Corona Menyerang Anak, Ini Imbauan IDAI agar Jumlah Tak Bertambah

Editor

Mila Novita

Senin, 16 Maret 2020 21:00 WIB

Ilustrasi anak sakit. shutterstock.com

TEMPO.CO, Jakarta - World Health Organization (WHO)
telah menetapkan COVID-19 sebagai pandemi sejak 11 Maret 2020. Virus corona baru ini dapat menginfeksi seluruh golongan usia, termasuk anak-anak. Pada 13 Maret 2020, telah diketahui bahwa sudah ada anak Indonesia yang terjangkit infeksi ini.

Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (PP IDAI), dokter spesialis anak Aman B. Pulungan mengatakan, diperlukan adanya transparansi data mengeneai hasil tes dan cluster.

"Saran saya harus ada kesamaan batasan orang dalam pemantauan (ODP) dan pasien dalam pengawasan (PDP) guna menegakkan diagnosis pasti pada anak yang dicurigai mengidap COVID-19," ucap Aman dalam konferensi pers online di Jakarta, Senin, 16 Maret 2020.

Menurut Aman diperlukan penelusuran yang pasti untuk dapat mengetahui dengan jelas sumber penularan penyakit tersebut pada anak. IDAI juga mengusulkan lockdown parsial setidaknya untuk kawasan Jabodetabek karena sudah diketahui banyak kasus dan sudah ada yang meninggal.

"Dari awal kami yang mengusulkan minta lockdown minimal parsial. Tutup keluar dan tutup untuk masuk kecuali memang harus lapor ke satgas atau pihak berwenang. Sebab sekarang ini persebaran virus sudah kemana-mana," ucap Aman.

Advertising
Advertising

Ditambah lagi pihaknya menghendaki transparansi keterbukaan data, karena sampai sekarang data belum real time. "Paling tidak ada keterbukaan cluster jadi kita bisa tahu bahwa tidak ditularkan ke orang lain," ucapnya.

Informasi mengenai protokol COVID-19 ini juga tidak hanya di pusat tapi sampai ke bawah melalui Puskesmas di semua daerah. Para petugas medis di Puskesmas dibekali pengetahuan mendasar agar bisa mensosialisasikan pada warga sekitar. "Kami bersedia juga membantu para nakes di Puskesmas," ucapnya.

Aman juga mengajak banyak pihak agar tidak begitu saja menerima informasi yang tidak ilmiah. Siapa saja bicara kalau tidak paham keilmuannya sebaiknya stop, jadi hanya medis dan ilmuwan yang boleh.

Termasuk informasi anak tidak bisa kena, sebab sudah ada kasus balita yang terkena. "Jangan pernah menganggap anak tidak bisa kena, sebab gejala klinis yang dialami anak bisa jadi tidak langsung terlihat apalagi jika anak belum bisa bicara. Anak juga bisa menjadi pembawa yang menularkan ke orang dewasa," ia menegaskan.

Berita terkait

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

7 jam lalu

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

Kemenkes mendapat beberapa laporan yang menunjukkan perubahan gejala pada penderita DBD pascapandemi COVID-19. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

13 jam lalu

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

Selain AstraZeneca, ini deretan vaksin Covid-19 yang pernah digunakan di Indonesia

Baca Selengkapnya

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

19 jam lalu

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

MUI sempat mengharamkan vaksin AstraZeneca. Namun dibolehkan jika situasi darurat.

Baca Selengkapnya

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

22 jam lalu

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

Sebanyak 453 juta dosis vaksin telah disuntikkan ke masyarakat Indonesia, dan 70 juta dosis di antaranya adalah vaksin AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

1 hari lalu

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

Astrazeneca pertama kalinya mengakui efek samping vaksin Covid-19 yang diproduksi perusahaan. Apa saja fakta-fakta seputar kasus ini?

Baca Selengkapnya

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

6 hari lalu

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

KPK masih terus menyelidiki kasus korupsi pada proyek pengadaan APD saat pandemi Covid-19 lalu yang merugikan negara sampai Rp 625 miliar.

Baca Selengkapnya

Saran IDAI untuk Relawan yang Bantu Anak Korban Bencana Alam

7 hari lalu

Saran IDAI untuk Relawan yang Bantu Anak Korban Bencana Alam

Relawan yang ikut membantu bencana alam diminta untuk memperhatikan kebutuhan anak-anak yang menjadi korban.

Baca Selengkapnya

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

7 hari lalu

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

Langkah ini untuk menghindari kebingungan penularan wabah yang terjadi di awal pandemi COVID-19, yang menyebabkan korban jiwa yang cukup signifikan.

Baca Selengkapnya

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

8 hari lalu

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

Perum Peruri mencatat lonjakan permintaan pembuatan paspor dalam negeri hingga tiga kali lipat usai pandemi Covid-19.

Baca Selengkapnya

Pasca Pandemi, Gaya Belanja Offline Tetap Digemari Masyarakat

10 hari lalu

Pasca Pandemi, Gaya Belanja Offline Tetap Digemari Masyarakat

Riset menyatakan bahwa preferensi konsumen belanja offline setelah masa pandemi mengalami kenaikan hingga lebih dari 2 kali lipat.

Baca Selengkapnya