sistem imun dalam melawan bakteri yang bisa menyebabkan penyakit. Seperti apa cara kerja antibiotik itu?

Saat dikonsumsi, antibiotik akan memberantas bakteri dengan berbagai cara menyerang dinding yang melapisi bakteri, mengganggu reproduksi bakteri, dan menghalangi produksi protein pada bakteri.

Advertising
Advertising

Nantinya, dokter akan memeriksa penyakit yang Anda idap, untuk memastikan potensi bakteri sebagai penyebab gangguan kesehatan tersebut. Dalam beberapa kasus, bisa saja dokter meminta Anda untuk menjalani tes darah atau urine berdasarkan gejala yag ditemukan.

Jika telah mengonfirmasi bahwa penyakit Anda disebabkan oleh bakteri, maka dokter akan langsung memberikan resep antibiotik yang diperlukan.

Ada beragam jenis antibiotik. Penyakit yang dapat disembuhkannya pun berbeda-beda. Dokter akan menentukan jenis antibiotik sesuai dengan kondisi Anda. Jenis-jenis antibiotik di antaranya Penisilin, Sefalosporin, Tetrasiklin, Aminoglikosida, Makrolida, Klindamisin, Sulfonamid, Trimetoprim, dan Kuinolon.

Penisilin, sebagai antibiotik pertama yang diproduksi massal, pertama kali ditemukan oleh Alexander Fleming. Sejak saat itu, peneliti sudah menemukan dan menyadari risiko resistensi antibiotik mengingat kuman akan selalu mencari cara agar bisa selamat dan kebal terhadap obat baru. Seiring berjalannya waktu, semakin banyak pula kuman yang kebal terhadap antibiotik.

Di tahun 1940, peneliti telah menemukan bahwa bakteri dapat menghilangkan fungsi antibiotik dengan reaksi enzimatik yang dihasilkan bakteri. Akibatnya, setiap tahun peneliti menemukan ada sekitar 25.000 pasien di Eropa meninggal akibat infeksi bakteri yang sudah kebal obat, dan lebih banyak angkanya di Amerika Serikat dengan 63.000 pasien meninggal akibat infeksi bakteri di rumah sakit.

Untuk mengatasi masalah ini, peneliti berusaha mengembangkan antibiotik jenis baru yang tidak terpengaruh modifikasi bakteri, serta membatasi penggunaan antibiotik menjadi hanya digunakan saat diperlukan.

Meskipun cara ini masih membantu menjaga efektivitas antibotik, namun perlu disadari bahwa suatu saat bakteri akan kebal terhadap semua antibiotik yang ada di pasaran.

Dokter akan menyarankan untuk selalu menghabiskan antibiotik walaupun Anda telah merasa sembuh. Sebab, jika pengobatan antibiotik terhenti di tengah jalan, maka kemungkinan infeksi bisa kembali lagi dan meningkatkan risiko bakteri menjadi resisten terhadap antibiotik tersebut.

SEHATQ

Berita terkait

Penyakit Minamata Ditemukan di Jepang 68 Tahun Lalu, Ini Cara Merkuri Masuk dalam Tubuh

1 hari lalu

Penyakit Minamata Ditemukan di Jepang 68 Tahun Lalu, Ini Cara Merkuri Masuk dalam Tubuh

Penyakit Minamata ditemukan di Jepang pertama kali yang mengancam kesehatan tubuh akibat merkuri. Lantas, bagaimana merkuri dapat masuk ke dalam tubuh?

Baca Selengkapnya

Pakar Ingatkan Bahaya Main Ponsel di Toilet

18 hari lalu

Pakar Ingatkan Bahaya Main Ponsel di Toilet

Penelitian menyebut kebiasaan main ponsel di toilet tentu saja tidak baik karena membuat tubuh lebih mudah terpapar bakteri dan kuman berbahaya.

Baca Selengkapnya

Belum Ada Kasus Virus B di Indonesia, Kemenkes Tetap Minta Waspada

23 hari lalu

Belum Ada Kasus Virus B di Indonesia, Kemenkes Tetap Minta Waspada

Kemenkes menyatakan hingga kini belum terdeteksi adanya risiko kasus Virus B di Indonesia namun masyarakat diingatkan untuk tetap waspada

Baca Selengkapnya

Waspada Flu Singapura Menjangkit Anak-anak, Ini 6 Cara Pencegahannya

24 hari lalu

Waspada Flu Singapura Menjangkit Anak-anak, Ini 6 Cara Pencegahannya

Flu singapura rentan menjangkit anak-anak. Flu ini juga dengan mudah menular. Bagaimana cara mengantisipasinya?

Baca Selengkapnya

BRIN Kembangkan Teknologi Biosensor Portabel Pendeteksi Virus Hingga Pencemaran Lingkungan

24 hari lalu

BRIN Kembangkan Teknologi Biosensor Portabel Pendeteksi Virus Hingga Pencemaran Lingkungan

Pusat Riset Elektronika BRIN mengembangkan beberapa produk biosensor untuk mendeteksi virus dan pencemaran lingkungan.

Baca Selengkapnya

Spesialis Paru Ungkap Beda Flu Singapura dan Flu Musiman

28 hari lalu

Spesialis Paru Ungkap Beda Flu Singapura dan Flu Musiman

Dokter paru ungkap perbedaan antara Flu Singapura atau penyakit tangan, mulut, dan kuku dengan flu musiman meski gejala keduanya hampir mirip.

Baca Selengkapnya

Penularan Flu Singapura di Indonesia Meluas, IDAI: Data Pastinya Tak Bisa Dijelaskan

29 hari lalu

Penularan Flu Singapura di Indonesia Meluas, IDAI: Data Pastinya Tak Bisa Dijelaskan

Diyakini kalau seluruh kasus Flu Singapura di Indonesia menginfeksi anak-anak. Belum ada kasus orang dewasa.

Baca Selengkapnya

Ketahui Penyebab dan Proses Penularan Virus Demam Berdarah

30 hari lalu

Ketahui Penyebab dan Proses Penularan Virus Demam Berdarah

Demam berdarah disebabkan oleh salah satu dari empat jenis virus dengue yang berbeda.

Baca Selengkapnya

Awas, Ini Tempat yang Diklaim Paling Berkuman di Kantor

31 hari lalu

Awas, Ini Tempat yang Diklaim Paling Berkuman di Kantor

Beberapa titik bisa menjadi tempat berkumpulnya kuman dan bakteri di kantor sehingga Anda harus selalu menjaga kebersihan diri setelah menyentuhnya.

Baca Selengkapnya

Fakta Seputar Flu Singapura, Kemenkes: Awal Maret Ribuan orang Terjangkit

32 hari lalu

Fakta Seputar Flu Singapura, Kemenkes: Awal Maret Ribuan orang Terjangkit

Flu Singapura memiliki gejala yang hampir menyerupai cacar air, virusnya hanya memerlukan waktu inkubasi 3-6 hari untuk menyerang imunitas tubuh.

Baca Selengkapnya