Tak Merokok, Perempuan Berisiko Kena Kanker Paru Karena Ini
Reporter
Eka Wahyu Pramita
Editor
Mila Novita
Selasa, 11 Februari 2020 20:40 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Penyakit kanker paru selama ini dikaitkan dengan laki-laki. Namun, ternyata perempuan pun banyak mengidap penyakit ini. Data Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) menyebutkan bahwa dari angka penderita kanker paru di Indonesia, insiden tertinggi adalah laki-laki 88,8 persen dan perempuan 11,2 persen.
Dokter Spesialis Paru dan Ketua Pokja Kanker Paru Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Elisna Syahruddin mengatakan, setip orang memiliki risiko penyakit ini. Tapi, risiko akan bertambah hingga delapan kali lipat pada orang yang merokok. Lalu kenapa perempuan yang tidak merokok juga bisa terkena kanker ini?
Sebabnya, bahaya rokok tidak hanya mengintai si perokok tapi juga orang yang berada di dekat perokok atau berinteraksi dengan orang yang habis merokok. Jadi, perempuan dan anak-anak yang sering berinteraksi dengan suami atau ayah yang perokok juga memiliki risiko. Mereka disebut dengan third hand smoker. Jika si anak sejak kecil menjadi third hand smoker maka kemungkinan dia akan mengidap kanker paru semakin tinggi.
"Si perempuan memang tidak merokok tapi hampir setiap hari berinteraksi dengan suami atau ayahnya yang merokok, ditambah lagi sirkulasi udara yang tidak baik semakin memicu," ucap Elisna saat ditemui di acara Gerakan Nasional Indonesia Peduli Kanker Paru di Jakarta, Selasa, 11 Februari 2020.
Selain faktor rokok, asap outdoor seperti asap dan bangunan, ditambah lagi jika rumah memakai atap asbes. Sebab serat-serat asbes mengandung zat karsinogen yang juga memicu kanker paru.
"Sebaiknya tidak lagi pakai atap rumah dari asbes sebab ada serbuk-serbuk yang terinhalasi dan menumpuk di paru jadi kanker paru. Bisa nembus karena bentuknya tajam, jadi mesothelioma atau kanker primer pada selaput paru,"
kata dia melanjutkan.
Poin yang harus dipahami menurut Elisna ialah bukan hanya bahan-bahan dari rokoknya tetapi juga asap yang dihasilkan. Sebab dampak asap juga bisa mengiritasi paru-paru kita. "Intinya sebisa mungkin perokok pasif harus berani bicara atau menghindar jika berada di lingkungan orang-orang yang sedang merokok," ucap Elisna.