Psikolog Duga Pelaku Pembunuhan Balita Punya Peristiwa Traumatis

Editor

Mila Novita

Minggu, 8 Maret 2020 11:15 WIB

Ilustrasi kekerasan pada anak. health. wyo.gov

TEMPO.CO, Jakarta - Seorang remaja, NF, 14, mengaku menyebabkan kematian seorang anak berusia 5 tahun, APA, di rumahnya di Kecamatan Sawah Besar, Jakarta Pusat pada Kamis, 5 Maret 2020. Kasus pembunuhan balita ini menjadi pembicaraan banyak orang. Sampai saat ini, aparat kepolisian pun belum menentukan pasal yang diterapkan dalam kasus pembunuhan anak tersebut.

Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Yusri Yunus mengatakan, aksi tersebut diduga dilatari karena kerap menonton film horor sadistis.

“Pengakuannya, tersangka pembunuhan melakukan aksinya secara spontan karena sering nonton film horor,” kata Yusri di Mapolres Metro Jakarta Pusat, Sabtu, 7 Maret 2020.

Psikolog Anisa Cahya Ningrum menilai kasus ini tergolong luar biasa yang perlu penanganan hati-hati dan cermat. Perilaku ini ibarat gunung es yang muncul ujungnya saja. Di luar dugaan bahwa dia melakukan aksi karena kebiasaan nonton film sadistis, di dalam diri pelaku sebenarnya tersimpan sebongkah besar permasalahan psikologis yang dalam dan traumatis.

Penanganan kasus ini memerlukan pemeriksaan yang mendalam terhadap pelaku. satu per satu lembaran-lembaran perjalanan hidupnya selama 15 tahun harus dikupas tuntas. Kemungkinan besar ia menjalani hidup dengan tidak mudah. Bisa jadi, pelaku adalah seorang anak yang ”kesepian dan terluka”. Mungkin kebutuhan emosionalnya tak terpenuhi seperti layaknya anak yang lain.

Advertising
Advertising

"Penanganannya memang perlu ekstra hati-hati. Diagnosis yang akan ditegakkan oleh para psikolog dan psikiater yang memeriksanya, bisa menjadi acuan berharga dalam proses hukum yang akan dijalaninya," ucap Anisa.

Menurut Anisa, anak yang aspek emosi dan moralnya berkembang dengan baik, maka hal ini tidak akan terjadi. Seseorang yang melakukan tindakan seperti itu berarti tidak mendapatkan pembelajaran yang optimal tentang batasan-batasan perilaku yang pantas dan tidak.

"Bisa diduga, pelaku berada dalam lingkungan yang 'membolehkan' tindakan kekerasan itu terjadi, sehingga ia menganggap itu hal yang biasa, dan tak perlu disesali," ucapnya.

Menurut Anisa, kondisi lingkungan tersebut secara berangsur dan terus menerus akan membentuk skema dalam otaknya bahwa hal itu memang harus dilakukan dan menjadi hal yang wajar. Skema ini bisa menjadi awal gangguan kejiwaan.

"Stimulasi kekerasan terhadap pelaku bisa menjadi salah satu penyebab mengapa ia melakukan tindakan ini. Apalagi didukung dengan rekam grafologis yang menggambarkan ungkapan hati dan dugaan peristiwa yang pernah ia lalui," Anisa menambahkan.

Anisa juga menduga pelaku tidak mendapatkan pendampingan yang memadai selama bertumbuh dari kanak-kanak ke masa remaja. "Seandainya saja semua coretannya tertangkap secara dini oleh orang-orang di sekitarnya, lalu dikonsultasikan ke profesional, maka akan segera diketahui kondisi psikologisnya, dan perbuatan yang berbahaya ini bisa dicegah," ujar dia.

Jika memang benar pelaku sering mendapat tindakan kekerasan oleh orang dewasa di sekitarnya, maka terlihat dari tulisan-tulisannya bahwa sebetulnya ia ingin membalasnya.

Mengapa akhirnya ia melakukannya kepada seorang anak kecil? Bisa jadi, karena ia merasa tidak berdaya dan tak kuasa untuk melakukannya kepada orang dewasa yang ingin dituju. Ketika dorongan untuk melakukan kekerasan itu tetap memenuhi hasratnya maka yang paling memungkinkan korbannya adalah pihak subordinat, yang bisa dikuasainya, yaitu anak kecil yang tak berdaya.

