Bayi di NTT Rajin Minum Susu tapi Stunting Tinggi, Ada yang Salah

Reporter

Tabloid Bintang

Editor

Rini Kustiani

Rabu, 17 Oktober 2018 07:41 WIB

ilustrasi susu (pixabay.com)

TEMPO.CO, Jakarta - Kontroversi susu kenal manis, apakah termasuk produk susu atau bukan memiliki implikasi yang panjang hingga ke urusan stunting. Stunting adalah masalah gizi kronis yang menimbulkan gangguan tumbuh kembang anak. Stunting terjadi mulai dari kandungan dan umumnya baru ketahuan setelah anak lahir, terutama ketika berusia 2 tahun.

Baca: Ingat, Tak Semua Susu Baik untuk Anak. Ini Contohnya

Peraturan Kepala Badan POM Nomor 21 tahun 2016 tentang Kategori Pangan menyebutkan susu kental manis masuk dalam kategori susu karena memiliki protein sebanyak 7 persen. Meski begitu, konsumsi susu kenal manis secara rutin sebagai minuman, seperti anjuran yang terdapat pada label kemasan sejumlah produk susu kental manis tetap tidak dibenarkan.

"Sebab, sebagian besar kandungan susu kental manis adalah gula," kata Eni Gustina, Direktur Kesehatan Keluarga Direktorat Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan. Dia mencontohkan, di Nusa Tenggara Timur, pemberian ASI ekslusifnya tinggi yaitu mencapai 60 persen di atas rata-rata nasional. Namun setelah 6 bulan, anak-anak tak lagi minum ASI karena para ibu meyakini ada susu lain yang bisa menggantikan.

Eni menjelaskan, hampir semua ibu di NTT memberikan susu kental manis kepada anak mereka setelah lepas ASI. Mereka beranggapan susu kental manis sama seperti susu dan memiliki kandungan gizi yang cukup untuk anak. "Mereka membeli susu kental manis dalam bentuk sachet yang terjangkau," kata Eni.

Advertising
Advertising

Artikel terkait: Susu Kental Manis Aman Dikonsumsi, tapi Ada Syaratnya

Konsumsi susu kental manis oleh anak-anak di NTT sudah berlangsung lama. Tak heran jika NTT menjadi wilayah dengan kasus stunting tertinggi di Indonesia. "Dari hasil Pantauan Status Gizi atatu PSG tahun lalu, prevalensi stunting bayi berusia di bawah lima tahun di Nusa Tenggara Timur mencapai 40,3 persen," ucap dia.

Berangkat dari anggapan yang keliru ini, Kementerian Kesehatan dan Badan Pengawasan Obat dan Makanan atau BPOM diminta untuk menjernihkan pengkategorian susu kental manis. Peneliti LBH Jakarta, Pratiwi Febry mengatakan ada pertentangan tentang persepsi susu kental manis.

"Di Peraturan Kepala BPOM Nomor 21 tahun 2016 mengkategorikan susu kental manis sebagai susu yang masuk pada bagian dari analognya. Sedangkan dalam surat edaran tahun ini (SE HK.06.5.51.511.05.18.2000 tahun 2018 tentang Label dan Iklan pada Produk Susu Kental dan Analognya), BPOM mengatakan susu kental manis tidak setara dengan susu jenis lain seperti susu sapi, susu pasteurisasi, susu sterilisasi, dan susu formula," kata Pratiwi Febry. Agar tidak menjadi bumerang ke depan, Pratiwi berharap Kementerian Kesehatan berkoordinasi dengan BPOM untuk mengevaluasi pengkategorian susu kental manis agar tidak membingungkan masyarakat.

AURA

Berita terkait

Jokowi: Daerah Kepulauan Indonesia Kekurangan Dokter Spesialis

18 jam lalu

Jokowi: Daerah Kepulauan Indonesia Kekurangan Dokter Spesialis

Jokowi mengatakan kemampuan produksi dokter spesialis Indonesia hanya 2.700 per tahun.

Baca Selengkapnya

RI - Inggris Berkomitmen Perkuat Kerja Sama Ekonomi dan Perdagangan

1 hari lalu

RI - Inggris Berkomitmen Perkuat Kerja Sama Ekonomi dan Perdagangan

Pemerintah Indonesia bertemu dengan Menteri Perdagangan Inggris Greg Hands MP untuk membahas sejumlah kerja sama di bidang ekonomi dan perdagangan.

Baca Selengkapnya

Mengapa Bayi Harus Diimunisasi?

2 hari lalu

Mengapa Bayi Harus Diimunisasi?

Bayi harus menjalani imunisasi karena beberapa alasan tertentu yang akan dibahas dalam artikel ini.

Baca Selengkapnya

6 Bahaya Bayi yang Tidak Diimunisasi

2 hari lalu

6 Bahaya Bayi yang Tidak Diimunisasi

Bayi penting untuk melakukan imunisasi secara rutin agar terhindar dari bahaya kesehatan mendatang. Lantas, apa saja bahaya bagi bayi yang tidak melakukan imunisasi?

Baca Selengkapnya

Susu Sapi Vs Susu Kerbau: Mana yang Lebih Sehat?

7 hari lalu

Susu Sapi Vs Susu Kerbau: Mana yang Lebih Sehat?

Memilih antara susu sapi dan susu kerbau bergantung pada preferensi individu, kebutuhan nutrisi, dan pertimbangan pola makan.

Baca Selengkapnya

Cegah Stunting dengan Jaga Nutrisi dan Rutin Periksa Kandungan

8 hari lalu

Cegah Stunting dengan Jaga Nutrisi dan Rutin Periksa Kandungan

Ibu hamil untuk menjaga nutrisi dan rutin memeriksakan kandungan untuk cegah stunting. Berikut saran yang perlu dilakukan.

Baca Selengkapnya

Konimex dan Indordesa Luncurkan Produk Baru Makanan Nutrisi FontLife One, Bidik Pasar Dewasa Muda

10 hari lalu

Konimex dan Indordesa Luncurkan Produk Baru Makanan Nutrisi FontLife One, Bidik Pasar Dewasa Muda

PT Indordesa-- anak perusahaan PT Konimex, meluncurkan produk makanan nutrisi dan perawatan kesehatan, FontLife One, di Kota Solo, Jawa Tengah.

Baca Selengkapnya

Pemerintah Percepat Penyaluran Bansos Stunting

10 hari lalu

Pemerintah Percepat Penyaluran Bansos Stunting

Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi menyatakan pemerintah akan mempercepat penyaluran Bansos atau bantuan pangan untuk penurunan stunting.

Baca Selengkapnya

Aliansi Kecam Kehadiran Industri Plastik dan Kimia dalam Delegasi Indonesia untuk Negosiasi Perjanjian Plastik

11 hari lalu

Aliansi Kecam Kehadiran Industri Plastik dan Kimia dalam Delegasi Indonesia untuk Negosiasi Perjanjian Plastik

Kehadiran itu membahayakan tujuan perjanjian, yaitu mengatur keseluruhan daur hidup plastik untuk melindungi kesehatan manusia dan lingkungan.

Baca Selengkapnya

Sejak 2021, Jokowi 6 Kali Sampaikan Keresahan WNI Pilih Berobat ke Luar Negeri

11 hari lalu

Sejak 2021, Jokowi 6 Kali Sampaikan Keresahan WNI Pilih Berobat ke Luar Negeri

Presiden Joko Widodo atau Jokowi acap menyampaikan keresahannya soal warga negara Indonesia yang berbondong-bondong berobat ke negara lain, alih-alih dalam negeri.

Baca Selengkapnya