Corona Hidup di Udara dan Permukaan, Paling Lama di Benda Ini

Reporter

Tempo.co

Editor

Mila Novita

Kamis, 19 Maret 2020 06:45 WIB

Ilustrasi: tombol lift

TEMPO.CO, Jakarta - Kebersihan udara dan benda di sekitar Anda menjadi salah satu hal penting dalam menjaga kesehatan selama pandemi virus corona COVID-19. Sebab, virus ini dapat menyebar melalui cairan di udara dan permukaan benda.

Sebuah penelitian baru yang diadakan oleh National Institutes of Health atau NIH Amerika Serikat, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit atau CDC, UCLA, dan Princeton University mengungkap daya tahan virus pada masing-masing permukaan benda yang berbeda-beda.

Hasil penelitian tersebut diterbitkan di New England Journal of Medicine pekan lalu, tapi detailnya menyusul pada Selasa, 17 Maret. Menurut penelitian, virus dapat bertahan hingga tiga jam dalam aerosol atau tetesan cairan di udara, dari batuk atau bersin, empat jam pada tembaga, dan 24 jam pada karton.

Virus bertahan paling lama pada permukaan plastik dan baja tahan karat, yaitu mencapai 72 jam atau tiga hari.

"Hasilnya memberikan informasi penting tentang stabilitas (virus) dan menunjukkan bahwa orang dapat memperoleh virus melalui udara dan setelah menyentuh benda yang terkontaminasi," demikian penyataan para peneliti menurut siaran pers NIH seperti dilansir People, Rabu, 18 Maret 2020.

CDC juga memberi pedoman bahwa virus corona dapat menular dari orang ke orang melalui kontak dekat atau tetesan pernapasan yang dihasilkan ketika orang yang terinfeksi batuk atau bersin.

Advertising
Advertising

Namun yang paling mudah menularkan adalah menyentuh benda dan permukaan. Virus yang ada di benda tersebut dapat menempel di ujung jari Anda. Karena itu, hindari menyentuh mata, hidung dan mulut dengan tangan.

Para ahli merekomendasikan untuk mencuci tangan dengan sabun dan air setidaknya selama 20 detik. Jika mencuci tangan dengan sabun tidak memungkinkan, mereka merekomendasikan pembersih tangan atau hand sanitizer dengan kandungan alkohol setidaknya 60 persen.

Para peneliti mengungkap pada dasarnya, stabilitas virus SARS-CoV-2, yang menyebabkan COVID-19, mirip dengan SARS-CoV-1 dalam saat diuji. SARS-CoV-1 adalah virus yang memicu epidemi Sindrom Pernafasan Akut Parah atau SARS pada 2002. Namun, para peneliti mengungkap butuh penelitian lebih lanjut.

Sebuah penelitian terpisah yang diterbitkan di The Journal of Hospital Infection bulan lalu menemukan bahwa virus corona manusia, seperti yang menyebabkan SARS, bisa bertahan pada permukaan mati, termasuk permukaan logam, kaca atau plastik, selama sembilan hari jika permukaan itu belum didesinfeksi. Itu menarik bagi para peneliti, karena virus SARS adalah yang paling dekat diketahui dengan virus baru.


Berita terkait

Viral Efek Samping Vaksin AstraZeneca, Guru Besar FKUI Sebut Manfaatnya Jauh Lebih Tinggi

3 hari lalu

Viral Efek Samping Vaksin AstraZeneca, Guru Besar FKUI Sebut Manfaatnya Jauh Lebih Tinggi

Pada 2021 lalu European Medicines Agency (EMA) telah mengungkap efek samping dari vaksinasi AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

5 hari lalu

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

Kemenkes mendapat beberapa laporan yang menunjukkan perubahan gejala pada penderita DBD pascapandemi COVID-19. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

5 hari lalu

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

Selain AstraZeneca, ini deretan vaksin Covid-19 yang pernah digunakan di Indonesia

Baca Selengkapnya

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

5 hari lalu

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

MUI sempat mengharamkan vaksin AstraZeneca. Namun dibolehkan jika situasi darurat.

Baca Selengkapnya

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

6 hari lalu

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

Sebanyak 453 juta dosis vaksin telah disuntikkan ke masyarakat Indonesia, dan 70 juta dosis di antaranya adalah vaksin AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

6 hari lalu

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

Astrazeneca pertama kalinya mengakui efek samping vaksin Covid-19 yang diproduksi perusahaan. Apa saja fakta-fakta seputar kasus ini?

Baca Selengkapnya

Kenapa Orang Suka Aroma Bayi? Ini Penjelasan Ilmiahnya

6 hari lalu

Kenapa Orang Suka Aroma Bayi? Ini Penjelasan Ilmiahnya

Cairan amnion dan substansi seperti verniks caseosa berperan dalam menciptakan aroma bayi yang khas.

Baca Selengkapnya

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

11 hari lalu

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

KPK masih terus menyelidiki kasus korupsi pada proyek pengadaan APD saat pandemi Covid-19 lalu yang merugikan negara sampai Rp 625 miliar.

Baca Selengkapnya

Kelebihan Punya Tinggi Badan Menjulang Menurut Penelitian

12 hari lalu

Kelebihan Punya Tinggi Badan Menjulang Menurut Penelitian

Selain penampilan, orang tinggi diklaim punya kelebihan pada kesehatan dan gaya hidup. Berikut keuntungan memiliki tinggi badan di atas rata-rata.

Baca Selengkapnya

Selain Tikus, Inilah 4 Hewan yang Kerap Dijadikan Percobaan Penelitian

12 hari lalu

Selain Tikus, Inilah 4 Hewan yang Kerap Dijadikan Percobaan Penelitian

Berikut beberapa hewan yang kerap dijadikan hewan percobaan dalam penelitian:

Baca Selengkapnya