Perawatan Paliatif Kanker: Bukan Menyembuhkan tapi Meringankan

Reporter

Tempo.co

Editor

Rini Kustiani

Sabtu, 25 Agustus 2018 13:31 WIB

Ilustrasi Kanker. shutterstock.com

TEMPO.CO, Jakarta - Pasien kanker umumnya mengetahui penyakit tersebut pada stadium lanjut. Kondisi ini membuat angka kesembuhan dan harapan hidup pasien kanker tersebut lebih tipis dibanding pasien kanker yang sudah mengetahui penyakitnya sejak stadium dini. Dalam situasi ini, pasien kanker membutuhkan perawatan paliatif untuk membantu memiliki kualitas hidup yang lebih baik.

Baca juga:
6 Mitos Kanker Payudara yang Harus Diabaikan

Dua Kanker Ini Paling Banyak Mengancam Wanita

Ketua Umum Yayasan Kanker Indonesia atau YKI, Aru Wisaksono Sudoyo mengatakan perawatan paliatif dapat meningkatkan kualitas hidup pasien dan juga keluarganya yang berhadapan langsung dengan penyakit tersebut, baik secara fisik, psikososial ataupun spiritual. Perawatan paliatif diperlukan karena banyak rumah sakit di Indonesia yang masih fokus pada kesembuhan pasien secara medis, namun tidak memikirkan kualitas kehidupan pasien dan keluarganya.

"Perawatan paliatif ini belum banyak diketahui masyarakat," kata Aru Wisaksono Sudoyo saat diskusi Pengenalan Perawatan Paliatif dengan Cara Menyenangkan
untuk Survivor dan Pasien Kanker di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat, Jumat 24 Agustus 2018. Berasal dari kata palliate, yang berarti mengurangi keparahan tanpa menghilangkan penyebab, perawatan palliatif adalah suatu cara untuk meringankan dan mengurangi penderitaan.

Perawatan ini telah menjadi bagian integral dari pendekatan terapeutik terhadap pasien tidak menular, seperti kanker. Perawatan paliatif juga tidak perlu dilakukan di rumah sakit, melainkan bisa dilakukan di rumah untuk memberi suasana yang lebih menyenangkan dan positif. Pasien bisa dikelilingi keluarga dan suasana rumah yang lebih nyaman ketimbang dikelilingi dinding rumah sakit dan peralatan medis.

(dari kiri) Adityawati Ganggaiswari (M. Biomed dari Yayasan Kanker Indonesia), Dr. Siti Annisa Nuhonni (Yayasan Kanker Indonesia), Dr. Nadia Ayu Mulansari (SpPD-KHOM), Prof. Aru Sudoyo (Ketua Umum YKI), Aryanti Baramuli (Koordinator 80 survivor kanker dari CICS, YKI dan Multiple Myeloma), dr. Maria A Witjaksono (Dokter paliatif), Dr Harlinda Haroen (SpPD KHOM) di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat, Jumat 24 Agustus 2018. TEMPO | Astari P Sarosa

Advertising
Advertising

Yang perlu diingat, menurut dokter Spesialis Penyakit Dalam ang juga Konsultan Hematologi-Onkologi Medik dari Perhompedin, Nadia Ayu Mulansari, perawatan paliatif ini bukan pengobatan untuk menyembuhkan melainkan untuk meringankan sebelum, saat dan setelah terapi. Mengenai metodenya, Nadia menjelaskan YKI sudah mengadakan program pembekalan perawatan paliatif agar dapat diterapkan di rumah.

Penerapan metode perawatan paliatif menjadi penting karena menurut data Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO, jumlah pasien kanker bertambah 7 juta orang setiap tahun. Dua per tiga dari angka itu adalah pasien dari negara-negara berkembang. Di Indonesia diperkirakan terdapat 100 kasus kanker baru per 100 ribu penduduk. Dengan sekitar 240 juta penduduk, maka Indonesia memilki 240 ribu pasien kanker baru setiap tahunnya.

ASTARI PINASTHIKA SAROSA

Berita terkait

Mengapa Bayi Harus Diimunisasi?

