Retno Marsudi Bergaya Etnik Pakai Baju Adat Dayak
Reporter
Eka Wahyu Pramita
Editor
Mila Novita
Kamis, 9 Januari 2020 13:20 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Luar Negeri Retno Marsudi berpose dengan penampilan tidak biasa saat menyampaikan paparan Pernyataan Pers Tahunan Kementerian Luar Negeri Tahun 2020 di Jakarta, Rabu, 8 Januari 2020. Dalam acara tersebut, Retno tampil mengenakan pakaian adat Dayak, King Bibinge, lengkap mulai dari atasan, bawahan, dan aksesori kepala.
Melansir laman Perpustakaan.id, pakaian tersebut terbuat dari bahan kulit tanaman kapuo atau ampuro. Tanaman tersebut dipilih sebagai bahan pakaian karena mengandung tinggi serat. Tanaman tersebut di ambil kulitnya kemudian diolah menjadi baju adat yang menawan.
Busana adat Dayak terdiri seperangkat pakaian wanita terdapat kain bawahan, stagen, penutup dada. Pada penutup dada sudah dilengkapi dengan pernak-pernik dan perhiasan. Seperti halnya manik-manik, kalung, bulu burung enggang, dan gelang.
Selain acara tahunan Kementerian Luar Negeri, Retno juga selalu tampil mencuri perhatian dalam beberapa kesempatan. Misalnya saat acara pelantikan menteri dalam kabinet Indonesia Maju pada23 Oktober 2019 lalu, perempuan berambut pendek ini terlihat penuh warna dengan atasan aksen floral warna-warni.
Retno juga mengenakan selendang dan kain berwarna fuschia yang memberi kesan cerah pada penampilannya. Tak lupa ia menyematkan kalung dan anting mutiara untuk menambah kesan feminin.
Tak hanya pakaian, Retno juga kerap mengenakan berbagai aksesori termasuk mutiara lokal khas Indonesia. Salah satunya saat kunjungan perwakilan pemerintah Afghanistan dalam acara The Dialogue on the Role of Women in Building and Sustaining Peace pada akhir November lalu, ia mengenakan kalung mutiara barok.
Kalung mutiara barok itu menjadi pelengkap penampilan Retno Marsudi yang mengenakan kemeja putih, celana palazzo dan ikat pinggang merah.
Sementara dalam keseharian, dia kerap terlihat mengenakan busana berwarna gelap. Hal ini karena menurut Retno warna tersebut paling aman digunakan ketika melaksanakan tugas sebagai diplomat yang banyak melakukan pertemuan dan acara resmi kenegaraan.
Namun supaya gaya busananya tidak terlihat terlalu polos, wanita yang berasal dari Semarang, Jawa Tengah, ini kerap menggunakan beragam aksesori. Seperti pita, obi, bros, syal, dan perhiasan. Ini yang membuatnya mengkoleksi beragam aksesori.