Berita terkait

Jaga Kesehatan Mental dengan Hindari Pacaran di Usia Anak

1 hari lalu

Jaga Kesehatan Mental dengan Hindari Pacaran di Usia Anak

KemenPPPA meminta pacaran pada usia anak sebaiknya dihindari untuk menjaga kesehatan mental.

Baca Selengkapnya

Amnesty International Ungkap Rentetan Kekerasan Polisi Terhadap Mahasiswa di Makassar

1 hari lalu

Amnesty International Ungkap Rentetan Kekerasan Polisi Terhadap Mahasiswa di Makassar

Amnesty International Indonesia mendesak polisi segera membebaskan puluhan mahasiswa yang ditangkap saat Hari Buruh dan Hari Pendidikan.

Baca Selengkapnya

FSGI Soroti Tingginya Kasus Kekerasan di Satuan Pendidikan dalam Hardiknas 2024

3 hari lalu

FSGI Soroti Tingginya Kasus Kekerasan di Satuan Pendidikan dalam Hardiknas 2024

FSGI prihatin karena masih tingginya kasus-kasus kekerasan di satuan pendidikan dalam perayaan hardiknas 2024

Baca Selengkapnya

Game Online yang Mengandung Kekerasan Dinilai Rusak Moral Anak

7 hari lalu

Game Online yang Mengandung Kekerasan Dinilai Rusak Moral Anak

Game online yang mengandung konten kekerasan berpotensi merusak moral anak bangsa di masa depan sehingga perlu diblokir.

Baca Selengkapnya

Kekerasan Menimpa Putri Komedian Isa Bajaj, Begini Saran Surabaya Children Crisis Center pada Pemda Magetan

14 hari lalu

Kekerasan Menimpa Putri Komedian Isa Bajaj, Begini Saran Surabaya Children Crisis Center pada Pemda Magetan

Surabaya Children Crisis Center menyayangkan terjadinya tidak kekerasan oleh laki-laki tak dikenal terhadap putri komedian Isa Bajaj di Magetan.

Baca Selengkapnya

Polisi Tetapkan Penusukan Uskup di Sydney sebagai Serangan Teror

19 hari lalu

Polisi Tetapkan Penusukan Uskup di Sydney sebagai Serangan Teror

Polisi Australia mengatakan penusukan terhadap seorang uskup gereja Asiria di Sydney adalah tindakan teror

Baca Selengkapnya

Penusukan di Sydney Lukai Uskup Pro-Palestina, Pelaku Remaja 15 Tahun

19 hari lalu

Penusukan di Sydney Lukai Uskup Pro-Palestina, Pelaku Remaja 15 Tahun

Kasus penusukan kembali terjadi di Sydney, Australia setelah seorang remaja ditangkap karena menikam uskup dan beberapa jemaat gereja Asiria

Baca Selengkapnya

Jawab Rumor Putus dengan Ajudan Prabowo, Nikita Mirzani Mengaku Jadi Korban Kekerasan

21 hari lalu

Jawab Rumor Putus dengan Ajudan Prabowo, Nikita Mirzani Mengaku Jadi Korban Kekerasan

Menurut Nikita Mirzani, selama ini ia diam lantaran merasa takut akan mendapatkan penilaian dan tidak akan ada yang percaya.

Baca Selengkapnya

Komnas HAM Catat Ada 12 Peristiwa Kekerasan di Papua pada Maret-April 2024

21 hari lalu

Komnas HAM Catat Ada 12 Peristiwa Kekerasan di Papua pada Maret-April 2024

Komnas HAM mendesak pengusutan kasus-kasus kekerasan yang terjadi di Papua secara transparan oleh aparat penegak hukum

Baca Selengkapnya

Kak Seto Minta Game Mengandung Kekerasan dan Konten Negatif Diberantas

23 hari lalu

Kak Seto Minta Game Mengandung Kekerasan dan Konten Negatif Diberantas

Kak Seto mengatakan game atau permainan dengan kekerasan dan konten negatif mesti dibersihkan karena berdampak buruk pada anak.

Baca Selengkapnya