1 hari lalu

Mengapa Bayi Harus Diimunisasi?

Bayi harus menjalani imunisasi karena beberapa alasan tertentu yang akan dibahas dalam artikel ini.

Baca Selengkapnya

10.000 Warga Palestina Hilang di Gaza, 210 Hari Sejak Serangan Israel Dimulai

1 hari lalu

10.000 Warga Palestina Hilang di Gaza, 210 Hari Sejak Serangan Israel Dimulai

Sejauh ini, 30 anak telah meninggal karena kelaparan dan kehausan di Gaza akibat blokade total bantuan kemanusiaan oleh Israel

Baca Selengkapnya

6 Bahaya Bayi yang Tidak Diimunisasi

1 hari lalu

6 Bahaya Bayi yang Tidak Diimunisasi

Bayi penting untuk melakukan imunisasi secara rutin agar terhindar dari bahaya kesehatan mendatang. Lantas, apa saja bahaya bagi bayi yang tidak melakukan imunisasi?

Baca Selengkapnya

Pasien Kanker Minim Pengetahuan Akibat Waktu Konsultasi Terbatas

2 hari lalu

Pasien Kanker Minim Pengetahuan Akibat Waktu Konsultasi Terbatas

Waktu konsultasi yang terbatas menyebabkan pasien kanker sering merasa bingung untuk memahami betul penyakitnya.

Baca Selengkapnya

Imigran Laos Pengidap Kanker Menangi Lotere Jackpot AS Sebesar Rp21 Triliun

5 hari lalu

Imigran Laos Pengidap Kanker Menangi Lotere Jackpot AS Sebesar Rp21 Triliun

Pemenang lotere jackpot bersejarah Powerball Amerika Serikat senilai lebih dari Rp21 triliun adalah seorang imigran dari Laos pengidap kanker

Baca Selengkapnya

Cara Mengendalikan Nyeri pada Pasien Kanker Menurut Dokter

5 hari lalu

Cara Mengendalikan Nyeri pada Pasien Kanker Menurut Dokter

Dokter menjelaskan cara mengendalikan nyeri pada pasien kanker. Berikut yang perlu dilakukan.

Baca Selengkapnya

Raja Charles III Siap Kembali Bertugas

8 hari lalu

Raja Charles III Siap Kembali Bertugas

Raja Charles III sudah mendapat izin dari tim dokter untuk kembali bertugas setelah menjalani pengobatan kanker.

Baca Selengkapnya

Konimex dan Indordesa Luncurkan Produk Baru Makanan Nutrisi FontLife One, Bidik Pasar Dewasa Muda

8 hari lalu

Konimex dan Indordesa Luncurkan Produk Baru Makanan Nutrisi FontLife One, Bidik Pasar Dewasa Muda

PT Indordesa-- anak perusahaan PT Konimex, meluncurkan produk makanan nutrisi dan perawatan kesehatan, FontLife One, di Kota Solo, Jawa Tengah.

Baca Selengkapnya

Aliansi Kecam Kehadiran Industri Plastik dan Kimia dalam Delegasi Indonesia untuk Negosiasi Perjanjian Plastik

10 hari lalu

Aliansi Kecam Kehadiran Industri Plastik dan Kimia dalam Delegasi Indonesia untuk Negosiasi Perjanjian Plastik

Kehadiran itu membahayakan tujuan perjanjian, yaitu mengatur keseluruhan daur hidup plastik untuk melindungi kesehatan manusia dan lingkungan.

Baca Selengkapnya

Sejak 2021, Jokowi 6 Kali Sampaikan Keresahan WNI Pilih Berobat ke Luar Negeri

10 hari lalu

Sejak 2021, Jokowi 6 Kali Sampaikan Keresahan WNI Pilih Berobat ke Luar Negeri

Presiden Joko Widodo atau Jokowi acap menyampaikan keresahannya soal warga negara Indonesia yang berbondong-bondong berobat ke negara lain, alih-alih dalam negeri.

Baca Selengkapnya